Chereads / Specials (Supesharu) / Chapter 3 - Chapter 02: Klub Detektif

Chapter 3 - Chapter 02: Klub Detektif

Jam pelajaran berakhir, aku sedikit tertarik dengan Klub Detektif. Mungkin aku akan mencoba masuk ke klub itu, dan aku juga ingin mengetahui siapa orang yang dipilih oleh Bu Hajime sebelum dia memilih aku.

Bu Hajime pun mengantarku ke ruangan Klub Detektif. Saatku membuka pintu, mungkin aku berangan-angan terlalu tinggi. Karena yang kulihat hanya ada satu orang perempuan saja. Jadi, cuma dia yang Bu Hajime pilih sebelum ku.

Perempuan itu sedang membaca sebuah buku, duduk di samping jendela. Tempat yang pas untuk menikmati sunset.

Perempuan itu, menandai bukunya dan menutup bukunya. Lalu ia berbicara kepada kami.

"Bu Hajime, siapa dia?"

"Dia anggota klub baru disini."

"Anggota klub baru, bukannya aku sendiri saja sudah cukup untuk bisa menyelesaikan masalah para murid."

"Untuk sekarang sih iya, tapi bagaimana kedepannya."

"Memangnya apa alasan Bu Hajime memasukkan dia ke klub ini?"

"Dia tadi menyelesaikan masalah pencuri makanan di kelas, ia melakukannya dengan penjelasan yang sangat detail."

"Aku percaya sama Bu Hajime, kalau begitu aku boleh mengetesnya kan."

"Silakan lakukan sesuka hatimu, mungkin dia akan menjadi murid andalanku."

"Kita lihat saja siapa detektif yang paling hebat disini."

Bu Hajime mendorongku masuk keruangan itu. Sedangkan ia hanya berdiri di depan pintu melihat perbicangan kami.

"Kita mulai dengan perkenalan dulu, namaku Suzune Ichinose. Siapa namamu?"

"Namaku Fritz Edogawa."

"Aku sedikit mengingat nama Edogawa. Seperti nama detektif terkenal, yang bernama Ranpo Edogawa."

"Mungkin hanya kebetulan."

"Baiklah disini aku akan memberikanmu tiga permasalahan, jika kamu bisa menyelesaikannya aku akan menerimamu sebagai anggota."

Setelah ia mengatakan itu, tiba-tiba Bu Hajime berteriak.

"Kamu jahat sekali Suzune, biasanya ketika aku membawakan calon anggota kamu hanya memberi satu permasalahan untuk diselesaikan oleh mereka. Apa mungkin kamu sudah bisa melihat kemampuannya?"

"Aku hanya ingin membuktikan apa yang Bu Hajime katakan."

Aku sedikit senang kalau dia mengakui kemampuanku. Tapi aku masih ragu apa aku bisa menyelesaikan permasalahannya. Karena aku belum pernah menangani kasus pembunuhan, ataupun penculikan. Aku hanya membaca beberapa buku seri detektifnya saja.

"Permasalahan pertama."

"T-tunggu dulu, biarkan aku duduk dulu. Lama-lama aku bisa pegal kalau berdiri terus."

Dia hanya melotot padaku, sedangkan Bu Hajime menertawakanku.

"Ini adalah kasus penculikan. Aku hanya ingin kamu menyebutkan tempat dimana korban ini berada. Dengarkan baik-baik, sang korban ini ditutup matanya oleh penculik. Dia mendengar beberapa suara, salah satu suara detakan jantung si pencuri yang sangat keras. Lalu ia juga mendengar suara telepon berdering, dan suara langkah kaki yang menggema. Berada di mana si korban ini."

Aku berpikir sejenak, mencermati petunjuk-petunjuk yang diberikannya. Setelah beberapa saat, aku sudah menemukan jawabannya.

"Simak ya jawabanku, kau mungkin akan terkagum. Petujuk pertama, suara detak jantung yang sangat kencang, kebanyakan orang akan berpikir seperti ini pelakunya merasa gelisah, tapi aku tidak berpikiran begitu. Aku tunda dulu yang pertama ini, terus petunjuk kedua mengisyaratkan kalau pelakunya adalah orang yang sibuk, atau orang penting. Tapi, petunjuk ini juga bisa berarti ada orang yang sedang ada butuh dengan si pelaku, sehingga si pelaku tidak bisa tenang. Berarti korban itu ditahan ditempat yang tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang. Yang ketiga, suara langkah kaki itu mungkin suara orang yang sedang naik atau turun tangga yang tinggi. Jadi bisa disimpulkan kalau itu adalah sebuah tempat yang tinggi atau tempat yang sangat rendah yang tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang. Lalu petunjuk pertama artinya adalah suara detak jam atau bisa juga suara yang dihasilkan oleh mesin yang menggerakkan jam raksasa, jadi jawabannya adalah menara jam."

"Meskipun jawabanmu, hanya seperti perkiraan tapi kamu berhasil menjawabnya. Selanjutnya permasalahan kedua. Ini permasalahan yang mudah. Ada seorang laki-laki yang dipenjara. Di penjara itu penjaganya hanya berpatroli di saat matahari masih terlihat. Orang itu memiliki waktu dua hari lagi sebelum ia dieksekusi. Di penjara itu hanya ada jendela yang sangat tinggi dan juga sebuah sekop. Di sel tahanan itu lantainya hanya sebuah tanah. Apa yang harus orang itu lakukan supaya bisa bebas?"

Sepertinya Suzune baik sekali memberikanku soal yang mudah. Jika aku menggali terowongan itu tidak akan sempat untuk satu malam. Jika mereka mengetahuinya, orang itu mungkin akan dipindahkan ke sel tahanan yang lebih susah untuk kabur.

"Cara satu-satunya hanya dengan menumpuk tanah di bawah jendela itu sampai kita bisa masuk ke jendela itu."

"Benar, memang itu soal yang mudah. Sekarang permasalahan ketiga, permasalahan ini tentang kasus pembunuhan."

"Kasus pembunuhan? aku belum pernah menyelesaikan kasus pembunuhan. Tapi tidak apa-apa, aku akan mencoba untuk menyesuaikannya."

"Memangnya aku peduli? langsung saja ke permasalahannya. Awal kejadiannya, korban berkunjung ke rumah pelaku. Saat itu ia hanya ingin berbincang-bincang. Korban itu curhat kepada pelaku tentang kisah romansanya. Sampai akhirnya ia marah-marah kepada si pelaku. Karena khawatir pelaku menyiapkan sebuah kopi. Pelaku itu pun menyuguhkan kopi kepada korban, ia juga menawarkan sebuah pil penenang kepada korban. Pelaku pun meminum obat itu. Korban pun melihat kearah pelaku. Lalu, si korban meminum obat itu. Selang beberapa menit, korban pun meninggal. Kenapa korban bisa terbunuh?"

Permasalahannya begitu rumit, kenapa korban bisa terbunuh. Apa mungkin korban itu tidak tahan depan pil penenang.

"Mungkin saja korban itu tidak tahan dengan pil penenang itu."

"Bukti kalau dia meminum pil itu, berarti dia juga sering meminum pil tersebut. Jawabanmu kurang tepat, coba cari lagi."

Jika bukan karena pil itu berarti satu-satunya hal yang memungkinkan adalah kopi itu. Tapi itu juga tidak mungkin karena jika seorang tuan rumah menyuguhkan kopi, pasti dia juga membuat kopi untuk diri sendiri. Tapi, ini lain cerita jika pelaku tidak membuat dia kopi. Sepertinya ada yang janggal. Coba aku ingat-ingat lagi permasalahannya.

"Apa kamu sudah menemukan jawabannya?"

"Tunggu sebentar, aku sedang memikirkan rangkaian kejadiannya."

Sekarang aku ingat, kalau dalam kata-katanya dijelaskan kalau "pelaku membuat sebuah kopi." Ini yang janggalnya, dia hanya membuat satu kopi.

"Baiklah aku menemukan jawabannya."

"Jadi, apa hasil pemikiranmu."

"Sejak awal pil penenang itu tidak membuat korban mati. Ada satu hal yang janggal dari permasalahan itu, yaitu pelaku hanya membuatkan satu kopi. Jadi bisa disimpulkan kalo racunnya ditaruh oleh pelaku di dalam kopi."

"Baiklah, selamat kamu aku terima di klub ini."

"Baiklah, kalau kamu membutuhkan bantuan panggil saja aku, aku selalu ada di kelasku."

"Emangnya kelas kamu ada dimana?"

"Aku berada di kelas 11-A."

"Kelasmu berada di samping kelasku, kalau begitu jika ada kasus aku lebih mudah menghubungimu."

"Memangnya kamu ada di kelas mana?"

"Coba kamu pikirkan."

Sepertinya dia suka sekali dengan permainan teka-teki.

"Karena hanya ada satu kelas disampingku, berarti kamu berada di kelas 11-B."

Dia pun hanya diam sambil membaca bukunya.