Pagi ini aku sedikit semangat, karena aku sudah masuk ke salah satu klub yang ada di SMA ini. Aku juga berhasil menemukan teman baru disini. Sepertinya aku bisa mengubah kehidupan masa remajaku.
Saatku berjalan menuju gedung sekolah, tiba-tiba dibelakangku Ken memegang pundakku. Dia berkata kalau dia ingin berangkat ke sekolah bersamaku, tapi jujur saja aku tidak terlalu suka dengan orang yang seperti Ken.
Kesenanganku pun berakhir saat itu juga.
Aku lebih menikmati kesendirianku, daripada dekat dengan orang yang terlihat ingin mengetahui masa laluku.
Tidak lama kemudian aku sampai di depan sekolah. Aku melihat Suzune sedang berjalan. Aku pun mencoba menghampiri Suzune.
Sedangkan itu, Ken hanya melihatku saja ketika aku menghampiri Suzune.
Namun Suzune menanggapiku dengan dingin.
"Ada urusan apa denganku?"
"Aku hanya ingin berjalan bersamamu, lagipula kelas kita kan searah."
"Meskipun kau dan aku sudah saling mengenal, bukan berarti kau bisa mengikutiku. Asal kau tahu saja, aku ini benci seorang penguntit."
"Jahat sekali lidahmu itu, jika kamu seperti itu terus mungkin kamu tidak akan mendapatkan teman atau mungkin temanmu yang sekarang menjauhimu."
"Jangan merasa kau tahu semua tentang kehidupanku."
"Baiklah, jika itu maumu. Nanti saat pulang sekolah aku akan datang ke kelasmu untuk pergi bersama ke ruangan klub."
Lalu ia pun diam tak membalas perkataanku. Mungkin dia benar-benar marah padaku.
Aku pun langsung masuk kedalam kelas. Lalu tiba-tiba teman-teman sekelasku mendekatiku.
"Fritz, apa hubunganmu dengan Suzune?"
"Untuk saat ini tidak ada hubungan yang spesial, hanya sebatas teman saja."
"Tapi kenapa Suzune menanggapi pembicaraanmu itu."
"Bukannya itu wajar, jika ada seseorang yang bertanya pasti orang yang ditanya akan menjawab pertanyaannya."
"Tapi itu tidak wajar bagi kita, karena sudah banyak dari kita mencoba untuk berbicara dengannya, tapi ia tidak menanggapinya."
Setelah mereka mengatakan itu, aku berpikir kalau sepertinya Suzune itu kesulitan mendapatkan teman. Mungkin karena perkataanya yang seperti pisau yang membuatnya seperti itu.
Sedangkan itu, aku melihat Ken tersenyum dari kejauhan sambil melambaikan tangannya. Aku bisa berpikir kalau orang yang memberitahu mereka itu adalah Ken.
Bel pun berbunyi, para siswa yang berkumpul di depan tempat dudukku kembali ke tempat duduknya masing-masing.
Beberapa saat kemudian, Bu Hajime masuk ke kelas. Pelajaran pun dimulai seperti biasanya.
Waktu terasa berlalu sangat cepat, tidak terasa sudah terdengar lagi suara bel berbunyi. Menandakan jikalau ini sudah memasuki jam istirahat.
Aku pun mencoba untuk menghampiri Suzune yang berada di kelasnya.
Aku berdiri di depan kelasnya, aku meminta tolong kepada murid yang duduk di meja paling depan untuk memanggilkan Suzune.
Ia pun memanggilkan Suzune untukku. Tapi, aku merasa sedikit tidak nyaman karena para murid di kelas itu seperti sedang membicarakanku.
Suzune pun menghampiriku,
"Ada perlu apa datang kesini?"
"Aku cuma mau mengajakmu untuk makan siang bareng di kantin."
"Kedatanganmu kesini saja sudah membuat banyak orang salah paham, apalagi jika aku pergi makan siang denganmu. Mungkin kamu akan menjadi topik pembicaraan teratas di sekolah ini."
"Aku tidak peduli apa yang mereka pikirkan, karena tujuanku saat ini hanya untuk makan siang bersamamu."
Akhirnya Suzune pun memutuskan kalau akan ikut makan siang denganku.
Saat kami makan suasananya sangat canggung, kami tidak berbicara satu sama lain. Kali ini juga, waktu berlalu dengan cepat. Tidak terasa sudah terdengar suara bel lagi.
Pelajaran pun dimulai seperti biasanya.
Setelah jam pelajaran habis, bel pun berbunyi lagi.
Seperti janjiku, aku akan pergi bersama dengan Suzune untuk pergi ke ruangan klub.
Aku berdiri di depan kelasnya, aku melihat Suzune sedang mengemasi barang-barangnya. Jadi aku memutuskan untuk menunggu dia diluar.
Kami pun berjalan menuju ruangan klub. Aku sedikit tertarik dengan pembicaraan orang yang berjalan di depan kami. Mereka mengatakan kalau mereka mendengar suara nyanyian dari dalam ruangan yang terkunci.
Aku pun mencoba untuk berbicara dengan orang yang berjalan di depanku.
"Apa kamu bisa menjelaskan bagaimana situasinya?"
"Memangnya kamu siapa?"
"Aku Fritz dari Klub Detektif."
"Klub Detektif ya? baiklah aku akan membicarakannya padamu."
"Setiap sore menjelang malam, akhir-akhir ini terdengar suara perempuan sedang bernyanyi di ruangan kosong yang selalu terkunci. Meskipun kami mencoba untuk membukanya tetap saja tidak bisa."
"Ruangan itu ada dimana?"
"Lantai kedua di gedung sekolah yang digunakan untuk belajar."
"Terimakasih, aku dan temanku akan mencoba menyelesaikan kasus ini."
"Temanmu?"
"Iya, temanku yang disebelahku."
"Tapi, tidak ada siapa-siapa disebelahmu."
Aku pun melirik ke arah samping. Tapi, tidak ada Suzune disampingku."
"Maaf, sepertinya dia sudah ke ruangan klub duluan."
Aku pun langsung pergi menuju ke ruangan klub.
Disana terlihat Suzune sedang membaca buku. Aku pun masuk ke ruangan itu.
Lalu saat ku mau duduk tiba-tiba Suzune berbicara.
"Jangan duduk dulu!"
"Kenapa?"
"Kenapa kamu menerima permintaan tanpa seizinku?"
"Karena sepertinya permintaanya menarik."
"Lagipula kenapa harus mencari tahu juga, padahal sudah pasti itu hanya seorang murid perempuan yang berada di ruangan itu."
"Kenapa kamu bisa yakin yang ada diruangan itu adalah seorang murid? bukannya murid tidak mempunyai kunci untuk memasuki ruangan."
"Bisa saja dia masuk kedalam melalui jendela luar yang terbuka."
"Coba kamu pikirkan, apa mungkin seorang perempuan bisa masuk keruangan itu lewat jendela. Padahal ruangan itu berada di lantai dua."
"Sepertinya kamu sangat tertarik, kalau begitu aku izinkan kamu untuk memeriksa ruangan itu."
"Apa kamu akan ikut?"
"Tentu saja tidak, aku tidak akan membuang-buang waktuku untuk hal yang seperti itu."
Aku pun langsung duduk dan menunggu sampai jam 17.30 sore. Aku pun langsung berdiri dari tempat dudukku.
"Apa kamu tidak berubah pikiran?"
"Tentu saja aku akan tetap pergi."
"Kalau begitu, aku akan pulang duluan. Ingat, jangan sampai melakukan hal yang tidak-tidak terhadap perempuan itu."
"Tenang saja aku bukan hewan liar."
Aku pun langsung menuju ke ruangan yang sudah diberitahukan oleh orang yang aku temui tadi.
Aku berjalan seperti biasanya sambil melihat kearah jendela. Langit sudah berwarna oranye, sepertinya waktunya sudah tepat.
Saatku sudah dekat dengan ruangan yang terkunci itu. Tiba-tiba aku mendengar suara seorang perempuan bernyanyi.
Bayang-bayang wajahmu
Tersimpan di hatiku
Meskipun... ku rasakan sakit
Aku akan tetap melihatmu disini
Aku pun bergegas menuju ruangan itu. Tapi benar yang dikatakan oleh mereka, pintunya terkunci. Tapi perempuan itu terus bernyanyi tanpa mempedulikanku yang sedang berusaha membuka pintu.
Aku mencoba untuk melihatnya melalui jendela. Tapi, karena hari sudah gelap. Di dalam ruangan itu pun gelap.
Tidak ada cara lain... aku akan mencoba mendobrak pintunya.
"Siapapun yang di dalam apa kamu baik-baik saja?"
.
Ia tetap tidak berhenti bernyanyi. Jadi aku akan tetap mendobrak pintunya.
Pintunya tetap tidak terbuka, aku pun mencoba untuk mendobraknya dengan sangat kencang. Mungkin pintunya akan rusak, tapi tidak apa-apa orang yang terjebak di dalam lebih penting.
Aku berlari kearah pintu itu untuk mendobraknya. Tapi sekitar 30 cm lagi aku berhasil mendobrak pintu itu, orang yang didalam membuka pintu.
Aku tidak sengaja menabraknya, dan kita pun terjatuh.
"Ada apa kamu kesini?"
"Aku hanya ingin memastikan apa kamu baik-baik saja."
"Aneh sekali kamu mengkhawatirkan orang yang tidak kamu kenal."
Tiba-tiba ada suara langkah kaki yang terdengar seperti ada seseorang yang sedang berlari.
Orang itu melihat kearah kami, aku juga melihatnya. Ternyata orang itu adalah Suzune.
"Untung aku datang kesini, kalau tidak kamu akan melakukan yang tidak-tidak terhadap perempuan itu."
"Apa maksudmu?"
"Apa kamu bisa menjelaskan posisimu itu."
Setelah ku pikir-pikir posisiku terjatuh, seperti posisi orang-orang jahat yang sedang menerkam perempuan.
Aku pun berdiri, dan mencoba untuk menjelaskannya.
"Tenang Suzune aku tadi hanya terjatuh saat mencoba untuk mendobrak pintunya."
"Apakah itu benar?"
"Ya, itu benar. Kalau tidak percaya, tanyakan sendiri pada perempuan itu."
Perempuan itu pun menjelaskan kejadiannya. Setelah selesai menjelaskan kejadiannya, aku pun mencoba untuk menanyakan kepadanya tentang kunci yang dipegangnya.
"Darimana kamu mendapatkan kunci ruangan ini?"
"Aku diberi pinjam oleh guru, karena aku meminta untuk meminjamnya."
"Kenapa kamu diperbolehkan?"
"Karena aku membutuhkan ruangan untuk aku berlatih bernyanyi."