Semuanya baik-baik saja hari ini bagi Sesil, seperti biasa ia duduk dipojokkon perpustakaan dengan beberapa buku novel. Sayangnya, setelah membuka salah satu buku novel favoritnya yang sudah ia baca berulang kali hari 'baik-baik' saja berubah menjadi hari 'tidak baik', disaat itu juga hidupnya dan nasibnya berubah.
• • •
Sesil membuka matanya dan dikejutkan dengan penampilannya yang benar-benar berbeda dengan penampilan aslinya. Kini ia tengah memakai sebuah gaun berwarna biru muda, gaun yang terlihat simple, tetapi juga terlihat modis dan sangat anggun. Sesil tengah duduk dimeja rias, matanya menatap pantulan sebuah kamar dengan variasi vintage bergaya Eropa pada kaca meja riasnya itu.
"Putri Latricia?"
Sesil terkejut, mendengar suara yang muncul secara tiba-tiba di sisi belakangnya. Lantas, ia menoleh dan mendapati seorang wanita mungkin sedikit lebih tua darinya beberapa tahun dengan gaun seorang pelayan.
Tunggu sebentar. Putri Latricia? Dimana ia pernah mendengar nama itu, terasa familiar ketika mendengar pelayan wanita itu memanggilnya tadi. 𝘖𝘩 𝘢𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢! 𝘗𝘶𝘵𝘳𝘪 𝘓𝘢𝘵𝘳𝘪𝘤𝘪𝘢 𝘉𝘦𝘳𝘺𝘭 𝘌𝘮𝘦𝘳𝘺?!¹ batin Sesil.
𝐋𝐚𝐭𝐫𝐢𝐜𝐢𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐲𝐥 𝐄𝐦𝐞𝐫𝐲², dia adalah tokoh utama wanita dibuku yang selalu Sesil baca berulang kali di perpustakaan. Ia benar-benar sangat terkejut, sekarang pun ia baru menyadari bahwa dirinya masuk ke sebuah buku novel dan menjadi tokoh utama di novel tersebut.
"Putri Latricia, apa anda baik-baik saja?"
Ses— ah, sekarang ia bukan lagi Sesil. Sekarang ia adalah Latricia Beryl Emery, putri dari salah satu bangsawan di kota Emerelthyst. "Ah, aku baik-baik saja," ucapnya sembari tersenyum manis menghadap pelayan wanita itu.
Pelayan wanita itupun ikut tersenyum menatap Latricia. "Putri, sarapan sudah siap. Ayah, ibu dan kedua kakak laki-laki anda sudah menunggu dibawah."
Latricia kembali menghadap kaca meja rias, sekali lagi ia merapikan rambutnya dan memastikan penampilannya agar tetap rapi dan juga cantik. Setelah itu, Latricia beranjak dari duduknya, ia berjalan menuruni anak tangga perlahan dan cepat-cepat menuju ruang makan. "Selamat pagi, Ayah! Ibu! Kak Elliot! Kak Edmund!"
"Selamat pagi, Tricia adikku tersayang!" sahut Elliot—kakak laki-laki keduanya—tersenyum lebar. Tentu sapaan selamat pagi Latricia juga disambut hangat oleh Ayah, ibunya dan Edmund, Kakak laki-laki pertamanya.
Latricia tersenyum manis, kemudian menarik kursinya lalu mendaratkan bokongnya, duduk senyaman mungkin untuk dapat memulai sarapannya bersama keluarga tersayang.
Sebenarnya ia benar-benar sangat gugup. Ia merasa sedikit kebingungan harus bersikap seperti apa sebagai Latricia Beryl Emery. Dirinya takut berbuat sesuatu yang salah, ia takut jika satu keluarga tahu bahwa dirinya bukanlah seorang Latricia yang 'asli'.
"Tricia ada apa? apa kamu sedang tidak enak badan?"
Latricia tersentak, ia membelalakkan matanya kemudian tersenyum manis sembari menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, Ayah. Aku baik-baik saja, hanya sedang memikirkan sesuatu saja."
"Jangan-jangan kau memikirkan seorang laki-laki?!" pekik Elliot menatap Latricia dengan pandangan kecewa. "Apa kau mau meninggalkan Kakak laki-laki tersayangmu ini, Tricia?"
Edmund berdecak. "Elliot, berhenti berbicara mengada-ngada dan kau benar-benar sangat berisik. Bisakah kau sedikit bersikap tenang pagi ini?" Edmund menatap Elliot dengan tatapan sinis.
"Elliot, Edmund, sudah habiskan sarapan kalian," ucap Ibu tersenyum manis.
Elliot mendecih, ia membalas balik tatapan Edmund dengan sinis membuat Kedua orangtua mereka hanya menggelengkan kepala dan juga membuat Latricia tersenyum geli melihat perdebatan antara kedua Kakak laki-lakinya itu.
"Aku tidak sedang memikirkan seorang laki-laki, Kak."
Elliot tersenyum lega mendengar jawaban dari sang Adik perempuannya itu. "Aku benar-benar sangat takut jika Adik perempuan kesayanganku akan pergi meninggalkanku sendiri dengan seseorang yang menyebalkan disebelahku ini," ucapnya kemudian menatap Edmund disebelah–nya yang kini sedang mencoba untuk tetap fokus dengan makanannya itu.
"Omong-omong, Tricia. Bagaimana dengan rencana perjodohanmu yang Ayah bahas tempo lalu, apa kamu akan menyetujuinya?" tanya Ayah.
Latricia terdiam sejenak. "Ah, soal itu. Maaf, Ayah. Aku masih memikirkannya, jika aku menyetujuinya aku akan segera memberitahukan–nya kepada Ayah," ucap Latricia, kemudian ia beranjak dari duduknya. "Aku sudah selesai sarapan, terimakasih atas makanannya. Maaf, sepertinya aku harus kembali ke atas terlebih dahulu, ada yang harus aku lakukan, sekali lagi selamat pagi, semuanya."
Setelah Latricia sudah kembali ke kamarnya, semuanya sedikit kebingungan dengan sikap Latricia, seperti bukan biasanya. Tapi, tak beberapa lama mereka biarkan saja hal itu berlalu dan beranggapan bahwa mungkin saja Latricia memang sedang sibuk melakukan sesuatu.
• • •
Latricia berjalan bolak-balik, ia sedang memikirkan rencana dan kemungkinan yang akan terjadi kedepannya. Ia tak akan berpikir pusing jika cerita tentang Latricia Beryl Emery itu berakhir bahagia tanpa gangguan sama sekali. Masalahnya ini, perjodohan yang dikatakan Ayahnya ini benar-benar masalah besar untuknya.
Seperti yang diketahuinya setelah membaca buku novel itu berulang kali adalah Latricia akan dijodohkan oleh seorang anak Duke dari negeri Timur, dipikir-pikir mungkin saja mereka akan berakhir menjadi sepasang suami–istri yang harmonis. Sayangnya, itu hanya angan-angan. Karena, setelah Latricia dan Kedrick Nayland menikah. Laki-laki itu mencekik Latricia di kamar sesaat mereka baru saja tiba di rumah.
Jika tak memikirkan sebuah rencana dengan baik, cerita Latricia akan berakhir disitu saja. Tentu bukanlah akhir yang baik. Jadi, Sesil atau sebut saja Latricia yang 'sekarang', ia berencana untuk mengubah sedikit ataupun sebagian besar cerita agar tidak ada lagi masalah besar yang muncul. Tentu jika ada masalah besar muncul, itu akan merepotkannya yang secara teknisnya masih sedikit kebingungan harus bertindak seperti apa.
Latricia mendengus panjang, sepertinya ia harus memikirkan segala rencana sembari berjalan-jalan menghirup udara segar. Latricia keluar kamar dan menuruni anak tangga perlahan, ia mencari keberadaan Ayah ataupun Ibunya untuk meminta izin agar dapat mengijinkannya pergi keluar sebentar.
Bingo. Ibu tengah duduk disofa bersama tamu-tamu atau sebut saja teman dekat Ibu sembari menyeduh secangkir teh.
"Salam, Nyonya Berthy dan Nyonya Elvarett." Latricia tersenyum manis sembari sedikit menunduk memberi hormat.
"Kamu mau kemana, Tricia?" tanya Ibu.
"Ah, Ibu tolong ijinkan aku untuk berjalan-jalan sebentar keluar, apakah boleh?"
"Tentu, Tricia sayang. Apa perlu meminta salah satu pelayan untuk mengantarmu?"
"Tak apa, Ibu. Aku akan pergi sendiri, aku berjanji tidak akan pergi terlalu jauh dan aku akan pulang secepat mungkin sebelum hari mulai gelap," jawab Latricia mengecup pipi kiri Ibu–nya itu, tak lupa berpamitan kepada kedua teman Ibu.
"Baiklah, hati-hati, Tricia!"
Latricia kembali membalikkan badannya. "Oh ya, Ibu. Ayah dan Kakak, mereka ada dimana?"
"Ayahmu kembali ke markas setelah sarapan dan kedua Kakakmu kembali bekerja."
"Baiklah. Ibu, aku pergi dulu."
Setelah Latricia keluar dari ruang tamu tak lupa menutup pintu, ia berhenti sejenak ketika mendengar namanya disebut oleh salah satu teman Ibu.
"Latricia sudah semakin cantik, bagaimana jika ia menikahi Putraku?"
Latricia mendengus, kemudian kembali berjalan keluar rumah untuk mencari udara segar.
• • •
"Hah, udaranya segar sekali. Seperti sudah lama sekali aku tidak berjalan-jalan untuk menghirup udara, apa aku terlalu sering berada di perpustakaan, ya?"
𝘽𝙧𝙪𝙠³. Latricia meringis.
"Maaf, apa kau baik-baik saja?"
Latricia mendongakkan kepalanya ke atas, matanya membulat sempurna. "Rayen Maynard?"
"Maaf, apa kau mengenalku?"
𝘈𝘩, 𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘶𝘳𝘢-𝘱𝘶𝘳𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘢𝘭𝘯𝘺𝘢⁴, batin Latricia.
"Ah, tidak. Kau hanya terlihat seperti seseorang yang aku kenal," jawab Latricia canggung.
Rayen menatap Latricia, datar. Kemudian ia membalikkan badannya kembali berjalan meninggalkan Latricia tanpa membantunya sama sekali.
"Hey, Tuan! Apa kau tidak berniat membantuku berdiri?!" pekik Latricia kesal, is benar-benar tak habis pikir ternyata seorang Rayen Maynard memiliki sifat sombong seperti ini.
Langkah kaki Rayen terhenti ketika mendengar pekikkan Latricia, ia kembali membalikkan badannya menatap Latricia dengan wajah datar. "Apa aku harus membantu seseorang yang baru saja aku kenal?"
Wah! Sombong sekali dia, pikir Latricia. Latricia menatap Rayen dengan tatapan sinis. "Meskipun begitu kau tetap harus menolongku, wahai Tuan!"
Rayen berjalan mendekati Latricia perlahan, ia berjongkok untuk melihat pergelangan kaki kanan Latricia yang tampak membengkak itu. Rayen menyentuh pergelangan kaki Latricia, membuat sang empu meringis kesakitan. Pergelangan kaki Latricia terkilir, Rayen menghela napas panjang. Tiba-tiba saja Latricia merasa tubuhnya diangkat oleh Rayen, lelaki itu menggendongnya tanpa meminta izin kepada Latricia sama sekali.
"Hey! Hey! turunkan aku!"
"Diamlah. Memangnya kau bisa berjalan dengan kaki yang membengkak seperti itu?" ucap Rayen dengan wajah datarnya tanpa menatap Latricia sama sekali.
Pipi Latricia merona dan jantungnya tiba-tiba saja berdetak sangat cepat. Lagipula, siapa yang tidak merasa malu tiba-tiba saja digendong di tempat umum seperti ini? Sekarang pun orang-orang sudah menjadikan mereka berdua sebagai pusat perhatian. Pastinya sebentar lagi akan muncul berbagai rumor tentang seorang anak Duke yang menggendong seorang gadis di tempat umum, entah apa yang bakal terjadi nantinya.
"Tak usah pikirkan pembicaraan orang lain. Sekarang kita harus mengobati pergelangan kakimu dulu."
Latricia mengangguk pelan, jika dipikir-pikir lagi Rayen adalah orang yang sangat baik. Hanya saja ekspresi wajahnya yang selalu datar dan ucapannya yang terlalu jujur dan pedas itu membuatnya akan dianggap orang-orang sebagai seorang lelaki yang berkepribadian kasar dan juga sombong. Buktinya meskipun ia berucap sebaliknya, ia tetap menolong Latricia walaupun awalnya Latricia juga beranggapan Rayen adalah orang yang sangat menyebalkan.
"Tuan, siapa gadis ini?"
"Cepat kembali, aku harus mengobati pergelangan kakinya terlebih dahulu sebelum semakin membengkak."
"Tapi— baiklah, kita akan segera kembali secepat mungkin, Tuan."
• • •
Latricia meringis, pergelangan kakinya terasa sakit sekali sampai terasa sulit menggerakkan kakinya. Sedangkan, Rayen, ia fokus mengusap pergelangan kaki Latricia dengan air dingin itu. Latricia tak bisa berhenti menelusuri setiap inci wajah Rayen, Latricia akui Rayen memanglah seorang yang sangat tampan bagi para kaum hawa di kota Emerelthyst. Termasuk dirinya yang kini diam-diam melirik wajah Rayen.
Secara tak sengaja pandangan mereka bertemu, membuat keduanya buru-buru menatap ke tempat lain untuk mengalihkan pandangan dan kini pipi mereka sama-sama merona, jantung Latricia lagi-lagi berdetak cepat membuatnya harus bersikap setenang mungkin agar tidak ketahuan oleh Rayen.
Rayen berdehem. "Aku sudah mengobati pergelangan kakimu."
"T-terimakasih. Ah, aku harus memanggilmu siapa?"
"Namaku Rayen Maynard, kau bisa memanggilku Rayen seperti biasa. Omong-omong apa masih terasa sakit?" tanya Rayen menatap pergelangan kaki Latricia kemudian beralih menatap matanya.
"Ah, sudah lebih baik daripada tadi. Sekali lagi terimakasih, Tuan Rayen," lanjut Latricia, "namaku Latricia Beryl Emery, kau bisa memanggilku Latricia."
"Tricia?"
"Y-ya?" Latricia menatap Rayen gugup.
"Ah, maksudku apa aku boleh memanggilmu dengan Tricia?"
"Tentu, boleh. Keluargaku semuanya memanggilku Tricia, Tuan Rayen."
Tiba-tiba saja sebuah rencana terpintas dipikiran Latricia, bagaimana jika ia meminta Ayahnya untuk menikahkannya dengan Rayen? Meskipun didalam buku novel tokoh utamanya hanyalah Latricia, menurutnya tak masalah jika bisa menambah satu tokoh utama lagi. Tentu, itu juga bisa membuat nasib buruk Latricia berubah menjadi lebih baik daripada harus menikah dengan Kedrick dan dibunuh setelah itu.
Sepertinya rencana ini akan berjalan baik, sekarang ia harus mencoba membuat kontrak dengan Rayen agar dapat menjalankan rencananya selanjutnya.
"Tuan Rayen, ayo kita menikah."
"Maaf?"