Chapter 4 - Kedrick

"Jadi, harus kita mulai dari mana?" tanya Rayen menyesap secangkir teh.

Latricia tampak berpikir. "Ah, tentu saja setiap harinya kita akan terus-terusan bersandiwara layaknya sepasang kekasih. Tujuan utama aku membuat kontrak ini bukan 'balas dendam' atau sebagainya. Aku hanya ingin menciptakan akhโ€”"

Latricia hampir saja mengatakan rahasia bahwa dia dari dunia lain, ia menghela napas. "Maksudku, aku hanya ingin masa hidupku lebih panjang daripada harus dibunuh setelah aku menikah."

"Kau memang perempuan menarik."

Latricia mengernyitkan dahinya. "Maaf, apa?"

Rayen berdehem. "Lalu, apa rencanamu sekarang?"

"Sepertinya kita harus bertemu langsung dengan Kedrick. Kupikir jika Ayahku langsung memutuskan perjodohan dengan Ayah Kedrick, pasti laki-laki itu tidak akan menerimanya."

"Itu urusanmu."

"Hey! kau harus membantuku juga!" kesal Latricia. "Menyebalkan, huh!"

Rayen mengangkat kedua bahunya tak peduli, kemudian sibuk membaca berkas-berkas. Melihat itu, Latricia menggeram kesal. ๐˜‹๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ณ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช-๐˜ญ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ญ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ!ยน batin Latricia.

Latricia beranjak dari duduknya, lalu berjalan mendekati Rayen. Latricia memberhentikan langkah kakinya, tepat di depan meja Rayen. Lantas, Latricia menghela napas panjang, bibirnya membentuk sebuah senyuman. "Tuan Rayen yang terhormat, maukah kau pergi bersamaku untuk menemui Kedrick secara langsung?"

"Merepotkan."

Latricia tersenyum kecut mendengar jawaban Rayen, memang benar-benar harus ekstra bersabar dengan kelakuan Lelaki semacam Rayen. "Maaf, apa?"

"Merepotโ€”"

"ARGH! RAYEN, KAU MEMANG SANGAT MENYEBALKAN!" geram Latricia, ia berbalik lalu berjalan meninggalkan Rayen sembari menghentak-hentakkan kakinya. "Kalau tidak mau yasudah, aku akan pergi sendiri menemuinya!"

Rayen yang melihat Latricia begitu kesal dan geram kepadanya, hanya bisa tertawa dalam hati, bisa-bisanya ada seorang perempuan keras kepala dan sembrono seperti Latricia.

"Aidan ikuti Tricia, hari ini kau menjadi pengawal pribadinya."

Seorang pria berperawakan tinggi dengan wajah yang sama-sama berekspresi datar seperti Rayen itu berjalan mengikuti Latricia.

Sedangkan Latricia ia masih mencoba untuk meyakinkan dirinya untuk pergi menemui Kedrick, tapi dipikir-pikir kalau ia menemeui Kedrick sekarang apakah laki-laki itu akan datang? Memikirkan hal itu saja sudah membuatnya pening ditambah lagi emosinya masih naik turun karena perbuatan Rayen itu.

"Nona Latricโ€”"

"Apa lagi?!" Latricia sontak menoleh dengan ekspresi wajah kesal, namun ketika melihat orang yang memanggilnya ia langsung mengubah ekspresinya. "Ah, maafkan aku, Tuan. Apa kau mengenalku?"

"Salam, Aidan Remington mulai hari ini akan menjadi pengawal pribadi anda, Nona Latricia," ujar Aidan memberi hormat kepada Latricia.

"Rayen yang mengutusmu, Tuan Aidan?"

"Anda benar, Nona. Omong-omong, cukup panggil aku dengan 'Aidan', karena pangkatku tak sederajat dengan anda, Nona Latricia."

Latricia hampir tak berkutik karena melihat wajah Aidan, entah kenapa teringat sosok Rayen yang selalu memasang ekspresi datar seperti itu.

"Nona Latricia, aku akan menemanimu untuk menemui Tuan Kedrick."

Latricia mengerjapkan matanya pelan, kemudian berdehem. "Rayen? Ah, dia masih sibuk berkutat dengan tumpukkan kertas di mejanya, ya?"

Aidan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh Latricia.

"Yasudahlah, ayo kita pergi."

โ€ข โ€ข โ€ข

Latricia berdecak, sudah sekitar sepuluh menit ia menunggu kedatangan Kedrick. Lelaki itu bahkan sedari tadi tak menampakkan batang hidungnya, kalau bukan untuk membahas masalah tentang perjodohan itu. Latricia mungkin akan segera pergi meskipun ia baru menunggu sekitar satu menit.

Latricia berusaha untuk tetap bersabar menunggu Kedrick sembari menyesap secangkir teh, kalau lelaki itu tak juga datang. Latricia akan segera pergi. Persetan dengan perjodoan itu, ia harus cepat-cepat membuat berbagai macam rencana.

Bingo. Kedrick datang dengan santainya, Latricia sangat ingin menyiram wajahnya yang menyebalkan itu dengan teh, berani sekali lelaki itu membuat Latricia menunggu selama ini. Latricia menghela napas panjang, ia urungkan niatnya untuk menyiram Kedrick. Karena jika Latricia melakukan itu, reputasinya sebagai seorang Putri bangsawan akan hancur detik itu juga.

"Sudah lama menunggu, calon tunanganku?" Kedrick menarik kursi, lalu mendudukinya. Ia tersenyum menatap Latricia dan Latricia benci senyuman itu.

"Aku bukan calon tunanganmu, Tuan Kedrick."

"Haruskah kita cepat-cepat memesan cincin dan baju?"

"Cukup. Aku memintamu untuk bertemu bukan untuk berbasa-basi, apa kau belum diberitahu oleh Ayahmu tentang aku yang membatalkan rencana pertunangan kita?"

Kedrick tampak terkejut mendengar ucapan Latricia, melihat ekspresinya sepertinya Ayahnya belum memberitahunya sama sekali tentang pembatalan pertunangan itu.

"Sudah, ya. Karena masalahku sudah selesai aku harus segera kembali, sampai jumpa." Setelah memberi hormat, Latricia segera beranjak. Namun, tangannya ditahan oleh Kedrick, sontak membuatnya menatap Kedrick tak suka. "Bisakah kau melepaskan tanganmu dariku, Tuan Kedrick yang terhormat?"

Kedrick mendekatkan wajahnya ke telinga Latricia. Lelaki itu berbisik, "jangan pikir kau bisa lepas dariku semudah itu. Karena, aku akan melakukan sesuatu yang akan membuatmu sangat-sangat menyesal karena telah membatalkan pertunangan ini. Ingat itu baik-baik, Latricia. Oh ya, jaga terus 'keluarga'mu."

Latricia menegang ketika mendengar kata 'keluarga', meskipun pikirannya sudah kemana-mana. Latricia tetap mencoba untuk bersikap tenang di depan Kedrick, walaupun sekarang ia sudah sedikit ketakutan akan apa yang direncanakan lelaki itu nanti.

Setelah mengatakan itu, Kedrick langsung pergi begitu saja meninggalkan Latricia yang kini sudah memucat, entah sejak kapan tangannya sekarang sudah bergetar.

"Nona Latricia, anda baik-baik saja?" Aidan yang tiba-tiba muncul di hadapan Latricia sedikit khawatir melihat wajah perempuan itu yang kini sangat pucat.

Mendadak kepala Latricia terasa pusing, pandangannya semakin buram, lalu menggelap dan ia tak bisa melihat apapun.

"Nona Latricia!"