Latricia membuka matanya perlahan, ia mencoba untuk menetralkan pandangan matanya yang tertutupi oleh silaunya cahaya matahari. Tunggu sebentar, ini... dunia nyata?!
Latricia mengerjapkan matanya, ia terkejut dengan apa yang ia lihat sekarang. Masalahnya, sekarang ia kembali ke dunia nyata ditempat yang sama yaitu perpustakaan dan pada waktu yang sama. Tak mungkinkan selama ini dia hanya bermimpi karena memang yang ia alami itu benar-benar sangat nyata.
Latricia sontak membuka lembaran paling akhir, tak mungkin ia bisa kembali ke dunia nyata padahal ia sudah merubah ceritanya, pasti ada sesuatu yang ia lupakan atau lewatkan dan benar. Di lembar terakhir buku novel memang ada lembaran kosong yang tak terisi apa-apa, kemudian ia lihat lembar belakangnya.
"Seri kedua akan segera diterbitkan— tunggu dulu! apa maksudnya ini? seri kedua?" Latricia sedikit merasa terkejut, ia berpikir keras apa maksudnya ini.
Di buku novel ini tokoh utamanya hanyalah 'Latricia', jika masih ada seri kedua, apa mungkin 'Latricia' masih hidup? Ini benar-benar membuatnya bingung. Dengan sigap ia kembali membaca bagian terakhir buku novel, dibagian terakhir memang 'Latricia' dicekik oleh Kedrick setelah acara pernikahan mereka selesai, namun disini tak tertera bahwa Latricia benar-benar sudah mati dibunuh oleh Kedrick.
Padahal, dirinya sudah berulang kali membaca buku novel ini, kenapa baru sekarang ia menyadarinya? Dengan sigap ia beranjak dari duduknya, lalu pergi membawa buku novel itu. Ia harus segera mencari keberadaan seri kedua buku novel itu, ia harus kembali ke sana—𝘌𝘮𝘦𝘳𝘦𝘭𝘵𝘩𝘺𝘴𝘵¹.
Latricia—Sesil—merongoh sakunya mengambil ponselnya mencari kontak nama, lalu meneleponnya. "Natasha, temui aku di cafe biasa kita mengobrol. Aku butuh bantuanmu sekarang."
Setelah mematikan sambungan telepon, Latricia dengan cepat memanggil sebuah taksi untuk menemui Natasha—sahabatnya.
• • •
"Kau ingin meminta bantuan apa, Sesil? Seperti tidak biasanya," ujar seorang gadis berambut pendek sebahu dengan wajah putih pucat—Natasha.
"Aku sedang mencari buku novel 'Princess of Emerelthyst' seri kedua, Nat. Apa kau bisa membantuku untuk mencarinya? aku sangat-sangat membutuhkannya."
"Sesil, tenanglah. Kenapa kau terlihat panik dan terburu-buru sekali?" Natasha sedikit khawatir melihat Sesil yang terlihat sangat panik itu.
Sesil menarik napas panjang. "Aku baik-baik saja, Nat. Hanya saja aku benar-benar membutuhkan buku itu, tolong bantu aku, ya?"
Natasha mengangguk. "Iya, akan kubantu. Buku novel itu, yang sering kau baca ulang, 'kan?"
"Iya, kau benar. Itu buku novel favoritku, aku sudah sering cerita denganmu sudah berulang kali aku membacanya."
"Hm, seri kedua ya..." Natasha tampak berpikir sejenak. "Ah! 2 hari yang lalu, aku pernah melihat buku seri kedua itu. Saat itu, aku menabrak seorang perempuan ia membawa buku-buku dan pas sekali aku melihat dari salah satu bukunya ada judul buku novel 'Princess of Emerelthyst'. Sampul bukunya sedikit berbeda dengan buku pertama ini, kupikir itu buku seri keduanya."
"Jadi, apa kau tahu dia tinggal dimana atau aku bisa menemuinya dimana?"
"Setelah aku menabraknya, aku melihatnya masuk ke sebuah toko barang antik. Toko itu berada pas disebelah toko bunga dekat kampus kita."
"Terimakasih banyak, Nat." Ia sontak beranjak, sebelum ia berbalik. Sesil—Latricia—memeluk erat Natasha, sembari berbisik, "Nat, aku sungguh menyayangimu, terimakasih karena menjadi sahabat baikku. Tolong tetaplah ingat denganku, ya. Sampai jumpa dilain waktu."
Sesil—Latricia—langsung berbalik dan berjalan cepat, ia harus segera pergi ke toko antik itu, semoga saja perempuan yang ditabrak Natasha itu memang berada disitu. Kini Natasha masih berdiri mematung, ia masih sedikit bingung dan tak mengerti dengan ucapan Sesil.
Sesil—Latricia—mencoba untuk mencari taksi lagi, tetapi tak ada yang berhenti sama sekali. Dengan sigap, ia langsung saja berlari kencang menuju toko antik itu dan syukurlah tempat yang akan ia tuju cukup dekat jadi ia tak perlu waktu terlalu lama untuk sampai disitu.
Sesil—Latricia—, ia berhenti pas di depan toko antik itu, sebelum masuk, ia menetralkan dahulu napasnya yang masih terengah-engah akibat berlari itu. Padahal, kampusnya cukup dekat dengan toko ini, tetapi kenapa ia tak menyadari sama sekali masih ada toko antik dizaman ini. Tak mau lagi berpikir panjang, ia langsung berjalan masuk.
"Permisi?"
Tiba-tiba muncul seorang perempuan berkacamata dengan rambut panjang bergelombang, perempuan itu berjalan mendekati Sesil—Latricia—sembari tersenyum manis. "Ada yang bisa kubantu?"
"Aku ingin bertanya, apakah disini ada seri kedua buku novel ini?" ujar Sesil—Latricia—sembari menunjukkan buku novel itu.
Perempuan itu diam sejenak. "Ah, buku itu ya. Mari masuk akan aku tunjukkan buku itu." Perempuan berkacamata itu membuka sebuah pintu dan mempersilakan Sesil masuk.
Setelah Sesil masuk, ia dapat melihat berbagai macam rak berisi buku-buku, ruangan ini sudah seperti perpustakaan.
"Penulis buku itu adalah Ayahku."
Sesil yang mendengar itu sontak menoleh. "Apakah boleh aku bertemu dengan Ayahmu?"
"Sayangnya, Ayahku sudah meninggal."
Sesil terkejut mendengar itu. "Maafkan aku, aku sunggu minta maaf. Aku turut berduka cita untuk Ayahmu."
Perempuan itu tersenyum. "Tak masalah dan terimakasih. Omong-omong apakah aku boleh tahu alasannya kau ingin bertemu Ayahku?"
"Sebelum itu perkenalkan namaku Sesil, aku disini ingin meminjam buku itu. Oleh karena itu, aku harus bertemu langsung kepada Ayahmu untuk meminjamnya."
"Ah, sepertinya kau gadis yang dimaksud Ayahku ya," gumam perempuan itu.
Sesil mengerutkan dahinya, bingung. "Maaf, apa?"