Sudah hampir satu setengah hari Latricia terbaring dengan Rayen yang selalu menemaninya, Rayen benar-benar khawatir dengan keadaan Latricia. Lelaki itu menyesal tak menemani Latricia bertemu dengan Kedrick tempo lalu, harusnya ia menyetujui ajakkan Latricia, bukan malah hanya memberi kepercayaan kepada seorang pengawal untuk melindungi dan menjaga Latricia.
Rayen mengusap puncak kepala Latricia sebelum ia beranjak untuk kembali ke ruangannya, namun niatnya ia urungkan ketika mendengar suara Latricia. "R–ray ..."
Sontak Rayen menoleh, sekarang ia bisa bernafas lega melihat Latricia yang kini sudah membuka matanya. Rayen kembali duduk diposisinya semula. "Latricia, kau baik-baik saja?"
Latricia terisak, air matanya mengalir deras. "R–ray ... Keluargaku b–bagaimana?" Ia menegakkan tubuhnya untuk duduk, badannya bergetar hebat.
Rayen terkejut melihat Latricia yang tiba-tiba saja menangis, kali ini rasa khawatirnya kembali menghantuinya. "Tricia tenanglah. Apa kau baik-baik saja?"
Latricia menggelengkan kepalanya, lagi-lagi ia terisak dan air matanya mengalir semakin deras. "I–ibu... A–ayah... Kakak... a–apa mereka baik-baik saja?"
Rayen tak tega melihat keadaan Latricia sekarang. "Tricia deng—"
"Kubilang, apa mereka baik-baik? j–jawab aku?!" Latricia memukul dada bidang Rayen dengan air matanya yang masih mengalir deras itu.
"Tric—"
"Rayen!"
"LATRICIA!" Perempuan itu terkejut, Rayen memegang kedua pundak Latricia lalu matanya menatap mata Latricia, lembut. "Maafkan aku, tolong tenanglah. Mereka baik-baik saja, percayalah denganku, oke?"
Latricia mengangguk pelan, badannya masih bergetar hebat. Melihat keadaan Latricia, hati Rayen serasa teriris, sangat sakit dan sesak. Lantas lelaki itu menarik Latricia ke dalam dekapannya dan memeluknya erat sembari mengelus rambut Latricia, pelan.
"Tricia, tolong jangan pernah menangis lagi didepanku seperti ini."
Latricia hanya diam, ia sama sekali tak membalas pelukan erat Rayen. Pikiran dan tatapannya kosong, perempuan itu lagi-lagi terisak. "Bagaimana jika Kedrick melukai keluargaku? bagaimana?"
Rayen tertegun mendengar nama 'Kedrick'. Apa maksud Latricia tentang lelaki itu melukai keluarganya?
Rayen melepaskan dekapan eratnya, ia memegang kedua bahu Latricia. "Apa maksudmu, Tricia? Kau tidak bermimpi buruk?"
Latricia menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak ... tempo lalu saat aku bertemu dengan Kedrick. Lelaki itu bilang sesuatu bahwa 'aku akan menyesal dengan keputusan membatalkan pertunanganku dengannya' dan dia bilang sesuatu tentang 'keluargaku'. Aku takut, Ray. Aku takut dia akan melukai keluargaku …."
Rayen sedikit terkejut mendengar cerita Latricia. Kedrick, lelaki brengsek itu. Jika ia benar-benar akan melakukan sesuatu kepada keluarga Latricia ataupun Latricia sekalipun. Rayen tak akan segan-segan membuat Kedrick menderita karena telah melukai seseorang yang ia sayangi.
Rayen menatap Latricia lembut, ia mengelus puncak kepala Latricia pelan. Kemudian, mengecup singkat kening Latricia. "Tidak usah mengkhawatirkan apapun, aku akan datang ke rumahmu untuk mengecek keluargamu. Beristirahatlah …."
Setelah menyelimuti Latricia, lantas Rayen keluar entah pergi kemana. Latricia menatap langit-langit kamar yang bercorak itu. Ini mansion keluarga Rayen?
Latricia menghela napas, ia benar-benar merepotkan Rayen. Tiba-tiba terlintas di pikirannya saat tadi Rayen mengecup keningnya, mendadak pipinya merona.
Terkadang Latricia bingung dengan kepribadian dan sifat Rayen, lelaki itu ... ia memang baik dan juga perhatian. Tetapi, tetap saja sifat menyebalkannya itu masih melekat di diri lelaki itu.
Sontak Latricia menggelengkan kepalanya, kenapa jadi memikirkan tentang Rayen, sih? Lagi-lagi Latricia menghela napas, lalu ia mencoba untuk memejamkan matanya perlahan. Hingga ia tertidur pulas.