Chapter 3 - Kontrak

Pagi ini, Latricia tengah merapikan rambutnya itu. Tiba-tiba saja terlintas dipikirannya tentang perilaku Rayen kemarin malam, tentu itu membuat Latricia malu dan hampir semalaman dalam tidurnya ia terus bergumam bahwa perilaku Rayen itu hanyalah sebuah sandiwara dan termasuk dari bagian kontrak yang mereka buat.

Tapi, tetap saja. Perilaku Rayen kemarin malam pasti akan membuat semua perempuan juga berpikiran seperti Latricia.

Latricia menggelengkan kepalanya, ia menepuk kedua pipinya pelan. Ia harus cepat-cepat membuang pikiran anehnya itu. Tidak boleh ada cinta diatas kontrak yang dibuat oleh Latricia, ia harus fokus menjalani rencananya untuk membuat akhir cerita dengan baik.

"Permisi, Putri Latricia. Ayah anda ingin berbicara dengan anda."

"Baiklah, aku akan segera ke bawah. Terimakasih sudah memberitahuku, Grita."

โ€ข โ€ข โ€ข

"Ibumu bilang kamu membawa kekasihmu kemari, benar?" tanya Edenโ€”Ayah.

"Sebenarnya Rayen yang membawaku kemari, karena kemarin kakiku terkilir saat sedang berjalan-jalan," jawab Latricia.

Eden berdehem. "Kenapa kamu tidak bercerita kepada Ayah, kalau kamu sudah memiliki seorang kekasih, Tricia? Seharusnya kamu bilang lebih awal, agar Ayah tidak perlu membuat perjanjian perjodohan dengan anak dari teman Ayah."

"Maafkan aku, Ayah. Seharusnya aku bisa memberitahumu lebih awal, hanya saja aku takut Ayah tidak menyetujui hubungan kami berdua." Latricia menundukkan kepalanya, pandangan matanya kini menatap tepat pada jari-jari tangannya itu.

"Tricia, Putriku tersayang. Angkat kepalamu, lihat Ayah."

Latricia mengangkat kepalanya dan menatap Eden, lalu tersenyum lembut.

"Putriku sudah besar sekarang, jika memang itu keputusanmu dan jika memang itu yang terbaik untukmu. Tentu, Ayah akan selalu mendukungmu, Tricia. Tak hanya Ayah. Ibumu dan Kedua kakak laki-lakimu pasti mendukung keputusanmu," ujar Eden berjalan mendekati Latricia, ia mengusap puncak kepala Putrinya itu.

"Soal perjanjian perjodohan itu, tak usah dipikirkan biar Ayah yang mengurusnya dan Tricia jangan bilang kepada Ayah bahwa kekasihmu membuatmu menangis. Jika ia melakukannya, lelaki itu akan Ayah buat menderita karena telah berani-beraninya menyakiti hati Putri kesayanganku ini," lanjut Eden tersenyum lembut menatap Latricia dengan tangannya yang masih mengusap puncak kepalanya.

Latricia tersenyum, matanya sudah berkaca-kaca. Ia bahagia bisa memiliki keluarga yang baik. "Terimakasih, Ayah." Latricia memeluk Eden erat, sontak Eden pun ikut mendekap tubuh Putrinya itu.

"Latricia aku juga mau dipeluk olehmu!" sahut Elliot yang tiba-tiba muncul dibalik pintu bersama Lareisha dan juga Edmund.

"Ayo, kita berpelukkan bersama." Disitulah adegan manis oleh mereka berempat yang kini saling berpelukkan satu sama lain.

"Aku sangat menyayangi kalian semua," gumam Latricia.

๐˜ฝ๐™ง๐™–๐™ !ยน

"Oh astaga maafkan aku, Tuan dan Nyonya," ujar seorang pelayan yang tiba-tiba saja membuka pintu dan secara tak sengaja melihat pemandangan antar-anggota keluarga itu. "Putri Latricia, Tuan Rayen sudah datang."

Sontak Latricia menoleh, ia bergegas keluar untuk menemui Rayen sembari mengusap air mata yang masih berada dipelupuk matanya itu. Entah kenapa kaki Latricia melangkah cukup cepat, seperti benar-benar tidak sabaran untuk bertemu dengan kekasih dan calon suami baru 'kontrakkannya' itu.

Rayen yang baru saja mendudukkan diri di sofa, sontak menoleh dan langsung beranjak ketika melihat Latricia datang dengan terburu-buru itu. "Hey, kenapa kau terburu-buru seperti itu? bagaimana jika nanti kau terjaโ€”"

Belum sempat Rayen menyelesaikan ucapannya itu, Latricia tersandung, tentu membuat keseimbangannya itu runtuh. Dengan sigap Rayen menangkap Latricia ke dalam dekapannya sebelum ia terjatuh ke lantai dan membuat pergelangan kakinya membengkak lagi. "Latricia, kenapa kau mesti terburu-buru seperti itu? jika kau tak sempat kutangkap, bagaimana?" kesal Rayen menatap Latricia jengah.

Latricia tersenyum canggung. "M-maafkan aku. Aku hanya ingin bilang bahwa ada Ayโ€”"

"Ada apa ini?"

Rayen dan Latricia menoleh dan mendapati Eden juga Lareisha berjalan mendekati mereka berdua. Sontak Rayen melepas Latricia dari dekapannya membuat Latricia terduduk di lantai, lantas Latricia meringis sembari menatap Rayen kesal, lalu dengan sigap Latricia berdiri dengan tegak tak lupa membersihkan bajunya itu.

"Salam, Tuan Eden dan Nyonya Lareisha."

Mereka menyambut hangat kedatangan Rayen.

"Silakan duduk, Tuan Rayen," ujar Lareisha.

"Terimakasih, Nyonya Lareisha. Omong-omong anda tidak perlu memanggilku dengan embel-embel 'tuan', cukup memanggilku dengan 'Rayen'," jawab Rayen, sopan. "Ah, sebelumnya tolong berikan aku kesempatan untuk mengenalkan diri secara resmi, Tuan dan Nyonya."

"Tentu, silakan."

Rayen tersenyum. "Tuan dan Nyonya, perkenalkan namaku Rayen Maynard. Aku adalah kekasih Tricia, senang bertemu dengan anda."

"Jadi, kamu adalah anak dari Duke Maynard, benar?" tanya Eden menatap Rayen.

"Anda benar, Tuan Eden. Tapi, tak perlu memperlakukanku sebagai seorang anak dari Duke. Cukup perlakukanku sebagai kekasih dari Putri anda."

Latricia yang sedari tadi diam dan hanya menyimak percakapan, lagi-lagi dibuat terkejut dengan cara Rayen bersandiwara. Latricia pikir, Rayen hanyalah lelaki sombong, keras kepala, dan juga aneh. Ternyata Rayen seorang yang pintar bersandiwara. ๐˜Š๐˜ฌ, ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ณ-๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช ๐˜ด๐˜ช๐˜ง๐˜ข๐˜ต ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ชยฒ, pikir Latricia.

Semakin berlangsung lama perbincangannya. Latricia meraih salah satu cangkir teh, lalu menyeruput teh tersebut perlahan.

"Tuan dan Nyonya, jika diperkenankan tolong ijinkan saya untuk menikahi Latricia." Ucapan Rayen yang secara tiba-tiba itu, membuat Latricia tersedak teh. Tak hanya Latricia yang terkejut, Eden dan Lareisha juga dibuat terkejut dengan ucapan Rayen itu.

"Oh astaga, Tricia apa kamu baik-baik saja, sayang?" tanya Lareisha khawatir dengan Latricia yang tersedak teh itu.

Latricia tersenyum canggung. "A-aku tidak apa-apa, Ibu. Hanya saja teh ini terlalu panas," jawab Latricia seadanya, matanya beralih menatap Rayen. Apa yang dipikirkan laki-laki ini?! aku bahkan belum mulai membahas kontrak dengannya! batin Latricia jengkel.

"Ah, maafkan aku. Sepertinya aku harus kembali ke atas untuk berganti pakaian, permisi. Kalian bisa melanjutkan pembicaraannya." Cepat-cepat Latricia berjalan menuju kamarnya.

Sesampainya dikamar, Latricia langsung menutup pintu. Ia benar-benar tak habis pikir dengan apa yang dikatakan Rayen tadi, sebenarnya tak masalah, hanya saja bahkan mereka belum mulai membahas kontrak. Kenapa Rayen sudah bilang kepada kedua orangtuanya?

"Hah, apa dia sudah gila?! dasar menyebalkan! menyebalโ€”"

๐™๐™ค๐™ ! ๐™๐™ค๐™ ! ๐™๐™ค๐™ !ยณ

"Permisi, Putri Latricia. Pelayan Tuan Rayen memberikan saya sesuatu, katanya Tuan Rayen berpesan agar anda memakainya."

"Apa itu, Grita?" Latricia menatap bingung ke sebuah kotak sedang yang berwarna putih itu.

"Saya tidak tahu, Putri. Sepertinya ini sebuah baju." Latricia membuka kotak sedang itu dan benar isinya adalah sebuah gaun biru pastel dengan campuran warna putih, gaun itu tampak cantik dan sangat modis.

Latricia tersenyum tipis. "Grita bantu aku untuk berdandan."

Dikala Latricia sibuk berganti pakaian dan berdandan, sedangkan perbincangan Rayen bersama Eden dan Lareisha masih berlanjut.

"Maafkan saya yang secara tiba-tiba ingin melamar Putri anda, saya hanya tak bisa membiarkan Tricia menikahi orang lain," lanjut Rayen.

"Jadi, kamu sudah mendengar tentang perjodohan Latricia dengan anak temanku?" ujar Eden sembari menyesap secangkir teh.

Rayen mengangguk. "Iya, Tuan Eden. Saya mendengarnya dari Tricia. Saya tahu ini cukup mendadak, tapi, sekali lagi tolong ijinkan saya tuk menikahi Tricia."

"Mengapa aku dan istriku harus memberimu izin untuk dapat menikahi Tricia?"

"Pertama, tentu karena saya amat sangat menyayangi Tricia. Kedua, dia adalah kekasih saya dan dia sangatlah berharga untuk saya. Ketiga, saya ingin melindungi Tricia, ingin selalu berada disisinya. Tricia memang gadis ceroboh, tapi dia memiliki hati yang sangat baik. Tricia banyak mengajarkan saya banyak hal, saya tak bisa menyia-nyiakan seorang gadis seperti Tricia dan terakhir dia ... mirip dengan Ibu kandung saya," jawab Rayen panjang.

Eden dan Lareisha saling bertatapan satu sama lain, mereka tersenyum.

Eden berdehem. "Baiklah, Rayen. Jadi, kapan rencana pernikahanmu dengan Tricia dilaksanakan?"

"A-ah, soal ituโ€”"

"Maaf menyela pembicaraan kalian. Soal itu kami berdua masih membicarakannya, Ayah. Jika, kami sudah yakin pernikahan akan ditetapkan pada hari apa, aku dan Rayen akan langsung memberitahukan kepada Ayah. Benarkan, Ray?"

Latricia yang tiba-tiba saja masuk dan memotong pembicaraan kini membuat Rayen tak bisa mengalihkan pandangan matanya dari Latricia, karena perempuan itu sekarang sangatlah cantik. Rayen berpikir gaun yang ia pilih akan cocok saat dipakai oleh Latricia dan benar, karena kini Latricia berhasil menghipnotis pandangan Rayen.

"Ray?"

Rayen berdehem. "Benar yang dikatakan oleh Tricia, Tuan Eden."

"Kalau begitu pembicaraan kalian disini sudah selesaikan, Ayah, Ibu?" tanya Latricia. "Kalau begitu. Ayah, Ibu, aku akan pergi ke rumah Rayen. Bolehkan?"

Eden dan Lareisha menganggukkan kepalanya bersamaan.

"Aku pergi dulu, Ayah, Ibu. Omong-omong tak usah mengkhawatirkanku karena ada Rayen yang menjagaku, aku pergi dulu!" Latricia menarik tangan Rayen sontak membuatnya terkejut dan cepat-cepat berpamitan dengan Eden dan Lareisha.

"Terimakasih dan permisi, Tuan Eden dan Nyonya Lareisha."

Setelah punggung Latricia dan Rayen menghilang dibalik pintu, Eden merangkul Lareisha. "Sepertinya Putri kecil kita sudah memiliki seseorang yang bisa mendampinginya, aku harap ucapan laki-laki itu tulus dari hatinya."

"Terimakasih, Ray." Latricia tersenyum.

Ray menoleh. "Untuk?"

"Untuk ucapanmu tadi."

Ray tersenyum tipis, lalu kembali melirik ke luar. "Tak masalah."