Chereads / Hidup Lagi Di Dunia Pararel Yang Penuh Fantasi / Chapter 58 - 57 : Kengerian Calon Serikat

Chapter 58 - 57 : Kengerian Calon Serikat

Sebelumnya : Hari sudah berakhir di hari pertama mereka latihan.

Haru menerima tanda terima kasih Lucy yang berupa jubah merah gelap berharga milik Lucy.

Malam hampir tiba, Nilo dan Shely tidur dalam satu tenda, begitu juga dengan Haru dan Lucy.

***

Malam sudah menyelimuti gunung ini, dan aku berbaring di kasur gulung ini. Aku sedikit terkejut, karena kota ini sudah memiliki hal semacam ini.

Aku tidur di samping Lucy.

"Aku mau mandi dulu." Kata Lucy sambil mengikat rambutnya.

"Mandi? Dimana?" Tanyaku yang masih tiduran di kasur gulungku.

"Ada air terjun beberapa meter ke arah selatan. Dan... seharusnya kau jangan tiduran dulu disitu, keringatmu nanti menempel disana tau."

"Biarin! Ini kan tempat tidurku." Kataku sambil membalikan badanku.

"Tapi itu kasur milikku!"

"Ah! Kau benar."

***

Selama empat hari terakhir, kami berlatih. Metode pelatihan kami tidak ada yang berubah, semuanya sama. Kecuali Lucy yang bergabung dengan metode latihan Nilo dan Shely.

Aku tidak akan sanggup berlatih dengan cara battle royal, jadi aku melanjutkan dengan latihan fisikku.

Aku merasakan kalau tubuhku jadi lebih kuat, bahkan aku merasa bisa mengalahkan siapapun, yang levelnya di bawahku. Ya itu sih tentu saja.

Kami kembali ke serikat sunrise dua hari sebelum hari turnamen, dan kota sudah ramai seperti ada festival atau semacamnya.

Aku jadi teringat gadis buta itu.

Kami memasuki serikat dan makan yang banyak. Karena saat di gunung, kami hanya memakan makanan yang ada di sana saja. Bahkan aku pernah hanya memakan daun saja, karena porsi makananku di makan Nilo. Aku tidak berani protes dan memilih untuk mandi sambil makan daun. Ah! Mengerikan.

"Kalian sudah kembali?" Tanya master. Dia membalikan badannya yang sedang duduk di kursi bar itu.

Kami semua mengangguk. Memangnya dari tadi kami kemana? Bukankah kami disini sudah beberapa jam yang lalu? Dan dia baru sadar sekarang?.

"Nilo, Shely. Kalian pergilah memeriksa tempatnya. Haru... aku ingin bicara denganmu."

Kami semua mengangguk setuju dan melakukan apa yang master perintahkan.

Lucy entah bagaimana, tapi dia naik ke lantai dua. Mungkin dia ingin mendinginkan kepalanya untuk sejenak.

"Ada apa, Master?" tanyaku yang duduk di samping kanan Master.

"Yah... minum dulu minumannya."

"Mana?"

"Oh... aku belum pesan ya?"

Apa-apa'an sih orang tua ini?

"Tidak usah!" Kataku. "Master ingin bicara tentang apa?"

"Tentang kebenaran." Wajahnya terlihat serius, tangannya mengepal jadi satu di atas meja ini.

"Kebenaran? Kebenaran apa?"

"Apa kau benar mengalahkan, bukan! Tapi membunuh dua monster itu?"

"Aku sudah bilang, itu juga ada bantuan dari Lucy." Dan kristal iblis, tapi mana bisa aku mengatakan itu.

"Begitu ya." Matanya terlihat gelap, lalu dia berbalik menghadapku, dan saat matanya bertemu dengan mataku, matanya berbinar senang. "Jadi kau pasti bisa memenangkan pertandingan itu kan?" Dengan wajah goofy yang menyebalkan, dia mengatakan itu?.

Tidak kusangka Master dari serikat ini terlihat begitu bodoh.

"Yah... mungkin."

"Kau harus bisa. Orang itu, tidak boleh mendirikan serikat." Wajahnya kembali serius.

"Orang itu? Maksudmu... dia yang waktu itu?"

"Iya. Dia itu dulunya anggota serikat ini, dia adalah teman satu partyku, dan dia tidak terima aku jadi seorang Master di sebuah serikat."

"Apa maumu, Master? Apa kau tidak mau..."

"Bukan! Aku tidak cemburu atau takut kalah, tapi jika dia menjadi master, maka serikatnya... kemungkinan akan menebar ketakutan di kota ini. Bahkan mungkin, mereka akan menerima quest pembunuhan sesama Manusia."

"Ha?"

"Aku yakin, bahkan sekarang, mereka sedang menerima quest pembunuhan."

"Mereka.. apa mereka itu semacam tentara bayaran?"

"Bukan! Mereka adalah kelompok yang melakukan apapun untuk gold, bahkan jika itu membunuh teman mereka sendiri."

"Kau tidak bohong, kan?"

"Inilah kebenaran yang ingin aku ceritakan. Semuanya sudah tau siapa dia, tapi tidak denganmu."

"Oh... aku mengerti. Kau juga ingin menambah semangatku dalam bertarung kan?"

Master tersenyum dan berkata, "Kau pintar juga."