Sebelumnya : Nilo tertelan oleh ular hitam raksasa, yang di hasilkan dari sihir si kurus. Kekalahan telak bagi Nilo.
Pertarungan selanjutnya adalah Haru.
Haru : Bagaimana kau bisa kalah?.
Nilo : Berisik! Memangnya ada ya ular raksasa seperti itu? Lagian, zat asam di dalam perutnya panas sekali.
■■■
Lawanku adalah seseorang yang terlihat cukup kuat. Pakaian jubah berwarna ungu, celana dan sepatu runcing hitam. Membawa tongkat dan memakai topi penyihir. Dia terlihat seperti penyihir yang bisa diandalkan.
"Apa kau pernah merasakan kematian, Haru?" Tanyanya dengan wajah datar.
"Mati? Yah... beberapa kali." Jawabku dengan santai.
Dia tertawa mendengar jawabanku, "Kau pintar sekali bercanda."
Yah... itu bukan candaan! Aku benar-benar mati, tahu.
Gong pun berbunyi.
Aku langsung menarik pedangku dan melompat kearahnya, lalu menebaskan pedangku secara horizontal.
Tapi seranganku tertahan karena tongkat sihirnya. Ha? Ini kan hanya tongkat dari kayu, tapi kenapa bisa menghentikan pedang?.
"Kau terlalu naif, Haru." Dia lalu tersenyum, dan merapal, "Petir! Aliri tongkat ini!"
Setelah dia merapal itu, tiba-tiba tongkat ini memiliki daya setrum yang tinggi.
"Aaaaaaahhhhh!" Aku tersetrum dan tidak bisa bergerak. Satu-satunya gerakanku adalah gerakan seseorang yang tersengat sengatan listrik tegangan tinggi.
Aku tidak bisa melepaskan pedangku, dan aku masih terus tersengat tegangan tinggi ini. Lama-kelamaan, kulitku mulai melepuh dan terkelupas. Air liur dan air mataku mulai keluar tanpa di beri tahu lagi.
"Geeeeeeehhh." Aku menyatukan rahangku dan hanya bisa bertahan.
Seluruh kulitku mulai terkelupas. Sampai akhirnya, rohku keluar. Aku mati lagi?.
Tubuhku terkapar di tanah dan tidak bergerak. Aku masih bisa melihat sedikit aliran listrik di sana.
Benar! Saat seseorang terlalu lama tersengat aliran listrik, maka jantungnya akan pecah. Aku rasa jantungku juga pecah.
Tubuhku mengeluarkan asap yang sangat banyak. Dan aku yakin baunya sangat tidak sedap.
Penyihir itu tersenyum, "Masih terlalu cepat seratus tahun bagimu untuk mengalahkanku, bocah!"
Aku tidak mau membuang tenagaku jadi aku membiarkan tubuhku tidak bergerak.
Proses regenerasi dimulai. Tubuhku terbakar dan menyembuhkan lukanya.
Semua orang terkejut dengan itu. Mungkin mereka mengira kalau itu adalah hasil dari listrik tadi, tapi bukan.
Suara seseorang di arena terdengar lagi, "Haru, jatuh... pemenangnya..."
Proses regenerasi selesai.
Rohku tertarik dan aku mulai bangkit.
"Tunggu! Aku belum kalah." Kataku sambil mencoba bangkit dan mengambil pedangku kembali.
"Apa?" Penyihir itu terkejut dan melihatku dengan tanda tanya besar. "Kenapa kau masih bisa bangkit? Dan... kemana semua luka bakarnya?"
"Bukan hanya si kurus itu yang memiliki kemampuan regenerasi tingkat tinggi."
"BRENGSEK!" Lalu dia mengangkat tongkatnya, dan tanah di sekitarku bergetar.
Lalu di kedua sisiku, kanan dan kiri. Tanahnya meninggi dan menghancurkan aku *DUAR*
"Akh!"
Lagi-lagi rohku keluar.
Darahku keluar dari celah batu itu. Lalu batunya mulai hancur, dan terlihat tubuhku yang sudah hancur. Gepeng. Tidak! Itu beneran hancur.
Itu mengerikan.
"Dengan itu, regenerasi tingkat tinggi pun tidak akan bisa bertahan."
Sial!.
Proses penyembuhan dimulai. Tubuhku terbakar lagi lalu menyatukan dan membenarkan kembali seluruh bagian tubuh yang hancur.
Proses penyembuhan selesai. Rohku kembali. Aku bangkit lagi.
"Xihi. Sudah selesai?" Tanyaku.
"Apa? Ada apa denganmu?"
Semua orang yang ada di koloseum ini terkejut dan hanya terdiam bodoh, bahkan para Master pun hanya membuka mulut mereka.
Anggota serikat baru itu hanya terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa.
"Kenapa Haru bisa seperti itu?" Shely bertanya pada Lucy dengan tampang tanda tanya.
Lucy hanya tersenyum kecut mendengarnya dan berkata dengan ragu, "Aku juga tidak tahu."
Kalian semua tidak perlu tahu.