Sebelumnya : pertarungan Haru dan penyihir itu masih berlanjut.
Haru dikurung di dalam penghalang anti sihir, dan kepalanya di ledakan oleh bom sihir yang di tempelkan di dagunya.
Kematian yang tidak pasti hampir datang.
Dewa berbaju batik itu datang menemui Haru lagi. Dia mengatakan tentang Raja Dunia dan keabadian Haru.
■■■
Penonton mulai bersorak. Mereka berpikir aku sudah mati, karena aku sudah tidak bergerak selama beberapa menit.
Seluruh anggota serikatku terkejut melihat itu. Lucy dan Shely hanya menutup mulut mereka dan tidak bisa melakukan apapun.
"Tidak mungkin." Sangkal Lucy. Dia maju selangkah dan menaruh kedua tangannya di tembok pembatas. "Membunuh dalam pertandingan seperti ini itu tidak boleh!" Entah kenapa, tapi air mata Lucy mulai menetes.
Shely yang melihat kejadian itu langsung memegang pundak kanan Lucy dan berkata, "Lucy, sudahlah."
Apa maksudnya dengan sudahlah? Aku masih hidup, tahu.
"Aku menang!" Penyihir itu mengangkat kedua tangannya, dan melepaskan penghalang anti sihirnya.
Efek ledakan masih tersisa. Proses penyembuhan dimulai, dan selesai dalam beberapa detik.
Aku bangkit.
Penonton masih bersorak atas kemenangan si penyihir. Mata mereka teralihkan oleh orang itu. Ini menarik.
Aku ambil pedangku.
Menatap Penyihir itu dengan serius. Wajah sombongnya terlihat memuakan. Ini akan terlihat seperti saat Nilo melawanku, tapi bedanya, aku akan menusukan pedang ini ke perutnya dan membuat dia menyerah.
Dengan cepat aku langsung melompat ke arah penyihir itu, kabutnya memberiku jalan dan terlihat dengan jelas wajah penyihir itu.
Dia menyadariku dan hanya bisa terkejut dengan mulutnya yang terbuka.
"Siapa yang mati?" Tanyaku. Lalu pedangku menembus perutnya *JLEB* Darahnya keluar lumayan banyak.
"Apa?" Tangannya memegang pedangku, matanya melihat padaku, dan hatinya tidak percaya dengan yang namanya bangkit dari kematian.
"Dia hidup lagi~" Suara komentator terdengar di dalam arena ini.
Penonton kembali bersorak. Kali ini yang bersorak adalah pendukung serikat sunrise.
"Aku tanya sekali lagi! Siapa yang menang?" Tanyaku lagi.
"I-Itu tidak mengubah... akh... mengubah apapun! Pemenangnya, tetap a..."
Aku memutar pedangku, dan dia berteriak kesakitan, "Aaaaaahhhhh!" Aku tahu rasa sakit ini, karena aku juga pernah mengalaminya.
"Kenapa? Kenapa kau... tidak mati?" Tanyanya sambil menahan rasa sakit.
"Entahlah! Mungkin para Dewa belum mengijinkan aku untuk mati." Aku tersenyum, lalu melapisi pedangku dengan angin yang berbentuk seperti gergaji mesin, dan juga berputar.
"Waaaahhhhhhaaaahahahahaha~ Sialan!"
Dia sudah gila.
Aku menggertakan gigiku, dan hampir memotong perutnya, tapi... gong tanda berakhirnya waktu sudah berbunyi. Pertarungan sudah selesai, dan akhirnya imbang.
"Jadi, karena itu kau tertawa?" Tanyaku.
Dia tersenyum, "Benar! Sekarang... akh... cepat cabut pedang bodohmu... itu!"
"Aku tau." Aku membatalkan sihir pelapisnya dan menarik pedangku.
Dia memegangi perutnya yang berlubang. Mungkin agar isi dalam perutnya tidak kemana-mana.
"Ini bukan apa-apa." Katanya dengan sombong, lalu dia merapal, "Air! Sembuhkan luka ku!" Lingkaran sihir biru terbentuk di tangan kanannya yang memegangi perutnya, lalu air keluar dari lingkaran sihir itu dan melapisi lukanya, air itu ikut menghilang bersama dengan luka dan darahnya.
"Kau... adalah penyihir yang sangat luar biasa." Kataku dengan senyuman.
Dia balas tersenyum padaku dan berkata, "Dan kau... kau adalah penggila regenerasi yang sangat luar biasa menyebalkan."
"Yah... kita hanya sama di bagian luar biasanya saja."
"Iya... aku harap kita akan bertarung lagi, suatu saat nanti."
Yah... kalau boleh sih, aku tidak akan mau bertarung lagi dengannya. Harus berapa kali aku mati hanya untuk hampir mengalahkannya.
Suara komentator terdengar lagi, "Peserta yang telah bertarung, harap kembali ke tempatnya. Dan segera siapkan petarung kalian."
Saat aku kembali, Shely turun ke bawah, dia sepertinya sangat ingin bertarung.
"Haru, kau tidak apa?" Tanya Lucy dengan sedikit senyuman.
"Iya, aku tidak pernah merasa lebih baik."
"Baguslah."