Chereads / Hidup Lagi Di Dunia Pararel Yang Penuh Fantasi / Chapter 51 - 50 : Pertama Kali Melihat

Chapter 51 - 50 : Pertama Kali Melihat

Setelah meneteskan seluruh air mataku pada luka di tubuh Lucy, semua luka di tubuh Lucy pulih dengan cepat. Ini sama seperti saat aku meregenerasi, bedanya hanya ada pada apinya saja. Bagian tubuh Lucy yang hilang juga tumbuh kembali. Ini luar biasa.

Oh... itu... payudaranya Lucy? Oh... putih dan lumayan besar. Tidak kusangka putingnya akan berwarna merah muda.

Tunggu! Kenapa dia tidak bernafas?.

Aku kembali menaruh kepala Lucy dipangkuanku dan melihat wajahnya. Walau sekali-kali mataku melihat ke payudaranya. Mau bagaimana lagi, aku ini laki-laki tulen yang sudah menjomblo dari lahir sampai sekarang. Itu bukan curhat, tapi itu hanya semacam luapan hati.

Ini aneh. Kenapa Lucy tidak hidup juga?.

Aku menunggu dan terus menunggu. Lima, sepuluh, bahkan tiga puluh menit sudah berlalu. Tidak ada yang terjadi.

Mataku kembali meneteskan air mata, dan air mataku menetes ke mulut Lucy. Maaf! Aku rasa itu menjijikan. Maaf! Kau boleh memukulku nanti.

"Lucy." Kataku. "Kumohon! Bangunlah! Aku tidak punya teman lain lagi kecuali kamu! Kalau kau tidak bangun, maka aku akan menyusulmu dan menarikmu kembali ke dunia ini."

Beberapa detik setelah aku mengatakan kalimat sok keren itu, Lucy bernafas kembali.

Nafas awal seseorang yang bangkit kembali "Haaa~"

Lucy membuka matanya dan melihatku dengan matanya yang disipitkan, "Haru? Apa... aku sudah mati?"

Aku tersenyum, "Mati? Kalau kau mati, maka seseorang yang harusnya kau lihat bukanlah aku, tapi Jack."

"Ha?"

"Aku tidak akan mati semudah itu."

Lucy tersenyum dan mencoba untuk duduk, "Aku mendengar suara Jack."

"Hoo~ Itu yang membuatmu bangkit lagi?" Aku berhenti sejenak. "Apa yang dia katakan?"

"Dia bilang, 'Lucy! Komohon! Bangunlah! Hanya kau temanku' lalu suaranya terdengar samar, 'kalau kau tidak bangun, maka aku akan menyusulmu dan menarikmu kembali ke dunia ini' itu katanya."

Aku tersenyum geli "Yah..

Jack memang berani."

Lucy melihat kearah lain dan berkata dengan nada bingung, "Teman ya? Jadi selama ini dia hanya menganggapku teman?"

"Kalau boleh jujur, yang mengatakan itu... yah... tidak jadi deh."

Lucy melihatku dan memperlihatkan telapak tangan kanannya, "Lihat kartumu!"

"Buat apa?"

"Ah! Kasih aja!"

"Oke." Aku memberikannya.

Lucy yang menerima kartuku, dia langsung memutarnya dan melihat bagian belakang kartu, "Jadi kau berhasil membunuhnya ya?" Lucy berhenti sejenak, lalu berkata dengan pelan, "Makasih."

Bukan kau yang harusnya berterima kasih, tapi aku. Selama aku hidup sampai sekarang, aku belum pernah melihat payudara seorang gadis dengan mataku langsung, tanpa lewat layar monitor. Itu sungguh indah! Aku ingin menyentuhnya.

"Makasih?" Aku tersenyum bodoh. "Bukan berarti aku melakukannya untukmu! Aku membununya karena dia memang menyebalkan."

"Kau memang hebat." Dia mengembalikan kartuku lagi.

"Oh iya." Aku mengambil jubah Lucy di daftar itemku. "Ini. Aku rasa kau menjatuhkan ini."

"Oh..." Lucy mengambilnya. "Jadi kau menemukannya ya? Ini barang yang sangat berharga untukku." Dia membenamkan wajahnya di jubah merah gelap itu. "Maafkan aku!"

"Ayo pulang." Kataku. Aku lalu berdiri.

Lucy melihatku dari bawah, dan menyusulku beberapa detik setelahnya.

Kami berdiri saling berhadapan, lalu Lucy berkata dengan suara yang bergetar, "Makasih, Haru." Lalu dia memelukku begitu saja.

Aku hidup selama 18 tahun, belum pernah aku merasakan pelukan seorang gadis, kecuali Ibuku. Lagipula, Ibuku kan sudah bukan gadis lagi, tapi setidaknya dia perempuan kan?.

"Hiks... hiks... makasih."

"Aku tidak melakukan apapun." Aku melepaskan pelukan Lucy dan memegang kedua bahunya. "Aku ingin jujur padamu."

"Eh?" Lucy membuat wajah yang terkejut, dan wajahnya sedikit demi sedikit memerah.

"Aku mau bilang, kalau aku..."

"Tunggu dulu! Aku masih sayang sama Jack, jadi gak mungkin aku nerima perasaan kamu. Maafin aku, Haru." Lucy menutup matanya saat mengatakan itu.

"Ha?"

"Eh?" Dia melihatku dengan heran. Seharusnya aku yang melihatmu dengan tatapan heran.

"Yah... aku cuma mau bilang kalo aku minta maaf. Dari awal aku gak ada niatan buat nembak kamu, kok."

"Da-Dasar bodoh!" Dia menyembunyikan wajahnya di balik jubah itu. "Maaf buat apa?"

"Dari tadi, aku melihat payudara dan putingmu terus. Dan aku bahkan ingin menyentuhnya. Maafkan aku."

"Ha?" Lucy menarik jubahnya dan langsung melihat dadanya. Saat dia sadar, dia langsung memukul tanganku dan memukul kedua mataku.

"Aww... apa yang kau lakukan?" Aku mundur dua langkah sambil memegangi mataku yang mulai terbakar dan meregenerasi.

"JANGAN MELIHATNYA! DASAR MESUM!"

"Aku kan sudah minta maaf."