Aku hidup lagi dan menantang mereka untuk bertarung lagi. Barapa kalipun, walaupun aku harus mati berapa kalipun, aku pasti akan mengalahkan mereka. Itu janjiku!.
Aku tidak akan pernah membuat sebuah janji yang tidak akan pernah bisa aku tepati. Karena aku sadar, saat seorang pria berkata janji di mulutnya, maka sampai kapanpun, kau harus menepati janji itu, bahkan saat kau sudah mati.
"K-Kau? Ke-Kenapa kau tidak mati?" Tanya anak punk itu dengan ketakutan, dia mundur beberapa langkah.
Aku tersenyum seram dan berkata, "Memangnya, kapan aku mati?"
"Si-Sialan! DASAR MONSTER!" Anak punk itu dengan ketakutan dan panik berlari kearahku, lalu menebaskan pedang besarnya.
Dia terlalu panik, aku jadi mudah membaca gerakannya. Aku menunduk, lalu berguling, dan menusukan pedangku ke perutnya *JLEB* *CRAATT*
"Aakkhh!" Dia memuntahkan darah yang lumayan banyak. "Sialan!"
"Ada apa? Sakit? Kau pikir apa yang aku rasakan saat kau melakukan hal yang sama padaku?"
Aku menarik pedangku dan membiarkan dia berjalan mundur, sampai akhirnya dia terjatuh kebelakang.
Tidak ada yang membantunya, karena mereka semua ketakutan setelah melihatku bisa pulih kembali dengan sangat cepat.
"Be-Berapa poin regenerasimu?" Siti tiba-tiba bertanya itu. Dari belakang sana aku bisa melihat dia ketakutan.
"Ini bukan saatnya kau bertanya." Kataku. "Sembuhkan dulu ketuamu, dan kau bebas bertanya apapun."
"Ah!" Siti tersadar dan langsung berlari ke arah anak punk itu.
Saat Siti akan menyembuhkan luka anak punk itu, dia malah memukul tangan Siti yang siap menyembuhkan dan berkata, "Tidak perlu!" Lalu dia berdiri dengan sedikit gemetar. "Ini tidak seberapa! Ini akan sembuh dalam hitungan menit!"
"Yah... aku harap kau tidak akan kehabisan darah sebelum hal itu terjadi." Kataku.
"Diam! Aku pasti akan membunuh... aakhh.." Dia kembali memuntahkan darah.
Oh iya, Siti terlihat lumayan cantik dengan kulit putih, rambut hitam panjang dan poni yang menutupi seluruh bagian dahinya. Dia memakai kaos berlengan panjang berwarna pink dan sebuah celana pendek hitam, lalu sebuah sepatu petualang coklat.
"Jangan banyak bicara! Kau akan mati, lho!" Kataku.
"Kenapa kalian diam saja? Bunuh dia!"
Saat anak punk itu mengatakan itu, anggotanya saling melihat dengan takut, lalu mereka semua berteriak dan berlari kearahku dengan posisi siap menyerang.
Sama seperti saat anak punk itu akan menyerangku tadi, mereka panik. Mudah bagiku untuk mengalahkan mereka sekaligus.
"Angin! Lapisi pedangku!" Rapalku. Lalu angin tajam mulai melapisi pedangku. Aku bebas mengatur ketajaman, kepanjangan, dan kekuatan anginnya.
Jarak dua meter, dan pedangku sekarang sepanjang dua setengah meter. Ini cukup untuk mengalahkan mereka.
Aku menyiapkan kuda-kuda, lalu menebas mereka dari kiri ke kanan dengan cepat.
*SREEETT* *CIPRAT* *CIPRAT* *CIPRAT* *CIPRAT* Empat sekaligus dari mereka semua. Perut mereka memancurkan darah dengan lumayan banyak. Itu bisa membunuh mereka kalau tidak segera di tutup, karena mereka akan kehabisan darah sebelum akhirnya bisa pulih.
"Aaahhh!" Mereka semua terjatuh, mereka juga melepaskan senjata mereka.
"Kalian tidak akan bisa menang melawanku."
Saat semuanya sudah terjatuh, ada satu orang yang tidak jatuh, dia adalah gadis bernama Siti itu. Dia masih berdiri dengan kedua telapak tangannya menutupi mulut manisnya.
Aku melihat Siti dan berjalan mendekatinya dengan pedang di tangan kananku yang sudah tidak berlapis angin.
Aku semakin mendekat, dia semakin mundur. Terus seperti itu sampai akhirnya dia terjatuh kebelakang.
"A-Apa maumu?" Tanya Siti dengan gemetar.
Aku berhenti dengan jarak satu meter darinya, "Mauku? Aku hanya ingin membalaskan dendam gadis itu, dan kebetulan aku juga punya masalah dengan bos kalian."
"Gadis itu?"
"Lucy. Dia temanku! Aku tidak terima kalian memperlakukan dia seperti itu!."
"Dia..." Siti menahan emosinya saat mengatakan itu. "...dia pantas mendapatkannya, setelah apa yang dia lakukan di masa lalu."