Chapter 42 - 41 : Sihir Waktu

Aku dan Siti pergi meninggalkan para preman sialan itu. Aku bahkan merasa kasihan pada mereka. Maksudku... mereka terlihat sangat keren dan tidak terkalahkan sebelumnya, tapi sekarang, mereka terlihat menyedihkan. Aku jadi merasa bersalah.

Saat sampai di rumah Lucy, kami sudah mengetuk pintunya beberapa kali, tapi tidak ada jawaban.

Aku melihat Siti, lalu kembali melihat pintunya. Tanganku seperti bergerak sendiri, dan akhirnya aku membuka pintu itu. Tidak terkunci, terbuka begitu saja.

Aku masuk kedalam dan berkata dengan cukup keras, "Lucy~ Kau di dalam? Kau di mana? Apa kau sedang melalukan hal tercela?"

Seseorang menendang kakiku saat aku mengatakan itu.

Aku melihat kebelakang dan melihat Siti yang melihatku dengan wajah yang memerah, "Kau pikir Lucy akan melakukan hal tercela apa?"

"Yah... kau tau, semacam itu."

"Jangan membuat orang lain salah paham, dasar mesum!"

"Baik-baik, aku mengerti."

Aku mencari ke seluruh penjuru rumah kecil ini, dan tidak menemukan siapapun, selain rumah yang berantakan. Ini seperti dia memang sengaja meninggalkan rumah ini, dan berniat tidak akan pernah kembali, atau... dia tahu kalau dia tidak akan bisa kembali lagi.

Tidak! Sebenarnya itu hanya pikiranku saja.

"Kemana biasanya dia pergi?" Tanyaku pada Siti.

Siti menggeleng lemah "Aku tidak begitu tahu."

Sial!.

"Kau pulang saja dulu atau melakukan apapun yang kau mau, aku akan mencari dia."

"Kalau begitu, terima aku jadi daftar teman dulu."

"Oke."

***

Aku mencari ke seluruh penjuru kota ini, dan tidak menemukan Lucy. Bodohnya aku yang tidak memeriksa satu tempat yang paling mungkin di kunjungi Lucy, yaitu serikat.

Aku berlari ke arah serikat dan sampai di serikat dalam 10 menit.

"Shely!" Saat memasuki serikat, aku melihat Shely dan memanggilnya begitu saja. Dia terlihat sedang membawa sebuah gelas berisi air jeruk.

"Haru? Ada apa?" Dia berjalan mendekatiku. Woi! Bukankah seharusnya kau melayani orang yang memesan minuman itu dulu ya?.

"Kau melihat Lucy?"

Shely menggeleng, "Tidak! Aku tidak melihatnya. Tanya gadis..."

"Gadis nakal! Seharusnya dia tau sesuatu."

"Gadis loket. Itu maksudku!"

"Siapapun sama saja!" Aku berlari melewati Shely dan menaiki tangga untuk bertemu gadis nakal itu.

Kenapa harus sampai mengantre begitu sih?.

Aku rasa adat disini lebih baik dari pada tempat aku tinggal dulu.

Aku mengantre lebih dari 10 menit sebelum akhirnya aku bisa berbicara langsung dengan si gadis nakal.

"Haru. Apa kau mau mengambil quest sendirian?" Tanyanya.

"Aku tidak ada waktu untuk itu. Aku cuma mau tanya, apa kau melihat Lucy?"

"Tidak! Dia tidak mengambil quest apapun hari ini."

"Jadi kau tidak tau dimana dia?"

Dia mengangguk.

"Makasih." Setelah mengatakan itu, aku langsung turun lagi dan menemui Shely di bawah sana.

"Apa kau punya saran, Shely?" Tanyaku.

"Saran ya?" Dia berhenti berbicara dan melihat sesuatu di belakangku.

"Shely! Apa kau punya gold?" Aku tahu suara itu.

Aku berbalik dan beberapa keringat jatuh dari kepalaku, "Y-Yo.. Kakaknya Shely."

"Haru. Aku kira kau pergi dengan Lucy." Tidak kusangka dia akan seramah itu.

"Lucy? Dimana kau melihatnya?"

"Umm... dia pergi menggunakan kuda dan keluar dari kota."

"Sial! Mau kemana dia?"

"Aku rasa dia akan menyelesaikan quest, karena dia menggunakan peralatan yang lebih banyak dari biasanya."

"Haru." Shely tiba-tiba memanggilku. "Lucy tidak sedang mengambil quest, kan?"

Aku menggeleng, "Tidak! Memangnya kenapa?"

Wajah Shely terlihat ketakutan dan langsung menarik kerahku, "Kau harus membawanya kemari sebelum dia pergi ke hutan kematian!"

"Hutan... kematian? Bukankah itu..."

"Aku yakin dia akan membalaskan dendam Jack dan yang lainnya, tapi dia belum cukup kuat untuk mengalahkan Death Beast." Shely melepaskan cengkraman tangannya dan membuat wajah khawatir yang gelap.

"Arah mana hutan kematian itu?" Tanyaku.

"Kalau kau sungguh," Kata Kakaknya Shely sambil memegang pundakku. "Sungguh ingin pergi ke hutan kematian, maka aku akan mengantarmu."

"Kau... mau membantuku?"

"Iya. Tapi sebelum itu, biarkan aku memperbaiki pakaianmu itu! Apa kau baru saja berlatih?"

Aku melihat pakaianku, yang ternyata, memang sudah tidak layak pakai. Ini karena para preman sialan itu!.

Lalu Kakaknya Shely menjulurkan tangan kirinya kearahku, dan merapal, "Sihir waktu! Kembalikan waktu barang ini yang sudah rapuh!" Lalu sebuah lingkaran sihir terbentuk, dan ada sebuah angka yang terbentuk disana, dari angka satu sampai seratus.

Semakin angka itu bertambah, sobek-sobek di baju dan celanaku kembali menjadi seperti awal. Bahkan jadi terlihat lebih bagus.

"Keren." Kataku. "Bisa kau ajari aku!"

"Tentu saja! Setelah kau berhasil selamat saat bertemu Death Beast."

"Kakak!" Bentak Shely. "Haru jangan sampai bertemu dengan makhluk itu, dia pasti mati!"

"Mati? Aku tidak percaya itu! Aku yakin, sobek-sobek di pakainnya itu bukan karena berlatih, tapi karena hal lain." Dia lalu melihatku. "Benar kan?"

"Yah... mungkin." Aku mengalihkan pandanganku saat mengatakan itu.