Chapter 44 - 43 : Lucy, Mati?

Aku hanya terdiam sambil melihat api biru kemerahan yang berkobar di bekas terpotongnya kakiku.

Terdiam sambil berpikir, mungkin ini adalah akhir dari hidupku sebagai petualang. Maksudku... jika seorang petualang cacat, maka itu adalah akhir dari petualangannya.

Saat aku sedang memikirkan semua kemungkinan terburuk itu, api yang membakar luka itu mulai memanjang, bukan memanjang seperti saat akan menyatukan kembali bagian tubuh yang terpotong, tapi api itu memanjang dan membentuk sebuah bentuk kaki, kaki yang baru saja di bawa kabur oleh si kuda.

Setelah beberapa detik, api itu padam, dan kakiku kembali utuh seperti semula. Rasa sakitnya juga sudah tidak terasa lagi. Ini luar biasa.

Aku hanya termenung melihat hal itu, dan akhirnya aku bisa kembali sadar.

Aku berdiri dan berjalan menuju jubah pendek berwarna merah gelap milik Lucy. Aku mengambilnya. Menggenggamnya dengan keras dan tidak terasa, aku memendamkan wajahku pada jubah ini. Mataku terasa perih dan hampir mengeluarkan air mata. Apa aku sebegitu sayangnya dengan gadis bernama Lucy itu? Bukan sayang sebagai lawan jenis, tapi sayang dan cinta sebagai teman, bukan! Sahabat. Walau mungkin hanya aku saja yang menganggapnya begitu sih. Lucy adalah teman pertamaku di dunia ini, wajar saja aku sedih saat pikiranku mulai berpikir kalau Lucy sudah mati.

"Aku pasti akan membunuh makhluk sialan itu!" Lalu aku menaruh jubah merah gelap itu di daftar itemku.

Aku harus menemukan Lucy dulu.

Aku berlarian ke segela arah saat mencari Lucy, karena aku tidak tahu dia ada dimana, dan aku tidak cukup bodoh untuk berteriak memanggil namanya. Walaupun aku cukup bodoh untuk memotong kakiku sendiri. Setidaknya ini tumbuh lagi, aku jadi seperti kadal.

Saat aku sedang melihat ke sana kemari, aku menemukan beberapa, bukan! Banyak dari pohon di sekitarku rusak. Ini masih baru, terlihat dari getah pohonnya yang masih menetes dan belum mengeras.

Apa mereka bertarung disini?.

Aku terus mengikuti jejak pohon yang rusak, sampai akhirnya ada banyak darah yang terciprat di sana-sini.

Di pohon, tanah, batu dan ranting. Darah yang sangat banyak. Aku yakin ini bukan darah Manusia. Aku rasa Lucy berhasil mengalahkan Death Beast atau apapun itu namanya lah.

Kaki?.

Aku melihat sebuah kaki di balik pohon sana. Aku harap itu bukan kakiku yang terjatuh tadi.

Aku berlari mendekatinya, dan melihat... Lucy tergeletak lemas di samping pohon besar itu. Aku terdiam melihatnya terluka parah seperti itu.

Seluruh tubuhnya di balur oleh darahnya sendiri. Baju berwarna hitamnya, kini terlihat basah dengan darah, walaupun tidak jelas, itu pasti darah.

Dada sebelah kanannya menghilang atau hancur, tangan kanannya menghilang seluruhnya, tangan kirinya hilang sampai lengan bagian atas. Kakinya tidak pada posisi yang tepat. Perut kirinya terbuka dan isinya keluar.

Aku tidak bisa mengatur nafasku dan tiba-tiba aku berteriak dengan keras, "LUCYYYYYYY!!!"

Aku berlari kearahnya dan berjongkok di depannya. Tangan gemetarku seperti tidak bisa menyentuhnya dan aku hanya bisa melihatnya dengan tatapan takut.

"Lucy. Kau baik-baik saja? tapi sepertnya tidak."

Tidak terasa seluruh tubuhku bergetar dan tanpa sadar, tubuhku di banjiri oleh keringat.

Kalau saja aku bisa mengirimkan regenerasi phoenixku, maka Lucy pasti selamat.

Benar juga! Cairan penyembuh kilat, aku yakin hal semacam itu akan dimiliki oleh Bos Besar. Jadi sekarang Tunggulah sebentar lagi, Lucy! Aku akan mengalahkan Death Beast, dan mendapatkan cairan penyembuh kilat itu untukmu.

Kau belum mati kan?.