Ngomong-ngomong, mana sih pedangku? Kalau tanpa pedang, itu adalah ketidakmungkinan aku bisa mengalahkan makhluk kelinci raksasa aneh ini. Sial! Aku rasa nama tadi terdengar sangat keren.
Melihatku yang terus-menerus melakukan pemulihan super cepat, makhluk itu malah tertawa geli dan berkata, "Apa kau itu benar-benar Manusia? Aku jadi teringat satu makhluk yang bisa pulih secepat dirimu."
"Seekor burung phoenix?" Tanyaku.
Kelinci raksasa itu tersenyum, "kau benar! Apa kau juga termasuk ras dari burung menyebalkan dan penakut itu?"
"Bukan! Aku bukan burung phoenix." Aku berhenti sejenak. "Yah... tapi aku penggemar makhluk itu." Lalu aku tersenyum.
"Asal kau tau saja, phoenix bukanlah makhluk yang abadi, dia bisa di bunuh."
Tentu saja aku terkejut dengan perkataannya yang mengerikan itu. Aku tidak pernah berpikir kalau phoenix bisa mati, karena aku belum pernah membacanya di internet ataupun di buku. Satu-satunya cara untuk membunuh burung phoenix, adalah dengan berdo'a pada Tuhan. Tapi... apa benar makhluk ini akan berdo'a pada Tuhan? Yah... kalau dikabulkan, maka akan jadi masalah. Jadi selama itu tidak dikabulkan, maka itu bukan masalah.
"A-Apa caranya?"
Sekali lagi, monster kelinci itu tersenyum lebar. Dia memperlihatkan gigi-giginya yang besar dan tajam.
"Biar aku tunjukan padamu." Tiba-tiba saja, dia mendekatkan mulut mengerikannya padaku, dan dengan cepat, aku sudah berada dalam mulutnya, dan tertelan.
"Whaaaaaa~" Aku tidak memiliki pedang apapun, aku jadi tidak bisa menghentikan longsoran diriku sendiri.
"Bahkan makhluk abadi-pun, akan mati jika tidak bisa bernafas."
Dia memang tidak salah, tapi dia salah kalau berpikir aku juga bisa mati karena kehabisan oksigen. Secara tidak langsung, aku meminta aku ingin jadi abadi pada Dewa berpakaian jawa itu, dengan cara memintanya memberikanku kekuatan dari sang phoenix, sang raja burung, dan simbol dari keabadian. Bisa disimpulkan, phoenix adalah raja keabadian, kalau kau membuang kata burung tadi.
Aku bahkan masih bisa bergerak setelah tubuh bagian atasku hancur, intinya... aku tidak perlu oksigen untuk tetap berdiri kan? Aku akan mati kalau Tuhan ingin aku mati, tapi sepertinya Tuhan belum ingin aku mati, itulah kenapa aku masih hidup sampai sekarang, bahkan setelah beberapa kejadian yang harusnya membuatku mati.
Setelah melewati beberapa usus, akhirnya aku sampai di lambung makhluk ini. Sangat panas, aku bahkan bisa melihat kulitku mulai terkelupas karena panas, tapi di saat yang sama, api berkobar di tubuhku dan menyembuhkannya kembali.
Ini menyebalkan.
Nafasku juga sudah mulai terasa sesak, aku kehabisan oksigen dalam beberapa menit lagi.
Aku... sudah tidak kuat lagi.
Benar saja! Rohku keluar, dan tubuhku jatuh tergeletak di zat asam berwarna merah itu.
Aku berusaha menggerakan tubuhku, dan berhasil. Rohku diluar, tapi aku masih punya akses pada tubuhku. Ini persis seperti aku sedang memainkan sebuah boneka tali di sebuah pertunjukan boneka tali.
Apa aku juga bisa menggunakan sihir?.
Mataku masih tertutup dan tidak sadarkan diri, tapi aku masih bisa melihat dan sadar dengan roh ini yang melayang sekitar satu meter di atas tubuhku. Aku bisa menggerakannya dengan sedikit tenaga yang ditambahkan.
"Angin! Jadilah tajam dan potonglah!" Tidak ada yang terjadi? Sial! Aku rasa aku tidak bisa menggunakan sihir saat dalam mode seperti ini. Ini mengerikan. Bagaimana caranya aku akan keluar dari dalam tubuh makhluk ini?.