Darah keluar dari setiap indraku, dan tubuhku sakit sekali. Aku terjatuh setelah membunuh monster itu.
Sebuah notifikasi terdengar dari kartuku, aku yakin itu hanyalah notif dari pemberitahuan kalau aku membunuh makhluk itu.
Aku tidak memperdulikannya, dan hanya terkapar lemas.
Lalu... rohku keluar.
Jadi begitu ya? Aku mati lagi. Mungkin ini yang monster kelinci itu maksud. Saat seseorang menelan kristal iblis, maka kematiannya sudah di tentukan beberapa menit setelahnya. Tapi... ada timbal balik. Dari pada di sebut timbal balik, ini seperti, kau mendapatkan kekuatan luar biasa dengan harga nyawamu.
Tubuhku mulai terbakar dan meregenerasi. Aku tertarik kembali masuk ke dalam tubuh itu. Nafas awal seseorang yang bangkit dari kematian.
Aku berdiri dan menatap sekitar. Aku harus berjalan cukup jauh untuk mencapai tempat aku menyembunyikan Lucy.
Seluruh tubuhku penuh dengan darah. Baunya amis. Ini adalah campuran dari darahku dan juga darah monster itu.
Aku mendekati monster itu dan mengambil drop itemnya setelah monster itu menghilang.
Anda mendapatkan daging kelinci raksasa. Kuku kelinci. Hati kelinci. Kristal iblis.
Kristal iblis lagi? Aku tidak akan pernah memakainya lagi. Itu mengerikan.
Tunggu! Mana cairan penyembuh kilatnya?.
Aku mulai panik dan mencari ke seluruh bagian tubuh monster yang menghilang, tapi hanya itu yang ada. Tidak ada cairan penyembuh kilat.
"Lucy."
Aku langsung berlari menuju tempat aku menyembunyikan Lucy. Hutan semakin gelap dan tidak terlihat, aku bahkan sempat menyandung beberapa batu dan ranting saat berlari.
Ini seperti dalam film, hujan turun deras dan aku berlari kearah Lucy. Aku terpleset, menabrak, jatuh dan bangkit lagi, lalu kembali berlari kearah Lucy.
Seluruh tubuhku kembali seperti semula, maksudku... tidak ada kotoran kelinci atau darah apapun.
Sampai di tempat, aku melihat Lucy yang memang sudah mati. Aku terlalu lama bertarung. Bukan! Dia memang sudah mati sejak awal, tapi aku menolak untuk percaya itu.
Lututku menyentuh tanah, lalu aku berjalan kearah Lucy dengan lututku. Mengangkat kepalanya dan menaruhnya di pahaku. Ini seperti saat aku melawan monster berang-berang itu. Lucy melakukan hal yang sama padaku. Bedanya, aku kembali hidup dan baik-baik saja, sedangkan Lucy, dia tetap berbaring, dia tidak sadarkan diri. Dia... mati?.
Aku tidak tahu kenapa, tapi mataku serasa sakit, "Lucy? Ini bohongkan? Aku rasa tidak mungkin, tubuhmu memang sudah tidak memungkinkan untuk hidup." Aku tersenyum untuk menutupi kesedihanku.
Aku membiarkan teman pertamaku mati. Aku adalah teman paling buruk. Kalau saja aku bisa mati, maka lebih baik aku yang berada pada posisimu, setidaknya, kau tidak perlu menangisi seseorang yang baru saja kau kenal.
Tanpa sadar, ternyata air mataku keluar dari tempatnya. Bendungan yang aku buat dalam mataku, hancur dalam hitungan menit.
Air mataku mengalir dan menetes pada salah satu luka di pipi kanan Lucy, dan luka itu mengeluarkan asap, sambil meregenerasi.
"Ha? Apa yang terjadi?" Gumamku. Air mataku berhenti mengalir dan aku hanya diam terkejut melihat hal itu.
Benar juga! Air mata dan darah seekor phoenix, bisa menyembuhkan luka apapun. Aku rasa ini akan berhasil.
Aku menaruh Lucy di tanah, aku membaringkannya.
Aku rasa ini akan sangat menyakitkan.
Aku menaruh dua jariku di depan kedua mataku.
"Tidak masalah! Ini akan sembuh lagi. Ini akan sembuh lagi, aku tidak akan buta atau semacamnya. Aku hanya perlu mencolok kedua mataku sampai air matanya keluar."
Ah... ini pasti akan menyakitkan.
Aku mengumpulkan seluruh keberanian yang aku punya, dan mencolok mataku dengan cepat *CREK*
"Aaaahhhhh!"
Aku menutup mataku, tapi disaat yang sama aku mencoba membuka mataku dan membiarkan air mataku mengalir.
Saat air mataku mengalir, aku butuh empat lembar, empat lembar. Saat air mataku mengalir.
Entah kenapa aku malah mengingat lagu itu disaat seperti ini?.
Aku membiarkan air mataku menetes di seluruh luka di tubuh Lucy.