Chapter 34 - 33 : Gadis Buta

Aku membuka mataku, dan melihat langit-langit berwarna putih dengan kristal yang menyala seperti lampu yang di tenagai oleh sihir.

Ngomong-ngomong, dimana sih kamar mandinya?.

Aku keluar dari kamarku setelah memakai seluruh perlengkapanku. Walaupun aku mengatakan seluruh, tapi tetap saja, hanya pakaian, sarung pedang, pedang dan juga sepatu.

Aku keluar kamar dan berjalan keluar penginapan. Saat aku sampai di meja pendaftaran, pria cantik kemarin sore memanggilku.

"Apa?" Tanyaku.

"Kemarin Tuan tidak makan malam, jadi... ini gold untuk menggantinya." Katanya sambil memberikanku lima gold.

"Oh." Aku menerimanya dan berkata, "Makasih. Aku mau keluar, jadi... aku titip kunci ini padamu." Aku menyerahkan kunciku.

Dia menerimanya dan tersenyum, "Aku akan menjaga kunci ini."

"I-Iya." Menakutkan! Pria cantik memang menakutkan!.

Aku keluar dari penginapan, dan melihat sesuatu yang tidak biasa. Aku melihat seorang gadis kecil berdiri.

Aku rasa itu memang biasa saja, melihat seorang gadis kecil berdiri, karena yang membuat aneh bukanlah itu, tapi... dia menutupi matanya menggunakan kain berwarna putih.

Gadis kecil itu memakai sebuah baju jeblosan berwarna putih polos, tanpa pola atau apapun, aku bisa melihatnya tanpa alas kaki, dia sangat putih, seluruh tubuhnya putih dan cantik, bahkan rambut panjangnya yang sebahu itu juga berwarna putih.

Dia memegang sebuah papan yang bertuliskan, "Aku lapar. Aku mohon berikan apapun yang Tuan dan Nyonya bisa berikan."

Beberapa orang melemparkan satu keping gold dan pergi begitu saja. Ada yang memberinya makanan dan lain sebagainya. Tapi gadis itu tidak bergerak sedikitpun.

Aku berjalan mendekatinya dan berkata, "Kau baik-baik saja?"

Dia sepertinya sedang melamun, karena saat aku mengatakan itu, dia sedikit terkejut dan mengangkat kepalanya untuk berhadapan dengaku. Tingginya hanya sebatas perutku.

"Tuan tidak perlu khawatir." Dia berkata dengan lembut dan lemas. Dia seperti sangat rapuh. "Aku baik-baik saja." Lalu dia tersenyum.

"Kenapa kau menutup matamu?" Tanyaku lagi.

Gadis kecil itu tidak menjawab untuk sesaat, lalu akhirnya dia membuka mulutnya, "Sepertinya Tuan sangat tertarik denganku."

"Yah... begitulah."

"Mataku tidak apa." Dia kembali tersenyum.

"Kau sudah makan?"

"Belum."

"Kau mau makan?"

"Umm... Tuan mau..."

"Jangan panggil aku Tuan! Panggil aku Haru. Namaku Haru."

"Oh... Haru mau memberiku makan?"

"Iya. Sebagai gantinya, biarkan aku mengetahui apapun tentangmu."

"Eh? Tidak ada yang aneh denganku."

"Kau mau makan atau tidak?"

Dia lalu menunduk, "Aku punya Gold disini. Aku rasa aku bisa membelinya sendiri."

"Kau bisa lihat?"

Saat aku menanyakan itu, dia hanya terdiam, lalu beberapa saat setelahnya, dia berkata, "Tenang saja! Seseorang akan menjeputku."

"Oh... baiklah."

"Makasih, Kak Haru."

"Aku tidak memberimu apapun."

"Aku tidak berterima kasih untuk itu, tapi untuk sesuatu yang lain."

Aku mengangguk, "Kalau begitu, aku pergi dulu."

Sebelum aku pergi, aku menaruh lima gold secara diam-diam dan pergi.

Aku tidak tahu apa-apa tentang gadis itu, bahkan aku tidak mengenalnya. Aku hanya merasa senang saat aku bisa membantu seseorang, itulah kenapa aku suka menjadi orang yang memiliki banyak uang, atau gold di dunia ini.

Orang-orang yang lewat memang memberikan gadis itu gold, tapi mereka tidak peduli dengan gadis itu, seperti apa ya? Seperti mereka melakukan itu, hanyalah kebiasaan atau semacamnya. Spontanitas.

Aku benci orang-orang seperti mereka, mereka sok peduli, padahal mereka sama sekali tidak peduli.

Jangan sebarkan masalahmu pada orang lain, karena sebagian dari mereka hanya mendengarkan tanpa memberi solusi, sebagian lagi hanya ingin tahu, sebagian lagi mendengarkan sambil manahan tawa, dan sebagian lagi senang akan masalahmu.