Chereads / Hidup Lagi Di Dunia Pararel Yang Penuh Fantasi / Chapter 29 - 28 : Langit Di Atas Langit

Chapter 29 - 28 : Langit Di Atas Langit

"Kita lihat, siapa yang akan tertawa diakhir?" Kataku dengan senyum sinis.

Jujur saja, aku tidak tahu bagaimana caranya mengalahkan monster itu, tapi aku tidak punya pilihan lain selain mengalahkanya.

"Api! Angin! Lapisi pedangku dan tambahkan kekuatannya!" Sekali lagi aku merapal itu, dan pedangku berubah lagi menjadi api las.

Aku akan membunuhnya dan menggunakan gold dan drop item itu, yang akan aku jual nanti.

Sekali lagi aku berlari kearahnya. Gagal. Dua kali. Gagal. Tiga kali. Gagal. Empat kali. Gagal. Aku melakukannya secara terus-menerus. Terpental lagi dan lagi. Seluruh pakaianku mulai sobek-sobek, kotor dan berantakan. Aku lelah sekali.

"Api! Bakarlah targetmu!" Lingkaran sihir merah terbentuk di tangan kiriku dan api yang keluar dari lingkaran ini membakar monster itu. Itu sih yang aku harapkan, tapi tidak terjadi.

"Kau menghinaku! Serangan seperti itu tidak akan melukaiku!" Katanya dengan sombong. Dia tahu aku sudah kelelahan.

Setelah mengatakan itu, dia merangkak dari air itu menuju darat. Sekarang dia sedang berdiri di depanku dengan arogannya. Aku bahkan tidak akan bisa melihat wajahnya kalau aku tidak mendongak.

"Matilah seperti gadis itu!" Dia mengangkat tangannya dan hampir menyerangku.

Kedua kakinya ada di depanku. Jaraknya sekitar satu setengah meter. Kalau aku bisa memotong salah satu kakinya, mungkin aku akan bisa mengalahkannya, tapi... kekuatanku tidaklah cukup untuk memotong makhluk ini.

Sial! Apa yang harus aku lakukan?.

Mungkin aku memang merasa pasrah. Aku tidak akan bisa menang, tapi aku rasa aku juga tidak akan kalah. Jadi... apa yang harus aku lakukan? Sebentar lagi tangannya akan menghancurkanku.

Sihir api yang melapisi pedangku tiba-tiba saja mati, lalu diganti dengan lapisan angin yang terlihat sangat tajam. Aku tidak merapal apapun.

Lucy, apa dia yang melakukannya? kalau iya, artinya... mungkin saja, aku akan bisa memotong salah satu kakinya.

Semangatku bangkit kembali. Dengan cepat, beberapa mili detik sebelum tangannya menghancurkanku, aku melompat kedepan menggunakan dorongan elemen angin dan langsung menebaskan pedangku ke kaki kanannya. Sebuah keajaiban.

*SRETT* Lalu *CIPRAT* darah keluar dari kakinya, dan terpotong.

"Aaarrggghhh!!!" Monster itu terjatuh ke depan saat kaki kanannya terpotong.

Memanfaatkan segala situasi, aku langsung saja melakukan hal yang menurutku bisa melemahkan monster ini. Aku melakukan hal yang sama pada kaki kirinya.

*CIPRAT* Darah keluar dari luka yang dihasilkan pedangku, lalu terpotong.

"Berhenti melakukan itu, Manusia!"

Tidak memperdulikannya, aku melompat ke bagian belakang tubuhnya.

Saat aku menginjakan kakiku diatas tubuhnya, tiba-tiba saja tanah di bawah kami berubah menjadi lumpur hidup dan mengunci pergerakan monster ini.

Memanfaatkan sihir milik Lucy, aku langsung berlari menuju lehernya. Saat aku berlari, aku sengaja menggoreskan pedangku di sepanjang tubuhnya. Saat sampai di bagian leher, aku langsung mengangkat pedangku dan bersiap untuk memotongnya.

"Hentikan, Manusia! Kau akan menyesal karena sudah membunuhku!!!" Monster ini terdengar sedang memohon, tapi... bahkan Lucy saja, tidak memohon untuk diampuni nyawanya.

Aku tersenyum lalu tertawa dengan lantang, "Apa yang kau bicarakan? Bukankah memang biasa? Saat seseorang akan mati, maka kata-kata terakhir yang dia ucapkan, adalah apa yang baru saja kau katakan."

"Hentikan! Kau akan membang..."

*SPLASH* aku memotong lehernya, dan darah mengalir keluar seperti sebuah mata air besar. Terkadang terlihat beberapa gelembung terbentuk dari sisa oksigen yang dia hirup.

Akhirnya, adalah aku yang terakhir tertawa. Semuanya banyak omong! Mereka terlalu sombong dengan kekuatan yang mereka miliki. Diatas langit, pastilah ada langit lagi.