Penjaga itu seperti orang yang sangat pro. Maksudku, dia masih saja bekerja dengan keras, bahkan saat desanya sudah tidak pantas disebut sebagai sebuah desa.
"Kami dari serikat sunrise. Kami kesini untuk menyelesaikan quest yang dibuat oleh desa kalian." Kata Lucy. Dia memang sudah biasa melakukan hal ini, jadi wajar saja kalau dia berbicara seperti itu dengan santainya. Aku iri.
"Mana buktinya?" Tanya penjaga itu.
Mendengar itu, Lucy mengeluarkan kartu ID miliknya dan menunjukannya pada mereka. Mereka mengangguk seperti percaya, lalu wajah mereka tertuju padaku dan menunjukku dengan dagu mereka.
Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku juga melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Lucy. Mereka mengangguk setuju dan membiarkan kami masuk.
"Silakan masuk." Mereka membuka jalan untuk kami.
Aku melihat kartuku, untuk mengetahui apa yang sebenarnya mereka lihat, dan ternyata mereka melihat jobku. Disana tertulis 'Anggota Serikat Sunrise.' Aku bahkan tidak tahu itu ada.
Kami masuk kedalam desa dirt itu, dan menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan. Bukan hantu atau monster, atau hal mengerikan seperti itu, tapi lebih mengarah ke keadaan desa ini yang mengerikan.
Desa ini sangat tandus. Tanahnya mengering dan sudah memiliki banyak celah. Orang-orang berjalan lemas seperti zombie, bahkan ada yang sudah tidak kuat berjalan dan memilih untuk tetap bersandar di tembok dan kayu-kayu bangunan.
"Jangan mencuri, dasar bocah sialan!" Sepertinya orang itu pedagang di desa ini. Setelah berteriak seperti itu, dia langsung lemas dan hampir terjatuh. Suara kerongkongan yang kering itu terdengar sangat ngilu di telingaku.
Dua anak kecil berlari melewati kami. Mereka mencuri roti dan beberapa wortel.
aku dan Lucy hanya melihat sekilas, lalu kembali melanjutkan perjalanan kami. Aku tidak tahu kemana kami akan pergi. Lucy yang memegang segalanya.
Saat aku sedang berjalan, aku merasakan kalau baju T-shirtku yang kumel itu seperti di tarik oleh seseorang.
Aku melihat ke arah kiri, dimana lengan bajuku di tarik. Dan seorang gadis kecil, dengan rambut panjang, kulit putih pucat yang penuh dengan debu. Bajunya kotor seperti tidak diganti beberapa bulan, dan juga celana pendek yang kotor. Dia tidak memakai alas kaki apapun.
"Ada apa?" Tanyaku.
Lucy berhenti berjalan saat dia tidak lagi mendengar suara langkah kakiku, jadi dia berhenti dan melihatku berbicara dengan bocah perempuan ini.
Dia memperlihatkan kedua tangannya tanda meminta. Tapi aku tidak membawa makanan apapun.
"Maaf! Aku nggak bawa makanan."
Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya dan berkata dengan sangat pelan, "Aku haus... aku... ingin air."
"Maaf. Aku juga nggak bawa air."
Saat aku mengatakan itu, dia terlihat kecewa dan berjalan menjauh.
Sebenarnya bisa saja aku menggunakan lingkaran sihir elemen air, tapi kalau aku melakukan itu, orang-orang ini pasti akan berdatangan padaku dengan ganas, lalu yang lemah akan terinjak-injak dan akhirnya mati.
Bukannya malah menyelamatkan, aku malah membunuh banyak dari mereka.
"Ini mengerikan." Kataku. Aku masih menunduk lemas. Aku merasa bersalah.
"Kita disini untuk membantu mereka, jadi simpan rasa kasihanmu untuk nanti."
"Kata-katamu terdengar kejam, tapi aku tau maknanya."
"Terserah." Lucy memalingkan wajahnya dan lanjut berjalan. "Cepat! Kau ingin membantu mereka, bukan? Kita harus cepat menuju rumah kepala desa ini."
"Dia yang mengajukan quest?"
"Iya."
Aku langsung berjalan cepat untuk mengimbangi jarak antara aku dan Lucy.