Chereads / Hidup Lagi Di Dunia Pararel Yang Penuh Fantasi / Chapter 21 - 20 : Mengambil Quest

Chapter 21 - 20 : Mengambil Quest

Lucy kembali meniup serulingnya dengan tenang. Aku duduk disampingnya sambil mendengarkannya memainkan sebuah lagu dari seruling itu. Hatiku terasa tenang, tapi disaat yang sama juga, hatiku terasa sedih. Aku tidak tahu judul atau apapun yang dia mainkan, tapi mungkin saja lagu yang dia mainkan sekarang, adalah isi hatinya yang memang sedang bersedih.

Malam terus berjalan, dan seiring berjalannya malam, kepalaku semakin menunduk dan menunduk, lalu akhirnya semua menjadi gelap. Aku tidak sadarkan diri. Benar! Aku tertidur.

***

Suara apa sih ini? Apa ada perang atau semacamnya?.

Aku membuka mataku, dan ternyata malam sudah terlewati. Pagi hari yang cerah. Orang-orang itu saling sapa, berbicara, berlarian, dan masih banyak lagi. Aku juga melihat beberapa petualang dari serikat pergi meninggalkan serikat dengan membawa tas. Aku rasa mereka sedang menjalankan quest.

Aku melihat sekitar, dan Lucy sudah menghilang. Aku tidak tahu kemana dia. Mungkin dia masuk ke rumahnya.

Aku berdiri dan berjalan menuju serikat. Aku harap ada quest mudah dengan bayaran yang lumayan.

Aku masuk kedalam serikat, dan sama seperti biasanya, orang didalam serikat ini ribut. Shely yang berlarian kesana kemari mengejar pesanan, dan beberapa orang yang mabuk-mabuk'an di pagi hari.

Aku berjalan menuju lantai dua, karena papan quest ada diatas sana.

Sampai di lantai dua, aku melihat papan quest yang di penuhi oleh Manusia. Mereka berdiri disana sambil mengatakan sesuatu yang tidak bisa aku mengerti.

Dan diantara gerombolan itu, aku melihat seseorang yang baru masuk gerombolan itu, itu adalah Lucy.

Saat orang-orang di sekitar papan itu menyadari kehadiran Lucy, mereka semua menyingkir. Hebat! Aku harap aku punya sihir semacam itu.

Lucy dengan santainya berjalan ke depan papan quest itu, memandangnya dan mencari sesuatu, lalu dia mengambil sebuah kertas berwarna coklat dengan tulisan di atasnya.

Orang-orang di sekitar melihat Lucy dengan tatapan benci.

Lucy si pengkhianat ya? Menarik!.

Lucy berjalan kearah loket setelah mengambil kertas itu.

Aku mengangkat tanganku, "Yo Lucy. Mau ambil quest?"

Dia hanya melihat sebentar padaku, lalu melanjutkan jalannya menuju loket. Dasar gadis sombong sialan!.

Aku berjalan dan mengikutinya. Aku melihat dia sedikit kesal karena tingkahku.

Sampai di depan loket, dia menyerahkan kertas itu ke gadis nakal dan berkata, "Aku ambil quest ini. Sendiri."

"Dia bersamaku." Kataku dengan santainya.

"Ha?" Lucy melihatku dengan tampang kesal. "Ada apa sih denganmu? Kau menggangguku tau."

"Maaf. Tapi aku nggak begitu tau sama tempat ini, aku juga belum pernah ambil quest, jadi bisa kau ajari aku?"

"Minta ajarin orang lain saja sana!" Dia kembali menatap gadia loket nakal. "Aku sendiri..."

"Dia bersamaku. Aku mohon, gadis nakal, aku kan tidak begitu mengerti, jadi aku harus punya mentor atau semacamnya, kau tau."

"Benar juga." Kata gadis nakal itu, lalu melihatku dengan kesal.  "Berhentilah memanggilku gadis nakal!"

"Sudahlah! Aku akan buat party dengan Lucy."

"Kau ini gila ya?" Lucy menjauhkanku darinya dengan mendorongku dengan kuat.

"Aku masih waras, kok."

"Kau dengar tentang aku kan? Aku ini pengkhianat, tau."

"Terus? Kalau kau pengkhianat, aku akan mati? Maaf ya! Aku nggak akan mati semudah itu." Aku berhenti sejenak. "Kumohon! Aku ingin tau caranya mengambil dan menyelesaikan quest."

Lucy menunduk marah, lalu menarik kerahku, "Kalo kamu mati, jangan salahin aku!"

"Iya, tenang aja! Aku juga nggak bakalan mati."

Lucy kembali melihat gadis nakal dan berkata, "Aku bersamanya."

Tanpa sadar, ternyata orang-orang yang ada di lantai dua serikat ini, melihatku dengan tatapan aneh.

Tentu saja! Mereka pasti berpikir kalau aku ini gila, karena aku mau satu party dengan Lucy. Seharusnya mereka sadar, kalau aku ini tidak bisa mati, setelah melihat pertarunganku dengan orang besar itu.