Saat kapak ini hampir memotong leher besarnya, suara seorang gadis berteriak terdengar dari balik lingkaran Manusia ini.
"JANGAN!!!"
Seseorang mendobrak lingkaran Manusia itu. Seseorang yang mendobrak adalah Adik dari orang besar ini, Shely.
"Jangan bunuh dia!" Dia berteriak dari depan sana.
"Ada apa, Shely?" Tanya orang besar ini. "Lagian, sudah terlambat, aku sudah membunuh..."
"Jangan bunuh Kakakku!"
"A-Apa yang barusan kau katakan, Shely?" Aku mendengar nada keheranan. Tentu saja dia akan merasa heran, dia mengira kalau dia sudah membunuhku, lalu si Adik malah meneriakan hal yang lain.
Aku mengendurkan otot tanganku dan menurunkan kapak besar ini.
"Baiklah." Kataku.
"Aa..." Orang besar itu berbalik dan menunjukan ekspresi terkejut. "Kenapa kau masih hidup?"
"Hidup? Kapan aku mati?" Aku tersenyum sombong, lalu melemparkan kapak besar itu ke hadapannya. "Kalau saja Adikmu tidak menghentikanku, kau sudah mati."
"Mustahil! Aku sudah memotong kepalamu!" Dia mengatakan itu dengan lantang, tapi dengan ekspresi takut.
"Benarkah?" Aku berhenti sejenak. "Sekarang, bisa kau kembalikan kartu IDku? Aku butuh uang... maksudku gold untuk makan."
"I-Iya." Dia mengembalikan kartu IDku dengan keringat yang bercucuran dan tangan gemetar.
Aku mengambilnya dan menyimpan kartu IDku, "Tenang saja! Aku bukan monster."
"Tapi..."
Aku berbalik dan pergi tanpa memperdulikannya.
Orang-orang yang menyaksikan pertaruangan tersebut, hanya terdiam dan melihatku dengan tatapan tanda tanya dan seolah tidak percaya, bahwa juara bertahan itu telah kalah oleh pendatang baru.
Untuk apa takut dengannya? Toh dia juga pernah jadi anak baru sebelum dia jadi senior seperti sekarang.
***
Hari sudah mulai sore. Sinar sang mentari sudah mulai padam, dan kegelapan akan segera menutupi daerah ini.
Aku hanya duduk-duduk saja di meja kosong serikat ini, sampai seseorang yang menahan kartu IDku datang mendekat.
"Selamat atas kemenangannya." Dia berdiri disampingku dengan gaya modelnya.
"Yah... iya. Itu keberuntungan."
"Tapi walaupun kau menang, kau harus segera keluar dari sini."
"Kenapa kau malah mengusirku?" Tanyaku dengan ragu. Maksudku.. aku ini kan anggota serikat ini, tapi... benar juga! Tidak ada orang lagi selain aku dan gadis nakal satu ini.
"Bukannya mengusir, ini peraturan. Serikat tutup saat malam, kecuali ada hal mendadak."
"Baiklah." Aku berhenti sejenak. "Bagaimana denganmu?"
"Aku tinggal disini untuk menjaga serikat."
"Oohh." Aku berdiri dan berjalan menuju pintu serikat. "Sampai jumpa."
"Iya."
Aku membuka pintu serikat dan sekarang sudah berada di luar. Ini dingin. Tidak kusangka akan sedingin ini saat malam hari. Ini seperti aku berada di gurun pasir.
Aku berjalan-jalan tidak karuan seperti orang yang tersesat. Aku tidak punya tempat untuk pulang, jadi aku hanya berjalan-jalan seperti orang yang tersesat.
Padahal bisa saja aku tidur di rumah Ibu Babi yang menawan, tapi aku tidak boleh merepotkannya lagi, jadi... aku tidak bisa melakukannya.
Berada di tengah kota saat malam hari, seperti berada di tengah kuburan yang mengerikan. Aku harap aku tidak akan bertemu dengan hantu atau semacamnya, karena jika hal itu terjadi, maka lebih baik aku berada di duniaku yang sebelumnya.
Saat aku belum di bangkitkan di dunia ini, jam segini aku pasti sedang asik bermain game.
*ceklak* Suara pintu terbuka terdengar di salah satu rumah. Lalu seseorang keluar dari rumah itu dan duduk di kursi depan rumahnya.
Apa yang orang itu lakukan di malam hari begini?.