Kami hanya saling diam, tatap dan hanya berdiri seperti patung yang dibuat karena ketidaksengajaan. Jujur saja! Aku menolak untuk tidak takut. Aku takut sekali!.
Aku merasakan keringatku mengalir dengan deras. Sudah seperti air terjun saja, deras.
Apa? Kenapa dia tidak menyerang? Apa dia bodoh?.
"Kenapa kau tidak menyerang?" Tanyaku.
"Itu juga berlaku untukmu." Jawabnya.
Benar juga.
Aku menghembuskan napasku dan menyiapkan sihirku.
Aku langsung berlari kearah orang besar itu, tangan kananku yang memegang pedang aku taruh di belakang, sedangkan tangan kiriku, aku membuat lingkaran sihir elemen tanah. Aku membuat sebuah debu di tangan kiriku.
Jarak antara aku dan dia sekarang, kira-kira lima meter.
"Wahai tanah! Dengarlah! Dan jadilah debu!." Aku merapal dan lingkaran sihir terbentuk di tangan kiriku. Dengan cepat, aku langsung menembakan debu itu ke matanya.
Tapi.. aku tidak tahu apa yang terjadi, debu yang tadi aku buat, hilang begitu saja.
Dia tersenyum, lalu mengayunkan kapak besarnya kearahku secara horizontal.
Aku menunduk dan melakukan rolling kearahnya. Dengan kesempatan yang ada, aku menebaskan pedangku yang sudah aku lapisi elemen angin, agar jangkauannya bisa lebih luas.
*sreett* Dia berhasil menghindari serangan fatal dengan melompat kebelakang, tapi ada luka gores yang terbuat di perutnya.
Dia melihat lukanya, menyentuhnya, lalu melihatku, "Kau memang menarik."
"Elemen angin!" Katanya dengan lantang "Angin kematian."
Setelah dia mengatakan itu, tiba-tiba segumpal angin kecil muncul dari balik tubuhnya dan mengarah padaku dengan cepat.
Tidak panik! Aku bisa menghindari angin itu dengan melompat ke arah kanan.
Aku mengikuti kemana angin itu pergi, ternyata angin itu tidak menghilang, tapi mengenai salah satu dari lingkaran Manusia itu. Dan orang yang terkena serangan itu, tiba-tiba saja terjatuh dengan mulut dan hidung yang mengeluarkan darah.
"Apa itu?" Gumamku.
Aku tersadar, dan langsung melihat kearah orang besar itu, tiba-tiba mata kapak itu sudah melayang kearah leherku dan...
Rohku seperti keluar dari tubuhku sebelum kepalaku terpenggal, dan aku bisa melihat kejadian itu beberapa meter diatas tubuhku. Singkatnya, aku melihat tubuhku sendiri.
Mata kapak itu mengenai leherku *ciprat* dan kepalaku terlepas dari tubuhku. Darahku keluar dan memancur kesegala arah. Itu sangat mengerikan. Tapi aku tidak merasakan apapun. Mungkin karena rohku sudah keluar sebelum hal itu terjadi.
Semua orang terdiam untuk sesaat, lalu bersorak. Apa aku mati?.
Orang besar itu mengangkat kedua tangannya, lalu mengambil kapak besar yang tadi dia lemparkan padaku.
"Lemah! Orang ini tidak pantas membunuh panglima Goblin."
Setelah mengatakan itu, dia menancapkan mata kapaknya ke tubuhku yang sudah tidak bergerak itu.
"Tubuh ini, tidak pantas menjadi petualang." Katanya.
Lalu.. beberapa detik setelah itu, api biru kemerahan mulai membakar luka di leher dan kepalaku.
Sudah dimulai ya? Aku kira aku akan mati.
Api yang membakar leher bagian bawah dan atasku, mulai memanjang dan menarik kepalaku lalu menyatukannya kembali. Lalu api itu mati, dan aku seperti tertarik masuk kedalam tubuh itu.
"Haaa~" Nafas awal seseorang yang hidup kembali.
Sial! Sakit banget. Punggungku sakit, karena kapak ini masih menancap.
Orang besar itu tidak menyadari kebangkitanku, dia masih saja mengangkat tanganya tanda kemenangan.
Aku melihat ekspresi orang didepanku yang melihat kejadian aneh itu. Dia terlihat ketakutan, tapi disaat yang sama, dia kagum.
Aku menarik kapak yang menancap di punggungku. Berat banget!. Darah keluar saat aku melakukan itu.
Aku berdiri dan perlahan berjalan kearah orang besar itu. Semua orang sadar kalau aku bangkit dari kematian, kecuali orang besar itu yang masih meneriakan, "Lemah! Lemah! Lemah!"
Lemah ya? Kita lihat siapa yang akan tertawa di akhir?.
Jarak antara aku dan orang besar itu berjarak sepanjang kapak ini. Aku menatapnya marah, dan langsung mengayunkan kapak ini mengarah pada leher besarnya.