Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku juga tidak tahu kapan tepatnya duel yang dia katakan itu. Aku rasa selesai makan, aku akan langsung bertarung dengannya, tapi aku tidak bisa bertarung. Satu-satunya yang aku bisa, hanyalah bermain game.
"Aku akan bertarung dengannya." Kataku tegas pada Shely. "Tapi tenang saja! Aku akan menjanjikan satu hal padamu, aku tidak akan mati."
Saat aku mengatakan itu, kedua mata Shely terlihat seperti bercahaya. Dia terkejut akan kata-kataku, karena dia pikir aku ini lemah, memang benar sih. Aku ini hanya sok kuat saja.
"Janji?" Tanyanya. Dia menunjukan jari kelingkingnya yang terlihat lentik.
"Iya." Apa yang harus aku lakukan dengan jari itu?.
Aku hanya mengangkat tanganku dan menunjukan jari kelingkingku.
Dia terdiam sebentar, lalu dia tersenyum dan langsung meraih jari kelingkingku dengan kelingkingnya.
"Janji jari kelingking! Siapa yang berkhianat, adalah pecundang." Katanya dengan semangat.
"Iya." Aku berhenti sejenak. "Ngomong-ngomong, kapan sih duelnya?"
"He? Kau tidak tahu?" Dia memiringkan kepalanya tanda kebingungan.
Boro-boro tahu, dia aja nggak kasih tau kapan.
"Setelah kau makan."
"Oh." Entah kenapa, satu bagian dalam perutku, serasa sakit dan mual.
***
Aku selesai makan, dan entah kenapa orang-orang di dalam serikat mengikutiku berjalan keluar. Kau tahu, ini seperti saat kau terpilih menjadi kepala desa.
"Umm... kenapa kalian mengikutiku?" Tanyaku pada mereka.
"Ha?" Mereka semua menunjukan ekspresi yang sama, yaitu ekspresi keheranan.
"Peti mati sudah siap!" Tiba-tiba saja ada seseorang yang meneriakan itu diantara gerombolan Manusia ini.
Lagian, siapa sih yang pesen tuh peti mati?.
"Kau mau berduel kan?" Tanya seseorang di depanku. Dia terlihat seperti para petualang lainnya. Kau tahu, semacam karakter tidak penting.
"Iya. Tapi.. aku nggak tau tempatnya, jadi.. bisa kasih tau?"
"I-Iya, baiklah."
"Makasih."
Berpikir tentang kebodohan Manusia, maka aku adalah salah satu dari beberapa kebodohan Manusia, karena aku mau saja bertarung dengan orang itu.
Senjataku saja dapat di kasih orang, sok-sok'an mau duel. Sialan!.
Akhirnya kami tiba di semacam lapangan berlatih. Tempat ini berjarak 100 meter kearah selatan dari serikat sunrise.
Sebuah tempat yang sangat luas, dan aku melihat banyak orang sedang berlatih di lapangan tandus yang luas ini.
Aku melihat sekitar, dan ada seseorang yang aku tahu sedang berdiri diantara orang-orang yang sedang berlatih. Dia adalah orang yang tadi menantangku bertarung.
"Dia datang." Aku membaca gerak bibirnya. Kira-kira dia berkata seperti itu.
Setelah dia mengakan itu, orang-orang yang sedang berlatih langsung membentuk lingkaran Manusia. Kira-kira luasnya sekitar lima meter. Berdiameter lima.
"Maju! Maju! Maju!" Orang-orang yang ada di tempat ini mengatakan itu secara terus-menerus.
Aku menghembuskan napasku dan masuk kedalam lingkaran Manusia itu.
Si viking besar itu berdiri dengan sebuah kapak berukuran besar. Kalau saja aku terkena serangannya, aku bisa langsung mati.
"Apa boleh menggunakan sihir?" Tanyaku.
"Apapun. Kau bisa menggunakan cara apapun, asalkan tidak licik."
Berarti aku boleh menggunakan cara lari dong. Karena 'lari' bukanlah cara licik, tapi cara pengecut.
Aku menarik pedang yang aku di simpan di punggungku, dan langsung mengacungkan pedangku ke arahnya.
"Majulah!" Kataku dengan tegas.
Dia tersenyum sinis saat aku mengatakan itu, lalu dia berkata, "Menarik! Aku harap kau sudah menyiapkan peti matimu."
"Yah.. itu buang-buang lahan, kalau aku mati, lebih aku di bakar atau di kremasi saja."
"Ha?"
Sepertinya dia tidak mengerti, ya?.