Aku mengambil semua drop item dari monster yang mati. Aku tidak peduli walaupun yang satunya bukan aku yang bunuh. Itu salahnya tidak mau turun dan ambil bagian, atau bahkan merampas hak milikku.
Sial! Aku tidak membawa tas atau semacamnya untuk menyimpan ini.
*krusuk-krusuk* Lalu gadis itu melompat dari atas pohon itu. Itu tinggi lho, apa kakimu tidak apa-apa?.
"Kau baru jadi petualang ya?" Tanyanya. Dia gadis yang cantik, kulitnya putih, rambut panjangnya dia ikat jadi model ponytail, mungkin agar tidak mengganggunya saat pertarungan. Aku tidak melihat senjatanya.
"Dimana kau menyimpan senjata keren itu?" Tanyaku.
"Jawab dulu pertanyaanku!"
"Iya. Aku baru." Aku berhenti sejenak. "Jadi, dimana senjatamu?"
Dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan kartu ID miliknya, "Disini."
"Ha? Jadi kartu itu bisa buat nyimpen senjata?" Tanyaku dengan wajah terkejut.
"Bukan hanya senjata, tapi apapun. Tergantung kapasitasnya. Punyaku bahkan bisa menyimpan seekor gajah." Dia tersenyum sombong saat mengatakan itu.
Kartu yang bisa menyimpan apapun. Dunia ini terlihat lebih canggih karena adanya sihir. Luar biasa.
"Mana kartu IDmu?" Tanyanya.
"Kartu IDku ditahan, gara-gara aku nggak bisa bayar biaya daftar jadi anggota serikat."
Mendengar itu, dia tersenyum manis, lalu tertawa terbahak-bahak. Aku tarik kembali kata-kataku. Gadis ini tidak manis sama sekali.
Dia memakai sebuah mantel berwarna hitam dengan jubah berwarna merah, dia juga memakai sebuah celana panjang berwarna hitam. Apa ini? Apa dia ini anggota dari man in black atau semacamnya?.
"Jadi kau memburu Goblin untuk mendapatkan drop item lalu menjualnya?" Dia bertanya itu sambil menahan tawanya. Aku sangat ingin menghajar wajah cantiknya.
"Iya." Aku berhenti sejenak. "Bisa hentikan itu! Aku malu, tau."
"Iya-iya." Dia mengangguk sambil tertawa "Kalo gitu, kamu mau kembali ke serikat sekarang?"
"Yah... jual ini dulu sih."
"Itu kita jual ke serikat aja. Shely si pelayan itu membeli semua jenis bahan makanan."
"Oh... oke."
***
Sampai didepan gerbang utama, yang besarnya membuatku bertanya-tanya, bagaimana mereka membuat sesuatu yang sebesar itu. Yah... walaupun dengan sihir, kau bisa melakukan apapun dengan mudah.
Saat aku melihat wajah gadis ini, dia seperti kecewa, bukan! Tapi sedih akan sesuatu, seperti ada beban yang mendalam dalam dirinya. Gadis secantik dia juga, memiliki masalah ya?.
"Kamu kenapa?" Tanyaku dengan bodohnya.
"Hmm?" Dia melihat padaku sekilas, lalu kembali lagi menatap lurus. "Aku nggak apa-apa." Lalu dia tersenyun kecil.
"Oh... petualang pemula, kau datang dengan selamat!" Penjaga yang tadi memberiku pedang ini menyambutku dengan senang. Aku rasa bukan karena aku datang dengan selamat dia merasa senang, tapi karena pedangnya bisa kembali lagi padanya.
"Yah... kalo nggak ada gadis ini, aku pasti mati sih." Bohong! Tidak mungkin aku mati, aku kan punya kekuatan burung phoenix yang bisa melakukan regenerasi super.
"Oh." Dia melihat pada gadis itu dengan tatapan merendahkan atau semacamnya. Aku memang tidak bisa melihat matanya karena tertutup helmet, tapi aku bisa merasakannya.
Dia kembali melihatku, dengan semangat tentu saja, "Gimana? Tajam tidak?"
"Iya." Kataku. "Sangat tajam! Sampai bisa memotong tangan Goblin pekerja."
"Benarkah?"
"Iya. Tanya saja gadis ini."
"Oke-oke. Aku percaya." Dia mengalihkan pembicaraan? Sebenarnya ada apa sih? Ini aneh sekali.
"Jadi... nih! Aku kembalikan pedangnya." Kataku sambil menyodorkan pedang itu dengan sopan.
"Tidak! Tidak! Kau lebih pantas menggunakan pedang itu."
"He? Nggak masalah? Kan buat pedang pasti mahal biayanya."
"Tidak masalah."
Aku hampir saja meneteskan air mata.
Aku langsung memegang tangan penjaga itu dan berkata, "Terima kasih banyak~" Dengan tersedu-sedu.