Chapter 13 - 12 : Pedang Baru

Aku  mengambil  semua  drop  item  dari  monster  yang  mati.  Aku  tidak  peduli  walaupun  yang  satunya  bukan  aku  yang  bunuh.  Itu  salahnya  tidak  mau  turun  dan  ambil  bagian,  atau  bahkan  merampas  hak  milikku.

Sial!  Aku  tidak  membawa  tas  atau  semacamnya  untuk  menyimpan  ini.

*krusuk-krusuk*  Lalu  gadis  itu  melompat  dari  atas  pohon  itu.  Itu  tinggi  lho,  apa  kakimu  tidak  apa-apa?.

"Kau  baru  jadi  petualang  ya?"  Tanyanya.  Dia  gadis  yang  cantik,  kulitnya  putih,  rambut  panjangnya  dia  ikat  jadi  model  ponytail,  mungkin  agar  tidak  mengganggunya  saat  pertarungan.  Aku  tidak  melihat  senjatanya.

"Dimana  kau  menyimpan  senjata  keren  itu?"  Tanyaku.

"Jawab  dulu  pertanyaanku!"

"Iya.  Aku  baru."  Aku  berhenti  sejenak.  "Jadi,  dimana  senjatamu?"

Dia  merogoh  saku  celananya  dan  mengeluarkan  kartu  ID  miliknya,  "Disini."

"Ha?  Jadi  kartu  itu  bisa  buat  nyimpen  senjata?"  Tanyaku  dengan  wajah  terkejut.

"Bukan  hanya  senjata,  tapi  apapun.  Tergantung  kapasitasnya.  Punyaku  bahkan  bisa  menyimpan  seekor  gajah."  Dia  tersenyum  sombong  saat  mengatakan  itu.

Kartu  yang  bisa  menyimpan  apapun.  Dunia  ini  terlihat  lebih  canggih  karena  adanya  sihir.  Luar  biasa.

"Mana  kartu  IDmu?"  Tanyanya.

"Kartu  IDku  ditahan,  gara-gara  aku  nggak  bisa  bayar  biaya  daftar  jadi  anggota  serikat."

Mendengar  itu, dia tersenyum  manis,  lalu  tertawa  terbahak-bahak.  Aku  tarik  kembali  kata-kataku.  Gadis  ini  tidak  manis  sama  sekali.

Dia  memakai  sebuah  mantel  berwarna  hitam  dengan  jubah  berwarna  merah,  dia  juga  memakai  sebuah  celana  panjang  berwarna  hitam.  Apa  ini?  Apa  dia  ini  anggota  dari  man  in  black  atau  semacamnya?.

"Jadi  kau  memburu  Goblin  untuk  mendapatkan  drop  item  lalu  menjualnya?"  Dia  bertanya  itu  sambil  menahan  tawanya.  Aku  sangat  ingin  menghajar  wajah  cantiknya.

"Iya."  Aku  berhenti  sejenak.  "Bisa  hentikan  itu!  Aku  malu,  tau."

"Iya-iya."  Dia  mengangguk  sambil  tertawa  "Kalo  gitu,  kamu  mau  kembali  ke  serikat  sekarang?"

"Yah...  jual  ini  dulu  sih."

"Itu  kita  jual  ke  serikat  aja.  Shely  si  pelayan  itu  membeli  semua  jenis  bahan  makanan."

"Oh...  oke."

***

Sampai didepan gerbang utama, yang besarnya membuatku bertanya-tanya, bagaimana mereka membuat sesuatu yang sebesar itu. Yah... walaupun dengan sihir, kau bisa melakukan apapun dengan mudah.

Saat aku melihat wajah gadis ini, dia seperti kecewa, bukan! Tapi sedih akan sesuatu, seperti ada beban yang mendalam dalam dirinya. Gadis secantik dia juga, memiliki masalah ya?.

"Kamu kenapa?" Tanyaku dengan bodohnya.

"Hmm?" Dia melihat padaku sekilas, lalu kembali lagi menatap lurus. "Aku nggak apa-apa." Lalu dia tersenyun kecil.

"Oh... petualang pemula, kau datang dengan selamat!" Penjaga yang tadi memberiku pedang ini menyambutku dengan senang. Aku rasa bukan karena aku datang dengan selamat dia merasa senang, tapi karena pedangnya bisa kembali lagi padanya.

"Yah... kalo nggak ada gadis ini, aku pasti mati sih." Bohong! Tidak mungkin aku mati, aku kan punya kekuatan burung phoenix yang bisa melakukan regenerasi super.

"Oh." Dia melihat pada gadis itu dengan tatapan merendahkan atau semacamnya. Aku memang tidak bisa melihat matanya karena tertutup helmet, tapi aku bisa merasakannya.

Dia kembali melihatku, dengan semangat tentu saja, "Gimana? Tajam tidak?"

"Iya." Kataku. "Sangat tajam! Sampai bisa memotong tangan Goblin pekerja."

"Benarkah?"

"Iya. Tanya saja gadis ini."

"Oke-oke. Aku percaya." Dia mengalihkan pembicaraan? Sebenarnya ada apa sih? Ini aneh sekali.

"Jadi... nih! Aku kembalikan pedangnya." Kataku sambil menyodorkan pedang itu dengan sopan.

"Tidak! Tidak! Kau lebih pantas menggunakan pedang itu."

"He? Nggak masalah? Kan buat pedang pasti mahal biayanya."

"Tidak masalah."

Aku hampir saja meneteskan air mata.

Aku langsung memegang tangan penjaga itu dan berkata, "Terima kasih banyak~" Dengan tersedu-sedu.