Goblin itu masih saja memukuliku, tapi entah kenapa aku tidak juga pingsan.
"Aakkhh." Sekarang dia berhenti memukuliku, jadi aku punya kesempatan untuk muntah darah.
"Hhaarr.. hhaarr." Goblin itu seperti kelelahan setelah memukuliku. Tentu saja, dengan badan yang diliputi lemak, tentu saja hal seperti itu akan membuatnya cepat lelah.
Aku membuka mataku karena penasaran seperti apa ekspresi Goblin gendut itu. Maksudku... setidaknya aku ingin tahu ekspresi seperti apa yang akan dia tunjukan padaku, sebelum aku mati.
Bukannya melihat ekspresi Goblin itu, aku malah melihat hal yang lebih menarik, yaitu tubuhku yang terbakar api berwarna biru kemerahan.
Goblin sialan itu, dia berniat memakanku sebagai Manusia bakar. Emangnya aku ini baso bakar apa? Dan bagian mananya dari kata 'Menarik' yang aku sebut tadi?.
Tapi api ini tidak terasa panas ditubuhku, tidak juga hangat. Dan yang lebih aneh lagi, api ini hanya membakar luka yang ada ditubuhku saja.
Ada satu bagian api yang terlihat mengecil, dan sekarang aku sadar, kalau api ini bukanlah berasal dari Goblin gendut itu, tapi api ini berasal dari tubuhku sendiri.
Aku jadi teringat apa yang aku katakan pada orang berbaju batik itu, atau Dewa?.
"Aku ingin memiliki kekuatan dari burung phoenix."
Benar juga. Regenerasi yang luar biasa.
Sekarang aku tahu jawaban dibalik poin regenerasiku yang tanda tanya itu. Itu bukan karena aku tidak bisa menyembuhkan diri sendiri, tapi karena kartu itu sendiri tidak bisa membaca levelku di regenerasi itu. Aku sudah melampai batas regenerasi orang normal.
Aku tersenyum setelah sadar akan hal itu.
Benar saja! Api di tubuhku sedikit demi sedikit mulai padam, dan akhirnya, aku tidak merasakan sakit lagi. Semua luka yang aku terima dari Goblin itu, sudah sembuh sepenuhnya hanya dalam hitungan detik.
*buukk* Dia memukuliku lagi. Aku tahu aku memang masih bisa sembuh lagi, tapi tetap saja, ini sakit tahu. Apa regenerasi ini menggunakan sihir? Kalau iya, berarti aku dalam bahaya kalau sampai sihir dalam tubuhku habis hanya karena menyembuhkan diri sendiri.
Pukulan gada kedua, ketiga, keempat, dan akhirnya pada pukulan kelima, aku menghindarinya dengan melakukan rolling kearah Goblin gendut itu dan menendangnya dengan kaki kananku, tapi ternyata aku salah perhitungan, tenagaku tidak cukup kuat, bahkan hanya untuk menggesernya.
"Umm... sial!." Kataku.
"Rawr?" Goblin gendut itu seperti berkata 'kau bodoh ya?' Padaku.
Goblin itu mengangkat kaki kanannya dan menginjakku tepat di perutku.
Rasa mual dan sakit ini bercampur menjadi satu.
"Hoek!"
Kakinya menahanku, tetap pada posisi tadi, tapi tangan kanannya yang memegang gada itu, sedang bersiap untuk menghancurkan kepalaku. Apa aku akan mati kalau kepalaku pecah? Aku ingin tahu, tapi aku terlalu takut untuk mencobanya.
Yah... aku memang tidak bisa bergerak sih. Ayo kita coba. Whoa~ itu terdengar keren.
Dan... *srriiing* suara tebasan pedang terdengar saat aku menutup mataku, lalu *ciprat* suatu cairan menetes di leherku dan sesuatu menimpa kepalaku. Berat.
Aku membuka mataku, sesuatu berwarna hijau itu mendarat di wajahku.
"Aaarrggh!!!" Goblin gendut itu melepaskan injakan kakinya dan berjalan mundur seperti sempoyongan.
Tangan kanannya yang memegang gada tadi, putus.
Aku berdiri dan melihat Goblin itu seperti sedang mencari sesuatu. Aku juga melakukan hal yang sama. Siapa yang menyelamatkanku? Itu yang ada dipikiranku, tapi yang ada dipikiran Goblin itu berbeda, karena aku yakin dia akan berpikir, 'siapa yang memotong tanganku'.
"Kau bodoh!" Suara seorang gadis terdengar di belakangku. Aku tidak tahu dan juga pasti tidak mengenalnya, tapi dia berkata kalau aku ini bodoh? Yang benar saja! Kita bahkan belum saling tahu, tapi dia sudah memanggilku bodoh? sialan!.