Chereads / Hidup Lagi Di Dunia Pararel Yang Penuh Fantasi / Chapter 11 - 10 : Regenerasi Phoenix

Chapter 11 - 10 : Regenerasi Phoenix

Goblin  itu  masih  saja  memukuliku,  tapi  entah  kenapa  aku  tidak  juga  pingsan.

"Aakkhh."  Sekarang  dia  berhenti  memukuliku,  jadi  aku  punya  kesempatan  untuk  muntah  darah.

"Hhaarr..  hhaarr."  Goblin  itu  seperti  kelelahan  setelah  memukuliku.  Tentu  saja,  dengan  badan  yang  diliputi  lemak,  tentu  saja  hal  seperti  itu  akan  membuatnya  cepat  lelah.

Aku  membuka  mataku  karena  penasaran  seperti  apa  ekspresi  Goblin  gendut  itu.  Maksudku...  setidaknya  aku  ingin  tahu  ekspresi  seperti  apa  yang  akan  dia  tunjukan  padaku,  sebelum  aku  mati.

Bukannya  melihat  ekspresi  Goblin  itu,  aku  malah  melihat  hal  yang  lebih  menarik,  yaitu  tubuhku  yang  terbakar  api  berwarna  biru  kemerahan.

Goblin  sialan  itu,  dia  berniat  memakanku  sebagai  Manusia  bakar.  Emangnya  aku  ini  baso  bakar  apa? Dan bagian mananya dari kata 'Menarik' yang aku sebut tadi?.

Tapi  api  ini  tidak  terasa  panas  ditubuhku,  tidak  juga  hangat.  Dan  yang  lebih  aneh  lagi,  api  ini  hanya  membakar  luka  yang  ada  ditubuhku  saja.

Ada  satu  bagian  api  yang  terlihat  mengecil,  dan  sekarang  aku  sadar,  kalau  api  ini  bukanlah  berasal  dari  Goblin  gendut  itu,  tapi  api  ini  berasal  dari  tubuhku  sendiri.

Aku  jadi  teringat  apa  yang  aku  katakan  pada  orang  berbaju  batik  itu,  atau  Dewa?.

"Aku  ingin  memiliki  kekuatan  dari  burung  phoenix."

Benar  juga.  Regenerasi  yang  luar  biasa.

Sekarang  aku  tahu  jawaban  dibalik  poin  regenerasiku  yang  tanda  tanya  itu.  Itu  bukan  karena  aku  tidak  bisa  menyembuhkan  diri  sendiri,  tapi  karena  kartu  itu  sendiri  tidak  bisa  membaca  levelku  di  regenerasi  itu.  Aku  sudah  melampai  batas  regenerasi  orang  normal.

Aku  tersenyum  setelah  sadar  akan  hal  itu.

Benar  saja!  Api  di  tubuhku  sedikit  demi  sedikit  mulai  padam,  dan  akhirnya,  aku  tidak  merasakan  sakit  lagi.  Semua  luka  yang  aku  terima  dari  Goblin  itu,  sudah  sembuh  sepenuhnya  hanya  dalam  hitungan  detik.

*buukk*  Dia  memukuliku  lagi.  Aku  tahu  aku  memang  masih  bisa  sembuh  lagi,  tapi  tetap  saja,  ini  sakit  tahu.  Apa  regenerasi  ini  menggunakan  sihir?  Kalau  iya,  berarti  aku  dalam  bahaya  kalau  sampai  sihir  dalam  tubuhku  habis  hanya  karena  menyembuhkan  diri  sendiri.

Pukulan  gada  kedua,  ketiga,  keempat,  dan  akhirnya  pada  pukulan  kelima,  aku  menghindarinya  dengan  melakukan  rolling  kearah  Goblin  gendut  itu  dan  menendangnya  dengan  kaki  kananku,  tapi  ternyata  aku  salah  perhitungan,  tenagaku  tidak  cukup  kuat,  bahkan  hanya  untuk  menggesernya.

"Umm...  sial!."  Kataku.

"Rawr?"  Goblin  gendut  itu  seperti  berkata 'kau  bodoh  ya?'  Padaku.

Goblin  itu  mengangkat  kaki  kanannya  dan  menginjakku  tepat  di  perutku.

Rasa  mual  dan  sakit  ini  bercampur  menjadi  satu.

"Hoek!"

Kakinya  menahanku,  tetap  pada  posisi  tadi,  tapi  tangan  kanannya  yang  memegang  gada  itu,  sedang  bersiap  untuk  menghancurkan  kepalaku.  Apa  aku  akan  mati  kalau  kepalaku  pecah?  Aku  ingin  tahu,  tapi  aku  terlalu  takut  untuk  mencobanya.

Yah...  aku  memang  tidak  bisa  bergerak  sih.  Ayo  kita  coba.  Whoa~  itu  terdengar  keren.

Dan...  *srriiing*  suara  tebasan  pedang  terdengar  saat  aku  menutup  mataku,  lalu  *ciprat*  suatu cairan menetes  di  leherku  dan  sesuatu  menimpa  kepalaku.  Berat.

Aku  membuka  mataku,  sesuatu  berwarna  hijau  itu  mendarat  di  wajahku.

"Aaarrggh!!!"  Goblin  gendut  itu  melepaskan  injakan  kakinya  dan  berjalan  mundur  seperti  sempoyongan.

Tangan  kanannya  yang  memegang  gada  tadi,  putus.

Aku  berdiri  dan  melihat  Goblin  itu  seperti  sedang  mencari  sesuatu.  Aku  juga  melakukan  hal  yang  sama.  Siapa  yang  menyelamatkanku?  Itu  yang  ada  dipikiranku,  tapi  yang  ada  dipikiran  Goblin  itu  berbeda,  karena  aku  yakin  dia  akan  berpikir,  'siapa  yang  memotong  tanganku'.

"Kau  bodoh!"  Suara  seorang  gadis  terdengar  di  belakangku.  Aku  tidak  tahu  dan  juga  pasti  tidak  mengenalnya,  tapi  dia  berkata  kalau  aku  ini  bodoh? Yang  benar  saja! Kita bahkan belum saling tahu, tapi dia sudah memanggilku bodoh? sialan!.