Sekarang didepanku sudah berdiri pohon-pohon besar yang sepertinya memang sudah hidup beberapa ratus tahun. Aku juga mendengar banyak suara hewan liar didalam sana. Tapi dari semua suara yang ada didalam hutan sana, ada satu suara yang berbeda dari yang lainnya.
"Rawr."
"Rawr!"
"Rawr?"
Makhluk yang membuat suara itu, mereka seperti sedang melakukan komunikasi ringan, mungkin tentang 'apa makan malam untuk malam ini? Sop iga Manusia?' Oh ayolah, yang benar saja, kalau benar begitu, maka akulah daging iga yang akan disajikan diatas tempat makan mereka.
Aku masih saja memegang pedang tanpa sarung itu. Getaran yang ada ditubuhku dialirkan dengan sempurna ke mata pedang ini. Aku harap itu akan membantu untuk membunuh para Goblin.
Aku melangkah lebih dalam masuk kedalam hutan. Suara "Rwar." Yang dari tadi aku dengar juga semakin dekat. Semakin dekat. Semakin dekat. Dan akhirnya aku bisa melihat mereka dari balik semak belukar ini.
Ada tiga Goblin disana. Tidak kusangka ternyata Goblin itu memang ada. Mereka berwarna hijau, seperti yang ada dalam cerita ataupun game, dan mereka juga memiliki wajah yang mengerikan dengan dua taring mereka yang keluar. Mereka tidak memakai baju, mereka hanya memakai beberapa perlengkapan perang di bagian atas tubuh mereka, dan sebuah kain berwarna coklat untuk menutupi kelamin mereka.
Ada tiga Goblin, dan dua diantaranya memiliki badan yang lebih kecil, sedangkan yang satu lagi memiliki badan yang besar. Bukan besar kekar, tapi besar karena lemak.
"Rawr!!!" Goblin gendut itu berkata sesuatu pada dua Goblin kurus itu.
Seperti menananggapi kata-kata Goblin gendut, mereka berdua berjalan menuju sisi yang berbeda, sedangkan Goblin gendut itu malah duduk santai di tempatnya tadi berdiri.
Nafasku semakin berat dan berat, begitu juga jantungku yang semakin berdetak kencang, keringatku juga mulai mengalir deras. Aku takut, tapi disaat yang sama aku memang harus mengalahkan Goblin gendut itu. Dia memang terlihat seperti pemimpin, tapi tetap saja, dia itu gendut.
Aku menyiapkan kuda-kuda untuk melompat keluar dari balik semak-semak ini. Memantapkan tekad.
Sekarang Goblin gendut itu sedang menguap.
Aku tersenyum dan langsung melompat keluar dari balik semak belukar dan langsung mengarah pada tubuh gendutnya.
Dia sadar aku keluar dari balik belukar itu, tapi dia terlalu terkejut untuk menghindar.
Memanfaatkan keadaan itu dan memanfaatkan tubuhku yang masih terbang, aku langsung menghunuskan mata pedang ini langsung menuju dada besarnya itu.
*ciprat* darah berwarna hijau muda itu keluar dari luka yang dibuat pedang ini.
"Aaaarrggg!!!" Dia menjerit dan dengan cepat mengeluarkan sebuah gada besar dari balik punggungnya. Aku tidak tahu dia punya senjata semacam itu.
Aku terlalu terkejut untuk bisa berpikir, dan akhirnya Goblin gendut itu menyerangku menggunakan gada besar itu. Aku terpental dan berhenti karena punggungku menabrak pohon dibelakangku.
Sakit! Sial! Aku... sesak sekali.
Pukulan gada itu tepat mengenai dadaku. Tanpa sadar, ternyata aku sudah memuntahkan darah.
"Khaakk. Uhuk.. uhuk." Aku memuntahkan darah dari mulutku dan terbatuk karena serangan mengerikan itu.
Tanganku sudah tidak memegang pedang lagi, karena pedangku tertinggal di dada Goblin itu.
Aku tidak bisa bergerak. Sial! Apakah ini akhirnya? Ayolah! Aku baru saja hidup selama satu hari di dunia ini. Aku bahkan belum merasakan menyentuh telinga gadis bertelinga hewan. Katanya telinga mereka sangat sensitif.
"Rawr?" Dia seperti bertanya padaku yang mungkin sebentar lagi akan pingsan.
Aku menutup mataku, dan sebuah cahaya terlihat saat aku menutup mataku. Bukan cahaya putih saat kau akan mati, tapi lebih seperti saat kau menutup matamu, tapi ada cahaya didepanmu. Seperti itu.
Mungkin Goblin itu akan membakarku.
Tapi ternyata lebih buruk.
*buukk* *buukk* Dia terus menghantamkan gada itu pada tubuh kecil ini.
"Aakkhh." Setiap kali dia memukulkan gadanya, aku mengerang kesakitan.
Aku sadar, darah terus mengalir dari mulut dan hidungku.
Aku tidak mau membuka mataku.
Sampai sekarang, dia masih saja memukuliku dengan gada besarnya itu.