Chereads / Hidup Lagi Di Dunia Pararel Yang Penuh Fantasi / Chapter 9 - 08 : Dimulainya Perburuan

Chapter 9 - 08 : Dimulainya Perburuan

Aku  tidak  tahu  bagaimana  bentuk  kota  ini,  tapi  yang  pasti,  di  sekitaran  kota  ini  ada  tembok  yang  mengelilingi,  seperti  tembok  china.  Aku  rasa  dibangunnya  tembok  ini adalah  untuk  menahan  serangan  dari  para  monster.

Aku  tidak  tahu  dimana  pintu  keluar  dari  tempat  ini,  karena  itulah  aku  berjalan  mengelilingi  kota  ini,  dan  aku  memerlukan  setengah  hari  untuk  mengelilingi  setengah  bagian  dari  kota  ini.  Ternyata  gerbang  utama  dari  kota  ini,  tepat  berada  di  seberang  serikat  ini.  Sial!  Kalau  tahu  begitu  sih,  tadi  aku  langsung  jalan  lurus  saja  kedepan  sana. Bukan! Harusnya tadi aku melihat peta.

"Kau  mau  kemana?"  Tanya  salah  satu  dari  dua  penjaga  yang  menjaga  gerbang  ini.

"Aku  mau  keluar,  cari  gold."  Kataku.  Walaupun  sebenarnya  yang  aku  cari  bukanlah  gold  itu  sendiri,  tapi  kartu  IDku  sendiri.  Tunggu!  Itu  sih  bukan  mencari  namanya.

"Kau  penyihir?  Ahli  pedang?  Atau  apa?  Aku  tidak  melihat  satupun  senjata  yang  kau  bawa."  Tanya  penjaga  itu  dengan  heran.  Walau  aku  tidak  bisa  melihat  wajahnya,  aku  tahu  dia  sedang  kebingungan.  Tapi  yang  paling  bingung disini  adalah  aku,  karena  aku  sama  sekali  tidak  mengerti  apa  yang  penjaga  itu  katakan.

"Umm...  maksudnya  apa  ya?"  Aku  berhenti  sejenak.  "Bisa  Anda  jelaskan  secara  detil  apa  yang  barusan  anda  katakan?"

Dia  menggaruk  belakang  helmetnya  dan  berkata, "Umm...  begini...  gimana  ya?  Hmm...  kalau  kau  bekerja  di  serikat,  itu  artinya  kau  seorang  petualang,  tapi  kau  juga  harus  punya  keahlian  untuk  bisa  bertarung  melawan  monster  diluar  sana."  Dia  berhenti  sejenak  untuk  mengambil  nafas. "Beberapa  keahlian  yang  ada,  diantaranya  adalah,  ahli  pedang,  penyihir,  tombak,  pukulan,  dan  ahli  pedang  ganda.  Kau  yang  mana?  Aku  tidak  melihat  satupun  senjata  yang  kau  miliki.  Apa  kau  ini  punya  skill  baru?"

"Oh...  bukan!  Ini...  bagaimana  ya?  Aku  kehilangan  senjataku,  jadi..."

"Oh...  mau  pinjam  punyaku?  Aku  punya  satu  pedang  disana.  Kau  mau  pinjam?"  Dia  mengatakan  itu  dengan  semangat  yang  membara

Kenapa  aku  jadi  ingin  menangis  sih?  Para  penjaga  di  kota  ini  sudah  kelewat  baik  banget.  Tidak  seperti  gadis  cantik berdada  besar dengan  rambut  pirang  kriting  itu.

Aku  yakin  sekarang  ini  dia  sedang  bersin-bersin.

"Umm...  baiklah."

Dia mengangguk  senang  dan  langsung  berlari  kearah  pos  penjaga  yang  ada  di  gerbang  bagian  kanan.

Ngomong-ngomong,  tinggi  gerbang  ini  sekitar  20  meter,  dan  lebarnya  kurang  lebih  10  meter.  Aku  tidak  tahu  kenapa  gerbangnya  besar  sekali.

Tidak  berapa  lama  kemudian,  si  penjaga  itu  kembali  lagi  membawa  sebuah  pedang  biasa  dengan  panjang  satu  meter  diukur  dari  pegangan  pedang  itu.  Pegangannya  terbuat  dari  karet  tebal  yang  dilapisi  sebuah  kain  berwarna  hitam,  dan  mata  pedangnya  terlihat  sangat  tajam.

Dia  memberikannya  padaku  dan  berkata, "Aku  baru  saja  membuat  pedang  ini  di  pandai  besi  kota  sebelah,  tapi  sampai  sekarang  aku  masih  belum  mencobanya,  jadi...  bisa  kau  coba?" Dia  terlihat  sangat  berharap  padaku,  dan  aku  tidak  bisa  begitu  saja  meninggalkan  harapan  seseorang.

Oh  ayolah,  maksudku...  aku  ini  sama  sekali  tidak  tahu  caranya  menggunakan  pedang,  aku  hanya  tahu  dari  game  RPG  yang  sering  aku  mainkan.

Aku  mengambil  pedangnya  lalu  pergi  keluar  gerbang.

Diluar  kota  itu,  ternyata  terdapat  hamparan  rumput  hijau  yang  luas,  dengan  pemandangan  hutan  yang  seperti  belum  pernah  tersentuh  beberapa  meter  setelah  hamparan  rumput  hijau  yang  indah.

"Kau  akan  menemukan  Goblin  di  hutan  barat  di  depan  sana."  Penjaga  itu  berteriak  memberitahuku.

Aku  tidak  peduli  apa  yang  kau  katakan,  satu-satunya  yang  ingin  aku  pedulikan,  adalah  aku  ingin  kembali  hidup-hidup  membawa  beberapa  daging  Goblin  yang  gadis  rambut  kriting  itu  katakan.

Aku  langsung  berjalan  dengan  langkah  berat  menuju  hutan  barat  itu.  Setiap  aku  melangkah,  rasa  takut  menyelimutiku  dengan  kuatnya,  tapi  rasa  aku  ingin  memiliki  kartu  itu,  lebih  kuat  dari  pada  rasa  takut  yang  sekarang  sedang  aku  hadapi  ini.