Aku tidak tahu bagaimana bentuk kota ini, tapi yang pasti, di sekitaran kota ini ada tembok yang mengelilingi, seperti tembok china. Aku rasa dibangunnya tembok ini adalah untuk menahan serangan dari para monster.
Aku tidak tahu dimana pintu keluar dari tempat ini, karena itulah aku berjalan mengelilingi kota ini, dan aku memerlukan setengah hari untuk mengelilingi setengah bagian dari kota ini. Ternyata gerbang utama dari kota ini, tepat berada di seberang serikat ini. Sial! Kalau tahu begitu sih, tadi aku langsung jalan lurus saja kedepan sana. Bukan! Harusnya tadi aku melihat peta.
"Kau mau kemana?" Tanya salah satu dari dua penjaga yang menjaga gerbang ini.
"Aku mau keluar, cari gold." Kataku. Walaupun sebenarnya yang aku cari bukanlah gold itu sendiri, tapi kartu IDku sendiri. Tunggu! Itu sih bukan mencari namanya.
"Kau penyihir? Ahli pedang? Atau apa? Aku tidak melihat satupun senjata yang kau bawa." Tanya penjaga itu dengan heran. Walau aku tidak bisa melihat wajahnya, aku tahu dia sedang kebingungan. Tapi yang paling bingung disini adalah aku, karena aku sama sekali tidak mengerti apa yang penjaga itu katakan.
"Umm... maksudnya apa ya?" Aku berhenti sejenak. "Bisa Anda jelaskan secara detil apa yang barusan anda katakan?"
Dia menggaruk belakang helmetnya dan berkata, "Umm... begini... gimana ya? Hmm... kalau kau bekerja di serikat, itu artinya kau seorang petualang, tapi kau juga harus punya keahlian untuk bisa bertarung melawan monster diluar sana." Dia berhenti sejenak untuk mengambil nafas. "Beberapa keahlian yang ada, diantaranya adalah, ahli pedang, penyihir, tombak, pukulan, dan ahli pedang ganda. Kau yang mana? Aku tidak melihat satupun senjata yang kau miliki. Apa kau ini punya skill baru?"
"Oh... bukan! Ini... bagaimana ya? Aku kehilangan senjataku, jadi..."
"Oh... mau pinjam punyaku? Aku punya satu pedang disana. Kau mau pinjam?" Dia mengatakan itu dengan semangat yang membara
Kenapa aku jadi ingin menangis sih? Para penjaga di kota ini sudah kelewat baik banget. Tidak seperti gadis cantik berdada besar dengan rambut pirang kriting itu.
Aku yakin sekarang ini dia sedang bersin-bersin.
"Umm... baiklah."
Dia mengangguk senang dan langsung berlari kearah pos penjaga yang ada di gerbang bagian kanan.
Ngomong-ngomong, tinggi gerbang ini sekitar 20 meter, dan lebarnya kurang lebih 10 meter. Aku tidak tahu kenapa gerbangnya besar sekali.
Tidak berapa lama kemudian, si penjaga itu kembali lagi membawa sebuah pedang biasa dengan panjang satu meter diukur dari pegangan pedang itu. Pegangannya terbuat dari karet tebal yang dilapisi sebuah kain berwarna hitam, dan mata pedangnya terlihat sangat tajam.
Dia memberikannya padaku dan berkata, "Aku baru saja membuat pedang ini di pandai besi kota sebelah, tapi sampai sekarang aku masih belum mencobanya, jadi... bisa kau coba?" Dia terlihat sangat berharap padaku, dan aku tidak bisa begitu saja meninggalkan harapan seseorang.
Oh ayolah, maksudku... aku ini sama sekali tidak tahu caranya menggunakan pedang, aku hanya tahu dari game RPG yang sering aku mainkan.
Aku mengambil pedangnya lalu pergi keluar gerbang.
Diluar kota itu, ternyata terdapat hamparan rumput hijau yang luas, dengan pemandangan hutan yang seperti belum pernah tersentuh beberapa meter setelah hamparan rumput hijau yang indah.
"Kau akan menemukan Goblin di hutan barat di depan sana." Penjaga itu berteriak memberitahuku.
Aku tidak peduli apa yang kau katakan, satu-satunya yang ingin aku pedulikan, adalah aku ingin kembali hidup-hidup membawa beberapa daging Goblin yang gadis rambut kriting itu katakan.
Aku langsung berjalan dengan langkah berat menuju hutan barat itu. Setiap aku melangkah, rasa takut menyelimutiku dengan kuatnya, tapi rasa aku ingin memiliki kartu itu, lebih kuat dari pada rasa takut yang sekarang sedang aku hadapi ini.