Aku langsung keluar dari toko itu setelah mendapatkan sesuatu yang sangat penting. Yah... aku memang berpikir kalau kartu ini sangat penting. Sekarang yang harus aku lakukan adalah mencari pekerjaan dan tempat tinggal agar tetap hidup.
Sekarang aku berjalan menyusuri kota, tidak karuan seperti orang yang tersesat. Banyak preman dan orang-orang yang kelihatan seperti penjaga kota ini.
Para penjaga kota ini memakai zirah yang sangat lengkap, walaupun senjata mereka semua berbeda-beda. Ada yang menggunakan pedang, tombak, panah, bahkan ada juga yang memakai pedang ganda. Aku ingin salah satu dari pedang-pedang itu, tapi aku tidak tahu cara mendapatkannya.
Tunggu! Di game RPG yang selalu aku mainkan, satu-satunya cara mendapatkan senjata, selain dari mengambil quest, yaitu dengan cara membuatnya di blacksmith. Sekarang, dimana blacksmith itu berada?.
Aku tidak tahu kemana aku harus pergi, jadi aku menghampiri salah satu penjaga yang terlihat sedang sendirian di pinggiran jalan sana.
"Permisi." Kataku.
Dia memperhatikan dan menatapku dengan tatapan aneh, "Kau orang baru?" Aku baru sadar, mereka semua menggunakan bahasa yang lumayan baku. Seperti aku dalam monologku.
"I-Iya. Aku mau tanya sesuatu. Boleh, kan?"
"Apapun boleh, asalkan jangan tanya cara mendapatkan pacar. Karena aku sendiri juga belum punya pacar." Lalu dia tertawa sendiri setelah mengatakan itu. Aku mau tidak mau harus melakukan hal yang sama.
"Aku mau tanya tempat pandai besi." Kataku dengan santainya. Aku rasa para penjaga yang ada di kota ini ramah. Aku mulai merasa nyaman.
"Pandai besi? Kau punya kartu ID?"
"Iya. Aku punya."
"Aku rasa kau ini benar-benar bukan datang dari tempat ini." Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan. "Lihat bagian belakang IDmu, ketuk dua kali, maka peta akan muncul disana, dan kau bisa menemukan apapun yang kau cari."
"He? Bisa ya?"
"Tentu saja! Kau ini, Aku harap kau belum tertipu."
"Entahlah! Mungkin aku memang sudah tertipu." Aku berhenti sejenak, lalu berkata. "Makasih." Sambil membungkuk lalu pergi.
***
Setelah berjalan cukup jauh, aku mengambil IDku dan melakukan apa yang penjaga tadi katakan. Lihat bagian belakang ID, lalu ketuk dua kali.
Whoaa... ini beneran.
Tiba-tiba saja sebuah peta hidup muncul. Lalu ada titik berwarna hitam yang berkedip, menandakan kalau itu aku. Dan masih banyak titik kecil lain berwarna putih dan merah. Aku tidak tahu apa fungsi warna-warna itu, tapi ini sangat membantu. Aku bahkan bisa menggeser petanya.
Pandai besi, itu dia.
Aku berjalan sambil sesekali melihat pada kartu ini, siapa tahu jalanku salah.
Dan akhirnya aku sampai di pandai besi ini. Aku lupa, aku tidak punya gold untuk membeli apapun. Sekarang apa yang harus aku lakukan?.
Hmm? Itu... warung makanan? Aku rasa ada juga hal semacam itu disini. Kalau aku mencuci tempat makannya, maka aku akan dapat makan gratis. Aku akan membuang harga diriku demi mengisi perut yang lapar ini. Tunggu aku, wahai makanan yang mengenyangkan! Hahahahaha...
"Ibu... permisi. Boleh aku makan disini?" Tanyaku pada pemilik tempat makan ini. Bukannya aku menghina orang pemilik tempat makan ini, tapi dia persis seperti babi. Bukan! Bukan! Dia memang babi. Aku tidak menghinanya.
Sungguh! Dia adalah babi berukuran Manusia yang berdiri dengan dua kaki, dan dia juga memakai baju.
"Tentu saja boleh. Aku tidak mungkin menolak pelanggan."
"Tapi... aku tidak punya uang."
"Hmm? Oohh... kamu mau cuci piring?"
"Iya. Apapun."
"Baiklah. Ayo kemari."
Oooo... dia adalah babi yang baik hati. Kau baru saja menyelamatkan nyawa seorang pecundang, Ibu babi.