Chereads / Kapadokya / Chapter 32 - Sepasang Pelatuk merah

Chapter 32 - Sepasang Pelatuk merah

Burung itu berduka

Kekasihnya telah terbang ke alam nirwana

Meninggalkan noda merah di bulunya yang berwarna cerah

Sampai bertemu kembali kekasih hatiku

'Aska, teroris di Indonesia ada dua aliran besar yang meracuni otak-otak anak bangsa. Satu dari Al Qaeda dan satu lagi dari Abu Sayyaf.

Untuk aksi terakhir sepertinya dari tipe serangan dan intensitasnya dari kubu Abu Sayyaf yang baru 'test the water.' Serangan sebenarnya baru akan mereka persiapkan untuk Natal dan Tahun baru ini.

Kita harus bersiap-siap dan mengetahui siapa saja aktor lokal yang bermain di khasanah Indonesia.

Aska, jangan lupa. Matikan laptop dan HP mu kalau meninggalkan ruangan ini.' Diana menghentikan pembicaraannya saat sebuah deringan telepon masuk ke telepon genggamnya.

'Halo, Ibu Diana. Ini dengan Julius. Apakah bisa kita bertemu sore ini di pusat kota dan keramaian tempat makan ?' suara Julius terdengar di ujung telepon genggamnya.

'Bisa pak, saya segera akan ke sana.' kata Diana sambil bergegas untuk pergi ke Thamrin City.

'Oh ya ingat Aska, mereka menunda serangan karena ini sedang hari besar keagamaan. Haram buat mereka menyerang Thogut sekalipun saat hari besar. Jadi jangan senang dulu kalau keadaan kita sudah aman sepertinya. Bersiap-siaplah.' Lanjut Diana kembali ke meja Aska karena lupa mengambil tasnya.

Veronanya segera melaju melintasi jalanan ibukota. Tak sampai sepuluh menit Diana sampai di Thamrin City dan langsung menuju ke tempat makan di pusat kota tersebut.

'Diana,' Diana memberi salam kepada Julius.

'Julius.' sapa Julius kembali mengulurkan tangannya.

'Mengenai polis asuransi ….,' Diana membuka pembicaraan ke arah pembicaraan polis asuransi.

'Ibu Diana, Aleisha sering membicarakan tentang ibu.' Julius mendadak memotong pembicaraan Diana.

'Oh begitu,'Diana tidak dapat menyembunyikan keterkejutan karena Aleisha seharusnya tidak begitu mengenalnya.

'Aleisha bercerita tentang ibu selain karena dia pernah membeli polis asuransi juga karena dia bilang Ibu adalah orang yang bisa dipercaya jika ada hal-hal yang terjadi padanya, seperti misalkan kematian yang mendadak seperti saat ini.' Julius menjelaskan mengenai pengenalan Aleisha akan Diana.

'Oh okay.' Diana mencoba untuk tidak mengambil posisi dominan dalam pembicaraan dan membiarkan Julius yang mendominasi pembicaraan pada saat itu.

'Aleisha malam itu mabuk berat sekali, sehari sebelum kejadian. Tidak biasanya dia mabuk, dia bahkan tidak pernah menyentuh alkohol. Pekerjaannya hanya menyanyi di kafe bintang lima itu saja. Tidak pernah diminta untuk menemani pelanggan sama sekali. Tapi malam itu dia pulang dengan bekas muntahan di bajunya dan diantar oleh teman di cafe tempatnya bekerja, namanya Jeremy.' Julius bercerita dan Diana mendengarkannya dengan seksama tanpa sedikitpun menyela pembicaraan.

'Malamnya karena dia mabuk berat, saya menemani dia tidur di sofa di sebelah ranjangnya. Sepanjang malam dia mengigau di tidurnya. Dia tampak marah sekali dalam igauannya dan dia menyebut sebuah nama, Michael.' Jantung Diana berdegup dengan sangat kencang saat nama itu disebut.

'Aleisha mengigau bahwa Michael memaksanya untuk minum malam itu, lalu berusaha mengajaknya ke kamar utama untuk melayaninya.' Diana terdiam sesaat, desisnya 'Michael, tapi itu tidak mungkin. Dia tahu siapa Michael.'

'Tapi karena Aleisha sudah mabuk berat, Michael tidak jadi mengajaknya untuk bersetubuh dan meninggalkan ruangan tersebut. Aleisha bercerita setelah dia sadar dari mabuknya keesokan paginya. Disana ada seorang wanita yang sangat amat cantik dengan bajunya yang sangat indah dan mempesona, dan Michael menyebutnya Ishtar.'

Diana yang sedang meneguk minumannya kembali tersedak mendengar nama itu.

'Michael ?' seru Diana dalam hatinya.

'Aleisha menuliskan sebuah alamat di bukunya namun sepertinya buku hariannya sudah tidak ada. Tadi pagi saya ke kamarnya mencari buku itu tapi tidak ditemukan.' Kata Julius sambil terus meneruskan ceritanya yang kemungkinan hanya didengar begitu saja oleh Diana.

Hanya kalimat terakhir yang benar-benar mengejutkan Diana saat Julius berkata, 'Aleisha mungkin terlalu marah sehingga dia menyebut wanita itu 'Pelacur Besar'. '