Chereads / Ayah Tiriku Idolaku / Chapter 7 - Part 7 : Kelas

Chapter 7 - Part 7 : Kelas

Sambil menahan rasa malu, aku bangkit dari keterplesetan. Rasanya aku ingin mengumpet. Menyembunyikan wajahku di balik topeng. Tawa dan ledekan teman-teman benar-benar membuat kulit mukaku memerah seperti udang goreng.

Aku berjalan terseok-seok menuju ruang kelas. Wajah lusuh, pakaian lecek. Aku sudah seperti gembel. Ditambah nyinyiran teman-teman yang heboh, sungguh membuatku menciut. Bagai seekor curut.

''Hehehe ... gue menang!'' cetus Berry di depan pintu kelas menyambut kedatanganku. Senyumnya yang lebar malah membuatku jadi cemberut.

''Iya, nanti pas istirahat gue traktir es teh manis!'' timpalku enteng.

''Yess!'' sahut Berry girang. Cewek ini nyengir seperti mendapatkan undian lotre.

Aku masuk ke kelas dan langsung menuju bangku kesayanganku. Oppo sudah duduk manis di situ.

''Kenapa, Bro ... pagi-pagi udah cemberut aja!'' tegur Oppo setelah memperhatikan kondisiku.

''Gue kalah ...''

''Hehehe ... lo kalah lagi balapan sama Berry?''

Aku mengangguk.

''Lo emang payah, Vo ... masa' kalah terus sama cewek!''

''Udah tak usah mencibir gue ... udah cukup gue mendapatkan malu ...''

''Malu kenapa?''

''Gue tadi jatuh terpeleset di koridor ... jadi bahan tertawaan orang.''

''Hahahaha ...'' Oppo malah ikutan ngakak, ''kok bisa?'' ucapnya.

''Lantainya habis dipel ... licin.''

''Hahaha ... makanya hati-hati, Bro!'' Oppo menepuk bahuku.

Aku hanya bersingut.

''Udah, lo tak usah cemberut lagi, gue ada kabar gembira buat lo ...''

''Gue udah tahu ... lo baru jadian 'kan sama Ola?''

''Ah, kok lo tahu, sih.''

''Gue tadi lihat lo boncengan sama dia ... kalau soal itu mah kabar gembira buat lo, tapi tidak buat gue.''

''Hehehehe ... gue emang boncengan sama Ola, tapi gue ama dia belum jadian, Vo ...''

''Oh, kirain lo udah jadian ...''

''Tunggu aja, gue pasti jadian sama dia. Do'ain, ya!''

''Ya, gue do'ain semoga lo gak jadian sama dia!''

''Hahaha ... sue!''

''Hahaha ...''

''Vo ... serius nih, gue punya kabar yang menarik.''

''Kabar apa, sih, Po?''

''Gue punya informasi Seleksi Penerimaan Mahasiswa jalur beasiswa, gratis pokoknya ...''

''Oh ya, di Universitas mana?''

''Ada beberapa seperti UGM, UI dan ITB, gimana lo tertarik gak?''

''Wah, kalau ini benar-benar kabar gembira, Po ... gue sangat tertarik.''

''Oke ... nanti gue kabari lagi persyaratannya apa aja ...''

''Siipp, deh!''

Teng ... Teng ... Teng!!!

Bel tanda masuk berdentang. Seluruh penghuni kelas langsung menduduki bangku masing-masing dan menyiapkan peralatan sekolahnya untuk mengikuti jam pelajaran pertama. Ada pelajaran matematika yang dipandu oleh seorang guru laki-laki muda. Kami memanggilnya Pak Mito, orang asli Solo. Hobinya selfi foto-foto. Paling suka makan soto, minumnya teh botol sosro. Opo toh. Gajebo.

Pak Mito

''Selamat pagi, Guys!'' sapa Pak Mito dari balik pintu. Gaul, 'kan? Mana ada guru nyebut muridnya dengan guys. Hanya dia. Guru kocak dan idola semua anak-anak didiknya.

''Pagi Pak Mito!'' jawab kami semua kompak.

''Masih semangat?''

''Masih, Pak!''

''Harus dong, 'kan masih pagi ...''

''Hehehe ...''

''Oke, berhubung kalian masih semangat ... hari ini kita ulangan, ya!''

''Hah?'' Semua siswa di kelas ini tercengang. Protes. Merasa terdzolimi.

''Kenapa?'' Pak Mito mengkerutkan jildatnya.

''Belum siap, Pak!'' jawab Advan mewakili suara hati kami.

''Kalau belum siap, ya siapinlah ...'' tadah Guru berkulit eksotik ini enteng.

''Yah, Pak Mito ... kami harus nyiapin apa?'' timpal Berry.

''Siapin kertas kosong dan pulpen!''

''Yaaaahhhh ....'' Seisi kelas kecewa, tapi tetap nurut dengan apa yang dikatakan Pak Mito. Mau tak mau. Suka gak suka. Siap tak siap kami semua harus menyiapkan kertas kosong dan pulpen.

''Kalian boleh myontek!'' cetus Pak Mito.

''Hore!'' Semua jadi riuh. Merasa senang dengan kebijakan Pak Mito. Namun mereka tidak sadar, soal matematika mana bisa menyontek. Karena guru tak mungkin memberikan soal matematika sama persis dengan yang dicontohkan. Angkanya pasti berbeda. Dan pasti lebih rumit.

Begitulah Pak Mito walau asik terkadang nyebelin juga. Namun kami masih menempatkan dia sebagai guru terfavorit. Tak hanya karena dia masih berusia muda, tapi cara mengajarnya pun cukup menarik. Mudah dipahami. Prinsip pengajarannya mendidik tapi tanpa menggurui. Dan ini sangat jarang sekali ada guru yang semacam ini. Pokoknya, we love him. He is the best teacher.