Jam istirahat tiba.
Aku membelikan es teh manis untuk Berry. Sesuai janjiku sebagai konsekuensi atas kekalahan balapan tadi pagi. Cewek bertubuh mungil itu girang mendapatkan minuman gratis dariku.
''Terima kasih, Manis'' ucapnya sambil mencubit lenganku.
''Gak usah lebay ....'' jawabku.
"Hihihi ..." Berry ngikik seperti Valak.
Selanjutnya dia ngacir bersama teman-teman gang-nya. Berhijab semua.

Tinggallah aku sendiri. Duduk di bebatuan yang terdapat di pinggir lapangan basket. Mataku liar menyapu seisi ruangan. Memperhatikan rombongan kelas sebelah yang sedang melakukan olah raga. Ada penampakan yang membuatku sangat terkejut. Sesosok tubuh lelaki kekar yang sudah tak asing lagi di indra penglihatanku. Aku terperangah bagai ditodong pistol, membuat mataku terbelalak tak percaya, masih merasa tak yakin kalau di bola mata ini bercokol bayangan tubuh seksi Bang Sam yang sedang memberikan panduan kepada para siswa.

Sejak kapan dia bergentayangan di sekolah ini? Mungkinkah dia mengajar di sini?
Daripada aku dicekam rasa penasaran, aku langsung bangkit dari tempat dudukku dan berlari menuju ke kelas. Aku mencari Oppo, tapi dia tidak ada. Yang ada hanya dua cecunguk yang demen ngelawak, Advan dan Evcoss. Tidak tahu mereka lagi ngapain berduaan saja di dalam kelas pada jam istirahat begini. Mencurigakan!
''Advan ... lo lihat Oppo, gak?'' ujarku langsung di depan mereka.
Advan hanya mengangkat bahunya.
''Evcoss ... lo tahu di mana Oppo sekarang?'' tanyaku.
''Meneketehe!'' jawab Evcoss singkat, tapi tak padat. Huft ... nyebelin! Sok India-indiaan.

Aku keluar dari ruang kelas dan mencari-cari keberadaan Oppo. Setelah mutar-muter kesana-kemari, akhirnya aku menemukan batang hidungnya di pojok toilet. Lagi nongkrong dengan Motorola. Mereka sedang asik berpacaran. Mesra-mesraan. Cium-ciuman. Benar-benar sontoloyo. Mesum di toilet. Edan tenan.
''Oppo!'' pekikku.
Dua remaja ini jadi terperanjat memasang wajah pucat yang memerah. Kehadiranku seolah setan yang mengagetkan mereka. Oppo dan Ola langsung menghentikan aksi konyolnya dan berusaha menjaga jarak yang cukup jauh. Mereka tak berani saling menyentuh dan diam terpaku.
''Sorry, gue ganggu kalian ...'' ucapku merasa risih sendiri.
''Hehehe ...'' Oppo meringis, Ola hanya terbengong persis kambing ompong.
''Lanjutkan!'' titahku sembari membalikan badan dan bersiap-siap mengambil langkah seribu. Namun baru selangkah kaki ini bergerak, tangan Oppo menahanku.
''Vivo, tunggu!'' serunya.
Aku pun terpaksa menoreh perlahan-lahan.
''Ada apa?'' tanya Oppo.
''Gak ada apa-apa, gue cuma mau mengajak lo ke lapangan basket ... tapi sepertinya lo lagi sibuk, jadi lebih baik kubatalkan saja,'' jawabku.
''Apaan sih, gue jadi penasaran. Kayaknya ada sesuatu yang sangat penting ...'' timpal Oppo.
''Udah lupakan. Dan selamat bersenang-senang!'' tadahku.
''Oppo ... pergi aja bersama Vivo, gak apa-apa, kok!'' celetuk Ola. Gadis cantik ini beranjak dari tempat duduknya dan menatapku dengan senyuman malu-malu.
''Vivo ... bawalah pergi teman lo ini!'' ucap Ola berlanjut, ''dia bisa menemui gue lagi ntar jam istirahat kedua ... hehehe,'' tandasnya sambil menepuk pipi Oppo.
''Oke deh, Beib!'' kata Oppo sambil mengusap lembut rambut Ola. Manis sekali sikap mereka. Bikin iri. Mereka memang tampak serasi. Cantik dan tampan. Sama-sama putih. Sama-sama pintar. Sama-sama memberi pengertian. So sweet, deh!
''Udah ya gue mau ke kelas, daaahhh ...'' Ola melambaikan tangannya dan segera berlalu dari hadapan aku dan Oppo.
Setelah kepergian Ola, tanpa basa-basi lagi, aku langsung menarik tangan Oppo dan membawanya menuju ke lapangan basket. Dari pinggiran lapangan ini, aku menunjukan kepada Oppo seorang laki-laki yang sedang mengajar di tengah lapangan itu.

''Lihatlah dan perhatikan dia baik-baik, Po ... menurut lo dia itu siapa?'' ucapku.
Oppo menatap jeli ke arah tengah lapangan. Aku rasa Oppo juga tampak tercengang melihat penampakan laki-laki bertubuh kekar itu.
''OMG ... itu Bang Samsung!'' guman Oppo kagum dengan nada kaget.
''Bener, 'kan? Gue tidak salah, kalau dia itu Bang Sam?''
''Iya ... itu memang benar Bang Sam ...''
''Sejak kapan dia jadi guru olah raga kelas sebelah, Po?''
''Gue kagak tahu, Vo ... gue juga sangat terkejut melihatnya. Gue cuma tahu kalau guru olah raga kelas sebelah itu mengundurkan diri, tapi gue tidak ngerti kalau penggantinya Bang Samsung ...''
Aku dan Oppo masih terpaku menonton Bang Samsung yang sedang memberikan contoh praktek men-drible bola. Menarik. Menakjubkan. Sedap dipandang mata. Hingga bel tanda masuk berdentang kencang. Meneriakan aku dan Oppo untuk segera balik ke ruang kelas.
''Udah, jangan dilihatin terus ... ntar lo naksir sama dia!'' cetus Oppo seraya menepuk bahuku.
''Hehehe ...'' Aku nyengir seperti kuda nil. Menggaruk kepala seperti ketombean. Padahal tak gatal.
''Ntar, gue cari informasi pada Bang Nokia ... mengapa Bang Samsung bisa mengajar di sekolah kita.''
Aku hanya tersenyum tipis.