Waktu terus bergulir. Berputar dengan kedisiplinannya. Tak pernah mundur. Tak mau selingkuh. Setia menghitung usia dunia. Jam demi jam telah terlewati. Pelajaran demi pelajaran sudah terlampaui. Dan kini saatnya aku dan teman-teman membubarkan diri. Waktu sekolah finish sampai di sini. Di pukul 12 lebih sedikit. Beberapa menit sekian detik.
Usai mengemasi alat tulisku, aku langsung meninggalkan ruang kelas dan berjingkat ke area parkir. Tempat di mana sepedaku bertengger. Ketika aku sedang menuntun sepeda kesayanganku, dari belakang seseorang berteriak menyebut namaku. Dengan refleks aku mendongak ke sumber suara itu. Dan aku melihat seorang guru laki-laki lari tergopoh-gopoh menghampiriku. Pak Mito, guru matematikaku.

''Vivo ... tunggu sebentar, saya mau bicara dengan kamu!'' ucapnya tepat di depanku.
''Bicara soal apa, Pak Mito?'' timpalku heran, jidatku langsung mengkerut.
''Hehehe ... tak perlu ketakutan begitu, saya cuma mau menitip sesuatu sama kamu!'' terang Pak Mito.
Aku jadi tersenyum malu, ''mau nitip apa, Pak?'' tanyaku.
''Kamu kenal perempuan yang bernama Asus, 'kan?''
''Asus?'' Aku memutar bola mataku. Berpikir. Mengingat sesuatu.
''Asusilowati ... dia bekerja di konter pulsa.''
''Oh, Mbak Sus ... ya, saya kenal, Pak. Mbak Sus merupakan karyawan Ibu saya, emang kenapa gitu?''
''Tolong berikan ini kepada dia ...'' Pak Mito mengeluarkan sebuah kotak kecil dari kantong celananya dan meletakannya di telapak tanganku.
''Hah ... apa ini?'' ujarku polos.
''Itu kado buat dia ... tolong sampaikan pada dia ya, Vo ... maaf saya tidak bisa menemuinya karena hari ini saya akan mengajar les beberapa anak.''
''Wah, ada apa nih, antara Mbak Sus dan Pak Mito ... jangan-jangan?''
''Hahaha ... kamu bisa aja, Vo ... udah tak usah nebak-nebak ... Asus itu memang pacar saya!''
''Oh ... gitu.''
''Ya, tolong ya, saya nitip ...'' Pak Mito menepuk-nepuk bahuku.
''Oke, deh ... terus ongkosnya mana?'' Aku menengadahkan tanganku.
''Hehehe ...'' Pak Mito meringis sembari menjewer kupingku, ''Besok saya akan traktir kamu makan siang di kantin!'' ucapnya.
Aku jadi ikutan meringis, ''Asiikkk!'' seruku semringah.
''Terima kasih ya, Vo ...'' Pak Mito mengacak-acak rambutku.
Aku mengangguk sembari bersiap-siap untuk menaiki sepeda setelah sebelumnya memasukan kotak kecil itu ke kantong tasku.
''Saya permisi dulu, Pak Mito!'' ujarku sembari ngacir dari hadapan guru muda itu.
''Ya!'' sahut Pak Mito singkat sembari tersenyum lebar melepas kepergianku.
Well,
Dengan sepeda ini aku melengang ke pasar untuk mampir ke konter pulsa ibu. Ya, untuk menyerahkan kotak kecil titipan Pak Mito ini kepada Mbak Asus, pegawai ibuku. Entah, aku tidak tahu sejak kapan Pak Mito dan Mbak Sus menjalin hubungan khusus. Aku baru mengetahuinya. Rada surprise juga sih, saat Pak Mito bilang kalau Mbak Sus itu pacarnya. Aku cuma bisa berharap semoga hubungan mereka jadi lebih serius dan meningkat hingga jenjang pernikahan. Aamiin.

Beberapa menit kemudian, aku sampai di konter ibuku.
''Assalamualaikum!'' salamku di depan konter.
''Waalaikumsalam!'' jawab Mbak Sus yang duduk manis menghadap etalase, ''eh, Vivo!'' serunya menyambut kedatanganku.
''Mbak Sus ... ibunya mana?'' tanyaku setelah mata ini menyapu ke segala ruangan, tapi tidak menemukan sosok ibuku.
''Mbak Omi pergi, Vo ...'' jawab Mbak Sus.
''Pergi ke mana. Mbak?''
''Nggak tahu, Vo ... Mbak Omi cuma bilang mau keluar.''
''Sama siapa ibu keluarnya, Mbak?''
''Sendirian aja, sih ...''
''Ohhh ...''
Aku dan Mbak Sus terdiam sejenak. Saling membeku. Menutup rapat mulut kami masing-masing.
''Eh, Vivo ... kok kamu tumben mampir ke konter, gak langsung pulang ke rumah?'' celetuk Mbak Sus memecah kebekuan.
''Iya ... ini mau mengantarkan titipan buat Mbak Sus ...'' Aku mengeluarkan kotak kecil dari kantong tasku.
''Titipan apa? Dari siapa?'' Mbak Sus mulai penasaran.
''Dari cowokmu, Mbak!'' Aku menyerahkan kotak kecil itu ke tangan Mbak Asus.
''Hah ... dari cowokku?'' Mbak Sus memperlihatkan mimik keterkejutan, ''cowok yang mana?'' imbuhnya.
''Ah, pura-pura tidak tahu ... Mbak Sus pacaran 'kan sama Pak Mito, guru matematika Vivo di sekolah, hayooo ngaku aja!''
''Hehehe ...'' Mbak Sus jadi nyengir sembari memperhatikan kotak kecil tersebut.
''Tenang aja, Mbak ... Vivo dukung!''
''Hehehe ...'' Mbak Sus nyegir lagi.

Asus
Saat kami berdua lagi asik mengobrol, tiba-tiba ada seorang pelanggan yang hendak membeli pulsa. Mbak Sus langsung melayaninya, sementara aku cuma bisa memperhatikan mereka.
Di konter ini kami menggunakan aplikasi andorid ayopop untuk bertransaksi. Aplikasi khusus untuk menjual pulsa dan teman-temannya. Pengoperasiannya sangat mudah, praktis dan modern.
''Mbak Sus ... Vivo pamit dulu, ya ...'' ucapku setelah pelanggan itu pergi.
''Kok, buru-buru sih, Vo ...'' timpal Mbak Sus.
''Kan tugas Vivo sudah selesai.''
''Hehehe ... Bantuin jaga dulu aja, sini, Vo!''
''Kapan-kapan aja deh, hehehe ....'' Aku bergegas menghampiri sepeda yang terparkir di depan konter.
''Ya udah kalau begitu terima kasih ya, Vo ... hati-hati di jalan!'' teriak Mbak Sus.
''Ya Mbak, sama-sama!'' balasku sembari melambaikan tangan tinggi-tinggi.
Berikutnya aku ngibrit untuk melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Menembus semilirnya angin. Bergelut dengan panas matahari. Dan bekerjasama dengan pedal sepeda untuk mengarungi liku jalanan yang berkerikil. Tak peduli keringat mengucur di sekujur tubuh. Aku terus meluncur menerobos udara siang yang terasa gersang. Segersang pikiranku yang masih tak tenang setelah mengetahui ibu pergi entah kemana. Apakah ia pergi sendiri atau pergi dengan seorang laki-laki? Entahlah!