Hidup hanya sebuah udara, tanpa ada dinamika dan bunga. Hidup adalah ruang hampa bagi wanita yang kesepian merana ditinggal suami. Aku kehilangan suami dalam jangka yang sangat panjang atau forever. Tuhan tidak mungkin mengembalikan suamiku . Dan aku menyesal karena telah berusaha untuk menduakan suamiku. Akhirnya , dia pergi untuk selamanya. Aku malu jika harus meratapi nasibku. Semua memori yang indah dari almarhum suamiku, tidak akan pernah aku lupakan. Adapun hal hal yang tidak indah , tentu saja menjadi hal yang tidak penting karena aku akan memilih suamiku daripada harus berposisi sebagai seorang janda. Merana adalah kehidupan ku setelah semua yang aku impikan hilang hanya dalam sekejap bersama dengan kepergian kekasih hatiku yang telah resmi menjadi suami ku. Untuk melangkah lebih lanjut mengarungi bahtera kehidupan ini, aku harus terpuruk dan menata diri dalam Hela nafas yang panjang. Aku tidak mampu bangkit setelah 7 bulan , kehilangan suamiku. Hatiku menjadi resah, dan galau setiap saat. Aku menjadi lalai dalam ibadah kepada Robbku. Fokus kehidupan ku menjadi tidak menentu arah. Aku stress menjalani semua kehidupan ku seorang diri. Maka hiburan terbaik bagi aku adalah menghayal akan adanya seorang lelaki yang baik hati, yang mau mengajak ku menikah. Itu semua hanya khayalan, dan tidak pernah ada kenyataan. Kesempatan pun , tidak pernah aku dapatkan. Jika pun ada lelaki yang ingin menemaniku, maka lelaki tersebut pastinya hanya seorang sahabat yang sudah memiliki pasangan atau istri. Aku tidak mungkin merusak rumah tangga orang lain hanya karena aku seorang janda yang kesepian. Vakum adalah kehidupan yang harus aku jalani. Stagnan tanpa gairah adalah emosi jiwaku yang sendiri.