Aku mencari kebahagiaan. Ketika aku pernah bertanya. Apakah aku bahagia menikah dengan suami ku. Maka aku menjawab tidak. Namun saat ini, setelah dia pergi untuk selamanya, maka aku menyadari bahwa itulah puncak kebahagiaan dalam hidup aku, yaitu memiliki suami yang penuh perhatian. Penuh perhatian adalah kekuatan yang dimiliki oleh suami ku. Dia tidak pernah terlalu memiliki harta yang berlebihan namun kami selalu bahagia bisa menikmati kebersamaan. Keindahan hidup yang aku maksudkan ternyata lebih bisa aku temukan ketika aku bersama dengan suamiku. Aku ingin menikah lagi namun badanku besar, dan tidak cantik. Aku merasa seperti wanita gembrot yang kehilangan semangat hidup. Semua impianku yang pernah aku inginkan untuk bisa terwujud, kandas bersama kepergian suamiku. Terimakasih kepada semua pengorbanan orang-orang yang pernah hidup bersama ku. Aku belum bisa membalas semua kebaikan suamiku tersebut karena kondisi aku juga sedang terpuruk. Aku berusaha berbuat baik kepada keluarga almarhum suami ku, namun hanya terbatas pada kemampuan ku saja. Aku sedih hidup seperti ini, seorang diri tanpa ada kekasih lagi. Aku sedih harus berjuang lagi dari nol. Aku sedih karena aku tidak bisa kuat dan tegar. Hidup terasa begitu menghimpit ketika sudah menikah dan harus sendiri lagi. Dahulu kala, ketika belum menikah dan masih gadis, maka segala hal tentang kesendirian bukan hal yang menyiksa. Namun setelah menikah, maka menjadi janda adalah sebuah hal yang sangat menyiksa kalbuku. Aku belum memiliki seorang anak pun. Aku memilih untuk hidup bersama asisten asistenku saja. Mengapa Alloh memberikan cobaan berat dalam hidup ku ini. Aku tidak pernah tahu, ada apa dibalik cobaan hidup ku ini. Semoga kedua orang tuaku, lebih sering bisa aku temui dalam kondisi aku sendiri seperti ini.