Chereads / Panglima Bayangan (Palembang di ujung runtuhnya Demak) / Chapter 6 - Melepas kodok menangkap baung

Chapter 6 - Melepas kodok menangkap baung

"Aku merasa ada yang tidak beres dengan hasil penelisikan kita tadi." Suara Raden Kuning memecah keheningan. Matahari telah meninggi, sinarnya menerobos dari celah daun Nipah. "Teramat mudah kita mendapat deskripsi adanya prajurit Tuban di sana. Aku curiga ini ada kesengajaan."

Bujang Jawa menganggukkan kepala tanda setuju. Ia lalu memperhatikan keadaan sekeliling sungai. Tidak ada tanda-tanda mencurigakan di sana. Saat itu perahu mereka sudah cukup jauh meninggalkan dermaga.

"Aku juga merasakan hal yang sama Raden. Sepertinya mereka memang sudah merencanakan hal ini sewaktu menugaskan aku untuk memata-matai Kapal Jung kalian. Mereka sepertinya sudah tahu jika aku adalah telik sandi Keraton Djipang yang sedang menyamar," timpal Bujang Jawa.

"Ini strategi melepas kodok menangkap baung. Tetapi kecurigaan kita ini harus dibuktikan. Sebagai asumsi pendapat Raden dan Bujang sangat masuk akal. Sekali lagi penelisikan kita ini harus benar-benar mendapatkan info yang akurat mengingat nyawa kerabat dan junjungan kita yang jadi taruhannya," ujar Punggawa Tuan.

Raden Kuning kemudian menceritakan adanya pertarungan antara seorang gadis cantik manis dengan prajurit Tuban. Ihwalnya perkelahian itu karena tingkah laku salah seorang prajurit yang tidak senonoh. Inilah yang membuatnya ragu. Selama ini prajurit Tuban dikenal dengan kesolehannya karena adanya syiar dakwah dari Sunan Kalijaga. Hubungan Pajang dengan Tuban sangat harmonis dimana Sunan Kalijaga juga berperan sebagai guru dan penasehatnya Jaka Tingkir.

"Aku harus kembali lagi ke sana. Punggawa Tuan, cepat rapatkan perahu ini ke tepian!" Raden Kuning memberi perintah. Dengan sekali genjot tubuhnya telah melayang ke udara dan menapak tanah daratan. "Kalian tunggu di sini. Biarlah aku melanjutkan penelisikan."

Raden Kuning berjalan menerobos rerimbunan pohon Nipah. Sebentar saja tubuhnya telah hilang dari pandangan.

Sementara itu pertarungan antara pemuda pemimpin pasukan dengan gadis cantik itu masih berlangsung. Dari pandangan mata awam belum jelas siapa yang akan memenangkan adu kesaktian. Raden Kuning segera ikut warga yang berkerumun untuk menyaksikan pertarungan dari dekat.

Beberapa pemuda bahkan bertaruh untuk kemenangan prajurit Tuban. Sebagaian lainnya sebaliknya meramal bahwa pemenangnya adalah gadis cantik. Tetapi di mata Raden Kuning pemenang pertarungan ini telah jelas. Pemuda pemimpin pasukan terlihat tidak menyerang dengan sungguh-sungguh. Entah apa yang membuatnya jeri untuk melukai wanita cantik itu. Tetapi dari jurus-jurus yang dimainkan oleh si gadis, Raden Kuning dapat menerkanya bahwa itu adalah jurus milik keraton Tuban.

"Aku kalah tuan putri. Tak sanggup lagi aku melanjutkan pertarungan ini." Pengakuan kalah pemuda itu mengagetkan seluruh penonton. Terlebih pemuda itu memanggil nama pendekar wanita dengan panggilan hormat. Sebaliknya pengakuan kalah dari prajurit itu justru membuatnya marah.

"Apa-apaan kau ini. Panggil aku putri segala macam. Memangnya aku ini putri bapakmu. Beri pelajaran tata krama kepada prajuritmu agar memberi hormat kepada perempuan."

(Bersambung)