"Kalau bisa sih, kita naik gondola nya sore aja", kata mama Helga saat para ibu-ibu dan bapak-bapak sedang berjalan di koridor hotel pagi itu.
"Aku sih setuju aja, kan pemandangannya lebih bagus kalau sore"
Kemudian mereka berempat berhenti di depan sebuah kamar dan menekan bel.
"Aduh, semoga anak-anak sudah pada bangun". Agak lama menunggu namun tidak ada tanggapan, mama Helga kembali menekan bel berkali-kali. Akhirnya ada juga yang membuka pintu, tapi...
"Evan?!", mereka berempat kompak menyebut nama orang yang membuka pintu itu. Terlihat dari ekspresinya, Evan masih dalam keadaan setengah sadar menyambut mereka.
"Kok kamu bisa disini? Ini kan kamar Helga?", mama Helga bertanya dengan begitu heran.
"Kok kamu setengah telanjang?", giliran mama Evan yang bertanya.
Evan yang kemudian langsung sadar secara penuh, mulai merasakan ketidakberesan itu dan berusaha menghentikan kecanggungan itu.
Helga yang masih tidur, terbangun karena mendengar kegaduhan di pintu kamarnya, dengan keadaannya yang masih setengah sadar pun Helga menghampiri mereka hanya dengan mengenakan dress tidur. Ekspresi para orang tua membuat Helga menjadi sadar sepenuhnya, menggelengkan kepalanya berulang kali sambil melambaikan kedua tangannya dengan isyarat 'kalian jangan salah paham'
Setelah berpakaian dengan benar, Helga dan Evan duduk berdampingan menghadapi para orang tua yang berdiri di depan mereka.
"Kalian ini apa-apaan? Kenapa kalian begini?", Helga dan Evan hanya terdiam menunduk tidak menjawab pertanyaan papa Evan.
"Memang, kami ini para orang tua berusaha mendekatkan kalian, apalagi tau kalian teman lama. Tapi kalian jangan begini juga dong", mama Helga yang mulai pusing mengambil posisi duduk yang berusaha ditenangkan oleh mama Evan.
"Kalian semua salah paham. Kalian gak tau apa yang sebenarnya terjadi", Evan berusaha menjelaskan.
"Jadi kamu tau apa yang terjadi?", papa Evan mulai menahan kemarahannya. Mendengar pertanyaan itu, Helga dan Evan hanya saling menatap dan saling memberi isyarat bahwa mereka sama-sama lupa apa yang terlah terjadi semalam.
"Sudah, jangan diperpanjang lagi. Intinya, saya tidak mau kedua anak lelaki kami Haris dan Joe mengetahui hal ini"
"Maaf pak Hadi, ini kesalahan saya sebagai papa yang gak bisa ngajarin Evan. Sebelum terjadi sesuatu, kita harus segera menikahkan mereka"
Helga yang sedari tadi diam saja langsung terkejut hingga membuatnya berdiri dari duduknya.
"Gak bisa! Gimana caranya kita nikah?"
"Nak Helga, tante dan para orang tua cuma khawatir, kalau nantinya kamu hamil dan orang luar akan tau"
Helga berjalan dengan begitu cepat setelah keluar dari lift hotel, namun Evan terus mengejarnya sampai ke lobby.
"Helga, tunggu! Kamu mau kemana?"
"Mau bunuh diri!"
"Eh sadar dong, itu bukan solusinya. Kita cuma perlu membuktikan kalau gak ada yang terjadi semalam"
"Emang kamu ingat yang terjadi semalam?"
"Gak ingat. Kamu ingat gak?"
"Hemm, gak ingat juga. Terus kita harus gimana?"
"Satu-satunya cara adalah dengan membuktikan kalau kamu gak hamil"
"Tapi kalau misalnya tadi malam kamu beneran apa-apain aku dan aku hamil, gimana?"
"Yah kita harus nikah"