Chereads / My New Neighbour / Chapter 45 - Shina VS Jessy

Chapter 45 - Shina VS Jessy

Saat itu, ketika Oka akan mengantarkan Jessy ke unit Aris tiba-tiba dikejutkan oleh kehadiran Shina didepan mereka

"Pagi Nyonya Aris.. Aku tidak mengira bahwa kau telah bangun pagi-pagi seperti ini. Bisa aku bertemu dengan suamimu Aris? Ada yang ingin kubicarakan dengannya.." ucap Jessy

"Membicarakan masalah apa?" tanya Shina ketus

"Sampaikan saja padaku, nanti aku akan menyampaikan padanya." lanjut Shina kemudian

"Kau tidak mempersilahkan aku untuk masuk ke dalam? Apa begini caramu memperlakukan tamu yang datang berkunjung kerumahmu??" sindir Jessy

"Tentu saja tidak.. Kita harus lihat-lihat dulu siapa tamu yang datang. Maksudku.. kalau orang sepertimu ini, apa bisa dianggap sebagai tamu. Lihat saja.. Pagi-pagi buta datang ke tempat orang untuk mencari suaminya.. Kecuali aku sudah gila dan kehilangan akal, baru akan mempersilahkanmu masuk bertemu dengan suamiku.." balas Shina

"Maaf kalau aku membuatmu salah paham, tapi aku datang kesini untuk membicarakan masalah pekerjaan. Mulai hari ini aku akan bekerja ditempat yang sama dengannya, dalam satu tim dimana dia sebagai ketuanya. Aku hanya kemari untuk memberitahu masalah itu agar dia tidak terkejut saat melihatku dikantor nanti. Sekaligus juga, aku ingin meminta saran dan nasehat sebagai pegawai baru padanya, tapi.. karena kau tidak mempersilahkan aku untuk bertemu, ya sudah.. Toh dikantor kita juga akan bisa bertemu.." jelas Jessy

"Kalau begitu aku pamit dulu Nyonya Aris.. Sampaikan salamku pada Aris nanti.." Jessy pun pergi meninggalkan kami semua disana. Namun, tiba-tiba Shina

"Hey kau.. Tunggu.." ucap Shina sambil menghampiri Jessy

"Bagaimana kau bisa sekantor dengan Aris?" tanya Shina penasaran

Tanpa menjawab dan merespon Shina, Jessy terus berjalan menjauhi unit kami hingga..

"Aaaww... " jerit Jessy yang merasa kesakitan karena Shina yang menarik rambutnya dari belakang.

"Kau mau kemana Jalang?? Aku belum selesai bicara denganmu.. Jawab dulu pertanyaanku tadi" lanjut Shina

"Jalang..??" ucap Jessy tidak senang saat Shina menyebut kata-kata itu

"Iya.. Kau wanita Jalang. Berani sekali kau mencoba mendekati dan merayu suamiku." ucap Shina emosi

*Plakk (Jessy menampar Shina)

Kemudian Shina,

"Dasar Brengsek.." maki Shina

Dia kemudian mulai menarik rambut Jessy untuk membalas perlakuannya tadi. Saat itu, terjadilah keributan dan aksi jambak menjambak antara Shina dan Jessy hingga terdengar sampai ke unitnya Aris. Aku yang melihat kejadian itu dan Oka mencoba untuk melerai mereka berdua namun tidak berhasil. Bahkan yang lebih parah, aku sempat terdorong oleh Shina ketika aku berusaha memisahkan mereka berdua. Oka yang melihat kejadian itu kemudian,

"Mama tidak apa-apa?" tanyanya khawatir padaku

"Iya.." jawabku sambil mencoba untuk berdiri

"Oka, cepat kau panggil Papamu dan juga Aris untuk melerai mereka berdua disini atau para tetangga lain akan mulai merasa terganggu.."

Kemudian Oka pun segera bergegas pergi ke unit Aris. Sementara itu, didalam kamar Aris, Ryan terlihat tertidur sambil memeluk Aris. Aris yang mulai menyadari ada suara bel pintu apartemennya berbunyi kemudian terbangun. Dia pun terkejut saat melihat kondisinya saat itu, dimana Ryan sedang memeluknya. Dengan cepat, dia langsung menyingkirkan tangan Ryan tadi. Sementara Ryan,

"Sayang, kau mau kemana, jangan pergi.." ucapnya yang masih dalam keadaan belum tersadar sambil berusaha kembali memeluk Aris.

Aris yang mulai kesal dengan perlakuan Ryan terhadap dirinya itu, kemudian mengambil bantal dan melemparnya tepat pada wajah Ryan.

"Aawww..." ringis Ryan karena Aris melemparkan bantal tadi cukup keras

Ryan yang membuka matanya itupun terkejut karena melihat Aris disampingnya dan bukan istrinya Lena. Lalu,

"Hey kau brengsek.. Apa yang kau lakukan disini." ucap Ryan yang terkejut saat itu

"Dimana istriku Lena..?" ucap Ryan yang masih bingung dengan keadaan itu

"Sepertinya lemparan bantal tadi tidak cukup keras untuk membuatmu tersadar.. Atau aku perlu memukul wajahmu itu menggunakan tanganku.." balas Aris

"Ah Sial.. Aku lupa kalau kita sedang melakukan pertukaran." keluh Ryan yang akhirnya mulai menyadari situasi saat itu

Dan mereka berdua pun mendengar suara bel pintu apartemen serta suara ribut perempuan yang sedang bertengkar diluar..

"Suara itu.. " ucap Ryan dengan ekspresi khawatir dan cemas

"Jangan-jangan Shina dan Lena.." ucap Aris kemudian menjawab

Mereka berdua pun bergegas keluar menuju pintu dan melihat Oka telah berada dibalik pintu itu

"Pa.. Om.. Gawaattt!! Tante Jessy dan Shina lagi berantem saling jambak-jambakan rambut disana." ucap Oka panik sambil menjelaskan

Aris dan Ryan pun segera ketempat tersebut. Mereka berusaha memisahkan keduanya. Aris yang saat itu menahan Shina dan Ryan menahan Jessy. Meskipun cukup sulit, namun akhirnya mereka berdua dapat dipisahkan. Kemudian,

"Kalian berdua ini apa-apaan, hah?" ucap Aris marah

"Istrimu itu Aris yang manarik rambutku duluan. Dia mengatai aku Jalang hanya karena aku tidak mau menjawab pertanyaannya.." ucap Jessy kesal

"Memang kau wanita Jalang.. untuk apa datang pagi-pagi kesini mencari pria yang bukan suamimu, hah?" Shina membalas

"Cukupp.." teriak Aris

"Shina, kau minta maaf sekarang padanya" perintah Aris

"Hah..?!!" respon Shina terkejut, tidak setuju

"Cepat minta maaf padanya.." nada Aris sedikit marah membentak

Tanpa mempedulikan perkataan Aris, Shina pun pergi kembali ke unitnya dan meninggalkan mereka semua disana. Saat itu, dia merasa kecewa terhadap Aris yang menurutnya lebih membela Jessy dibandingkan dia yang berstatus sebagai istrinya. Kemudian,

"Jessy, atas nama Shina aku minta maaf.. Maaf atas perlakuan kasar dan tidak menyenangkannya itu padamu.." ucap Aris yang merasa bersalah pada Jessy

"Iya Aris, tidak apa-apa. Aku bisa mengerti.." jawab Jessy

Kemudian dia kembali berkata,

"Kau sebaiknya hati-hati terhadap istrimu itu. Aku rasa dia sudah gila dan kehilangan akal sehatnya.. Berhati-hatilah Aris, jangan sampai membuatnya marah.. atau kau akan bernasib sama sepertiku." ucap Jessy sebelum pergi meninggalkan tempat itu

Lalu saat itu, setelah Jessy pergi, aku pun mencoba mendekati Aris dan berkata

"Mas Aris, sebenarnya itu tidak sepenuhnya salah Shina. Aku bisa mengerti kenapa dia melakukan itu semua pada Jessy. Dia pasti sangat cemburu.. Kau sebaiknya cepat temui dia. Dia pasti sangat sedih karena tadi kau lebih memilih membela Jessy dibandingkan dirinya. Cepat bujuk dia atau sesuatu yang buruk akan terjadi pada kehidupan rumah tangga kalian kedepannya.." ucapku menasehati Aris

Aris hanya terdiam mendengar semua ucapanku tadi. Tanpa menjawab atau mengucapkan apapun, dia pergi kembali ke unitnya itu. Kemudian

"Sudah Sayang biarkan saja.. Itu urusan rumah tangga mereka. Dia pasti lebih tahu terhadap apa yang harus dilakukannya pada Shina. Lebih baik kita pulang sekarang.." ajak Mas Ryan padaku

Di apartemen Aris, terlihat Shina yang sedang membereskan beberapa pakaiannya. Sesaat kemudian dia keluar kamar dan berpapasan dengan Aris.

"Mau kemana kau?" tanya Aris pada Shina yang saat itu sedang membereskan sepatunya masuk kedalam kopornya

Shina terdiam tidak merespon Aris. Dia masih membereskan beberapa pasang sepatunya dan mengaturnya masuk ke dalam kopor.

"Hey Shina.. Aku sedang berbicara padamu?" ucap Aris kembali

Shina masih terus terdiam, hingga saat dia akan melangkah keluar pintu kemudian Aris menarik tangannya.

"Aku tidak akan mengganggumu lagi.. Mulai sekarang kau bebas melakukan apapun dihidupmu. Aku titip Rani.." ucap Shina sambil mencoba menarik kembali tangannya dari Aris dan kemudian pergi melangkah keluar pintu

Saat itu, ketika Shina mengatakan semua itu pada Aris, Aris melihat bahwa ada air mata yang turun membasahi pipinya dan seketika itu dirinya pun merasa bersalah pada Shina karena telah membuat Shina kecewa dan pergi dari apartemen. Rasanya saat itu juga dia ingin pergi keluar untuk menahan Shina pergi dan membawanya kembali tapi dia terlalu malu dan sangat merasa bersalah. Dia hanya duduk terdiam diruangan itu dengan perasaan bersalah yang menyelimuti dirinya. Dia berpikir, mungkin memang ini yang terbaik karena bagaimanapun dia yang memutuskan sendiri untuk pergi dari sini.