Chereads / My New Neighbour / Chapter 49 - Permohonan Maaf Aris

Chapter 49 - Permohonan Maaf Aris

Saat itu, ketika Aris mendekatkan wajahnya ke arah Shina dan berniat untuk menciumnya, dikejutkan oleh Shina yang tiba-tiba membuka matanya.. seketika itu Aris pun langsung mengarahkan tangannya ke bibir Shina sambil mengusap salah satu sudutnya (tidak jadi menciumnya) dan berkata,

"Air liurmu beleber kemana-mana.. Makanya lain kali jangan suka gigit orang sembarangan" ucap Aris sembari mengelap bekas tangan untuk mengusap bibir Shina tadi ke baju Shina

Shina yang mengira bahwa dirinya akan mendapat ciuman dari Aris pun merasa malu seketika. Dalam keadaan malu bercampur kesal dia pun berlalu sambil menabrak tubuh Aris menggunakan bahunya itu. Kemudian Aris,

"Shina..  Aku minta maaf." ucap Aris tiba-tiba yang mengubah nada suaranya menjadi serius

"Waktu itu aku tidak berniat untuk membela Jessy atau siapapun.. Aku hanya tidak suka dengan orang yang melakukan kekerasan untuk membalas perbuatan orang lain.. Karena itu aku menyuruhmu minta maaf pada Jessy."

"Aku tidak ingin kau salah paham makanya aku menjelaskan semua ini padamu. Dan juga mengenai Jessy.. Aku hanya menganggapnya sebagai teman, tidak lebih.. Walaupun kita rekan satu kantor sekarang, tapi aku tidak akan melakukan apapun untuk mengkhianati pernikahan ini.. setidaknya sampai kontrak pernikahan kita berakhir.." Aris melanjutkan

Shina terdiam mendengar semua penjelasan dan permintaan maaf Aris. Sebenarnya dalam hatinya dia merasa sangat-sangat lega dan amarahnya lenyap seketika. Rasanya dia ingin melompat dan berteriak, "Yeayy.. Akhirnya Aris minta maaf duluan juga padaku." Namun, dia berhasil menahan rasa dan ekspresi gembiranya itu dengan kembali bersikap cuek dan dingin sambil berkata,

"Aku tidak keberatan kau berhubungan dengan Jessy atau siapapun, karena apapun yang akan kau lakukan dihidupmu itu kan bukan urusanku.. Meskipun statusmu sebagai seorang suami tapi pernikahan kita kan hanya kontrak. Jadi, sesuai kesepakatan kita.. Kita tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing.."

"Mengenai masalah Jessy.. Aku hanya merasa kesal dan tidak suka saat melihatnya. Terlebih lagi saat dia datang berkunjung kesini untuk menemuimu.. Maksudku bukan aku cemburu, hanya saja saat dia datang kemari.. aku merasa sebagai istri kontrakmu aku tidak dihargai. Dan karena aku merasa tidak dihargai disini, makanya aku memilih pergi.." lanjut Shina

"Kalau begitu.. jika aku melarang Jessy untuk datang kemari dan bertemu denganmu, bersediakah kau untuk tetap tinggal disini?" tanya Aris tiba-tiba yang membuat Shina merasa terharu dan tidak percaya

"Aku hanya tidak ingin kau merepotkan mereka, tetangga sebelah kita dengan tinggal diunitnya.. Lebih baik tinggal dirumah kita sendiri kan daripada tempat orang lain. Bukankah rumah sendiri lebih nyaman untuk ditempati.." Aris melanjutkan

Saat itu, dibenak Shina

"Kita..? Dia menyebutnya sebagai rumah kita.. Apa seperti ini rasanya menjadi seorang istri saat suaminya meminta maaf dan membujuknya untuk tetap tinggal dirumah" pikir Shina bahagia

"Seandainya.. ini tidak pura-pura. Maka aku akan menjadi seorang wanita yang paling bahagia dengan memiliki suami seperti dia."

"Oh tidak.. Apa yang aku pikirkan. Apa aku baru saja berharap pria bodoh ini menjadi suamiku. Tidak.. tidak.. Shina ayo sadarlah.." Batin Shina menolak

"Jadi bagaimana, apa kau akan tetap tinggal disini bersama kami?" tanya Aris kembali yang membuat Shina tersadar dari lamunannya

"Untuk malam ini mungkin aku akan tinggal disebelah karena semua barang-barangku ada disana.." jawab Shina

"Biarkan saja barangmu disana, besok pagi baru kita ambil kembali.." balas Aris

"Tapi, aku kan harus mandi dan mengganti pakaianku ini. Aku tidak mungkin tidur menggunakan pakaian seperti ini.." sambil Shina menunjukkan pakaian yang tengah dikenakannya itu

"Kau bisa menggunakan pakaianku untuk sementara. Dan kalau handuk dan perlatan mandi.. kau bisa menggunakan punya Rani" jawab Aris

Dengan malu-malu, rasa canggung,  dan juga pipi yang mulai bersemi kemerahan Shina pun menjawab

"Baiklah.. Kalau kau memang memaksa." ucap Shina malu-malu sambil memalingkan wajahnya

"Kalau begitu aku akan mengambil pakaianku dulu dilemari. Kau tunggu disini.." ucap Aris

Shina kemudian mengangguk sekali membalasnya. Dan Aris pun pergi ke kamar untuk mengambil pakaiannya.

Saat itu Shina,

"Aduhh! Jantungku.. Mukaku.. Kalau seperti ini terus aku bisa berubah menjadi tomat." pikir Shina dalam hati sambil menepuk-nepuk kedua pipinya

Kemudian tatapan Shina mengarah kepada handphonenya,

"Suamiku tampan bukan tipe ku.. Darimana dia bisa kepikiran untuk memberikan nama panggilan seperti ini.. Apa gara-gara ucapanku waktu itu ketika direstoran." ucap Shina dalam hati sambil tersenyum

Shina yang sedang tersenyum saat melihat hp-nya saat itu, dilihat oleh Aris yang baru keluar dari kamarnya

"Ada apa?" tanya Aris

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?" lanjut Aris penasaran

Shina yang gugup dan malu kemudian menjawab

"Ohh.. Lucy. Dia mengirimkan lelucon lucu padaku, hehee.." jawab Shina berbohong

"Lelucon apa?" Aris kembali penasaran

"Tidak.. ini tidak penting" jawab Shina

"Kau pasti sedang berbohong padaku kan. Coba perlihatkan hpmu sini.." desak Aris sambil berjalan menuju Shina dan mencoba untuk melihat hpnya

"Tidak mau.. " tolak Shina sambil berupaya menyembunyikan hpnya

"Coba perlihatkan.. Kau pasti sedang melihat hal-hal aneh kan di hp-mu itu.." ucap Aris sambil mencoba rebut paksa hp milik Shina

"Hal-hal aneh apa.. Tidak mau.." jawab Shina berusaha menolak dan menjauhkan hpnya dari Aris

Saat itu ketika sedang memperebutkan hp, tiba-tiba mereka berdua terjatuh diatas kursi panjang diruang tengah dengan posisi Aris yang menindih tubuh Shina yang ada dibawahnya. Ketika itu suasana begitu canggung, tidak ada lagi teriakan atau ucapan yang keluar dari mulut mereka, hanya saling bertatapan mata. Kemudian Aris mencium bibir Shina. Kali ini bukan sekedar kecupan seperti yang Shina lakukan direstoran pada Aris, tapi benar-benar ciuman. Hingga ketika baru beberapa detik mereka melakukannya, Rani tiba-tiba keluar dari kamar,

"Ayah.. Mami.. Apa yang sedang kalian berdua lakukan?"

Aris dan Shina yang terkejut saat itu, kemudian menghentikan apa yang tadi mereka lakukan dan mencoba untuk bangkit duduk diatas kursi tadi.

Kemudian Shina,

"Oh iya, aku harus mandi.." ucapnya sambil malu-malu dan bangkit dari duduk

"Ohh.. Iya benar. Ohh.. Ini bajumu" Aris gugup sambil memberikan bajunya

Kemudian Rani,

"Mii.. Kamar mandinya kan disebelah sana" ucap Rani heran karena melihat Shina bukan mengarah ke kamar mandi melainkan kamar Aris

Dan Aris saat itu juga terlihat kikuk. Tidak tahu apa yang harus dilakukan..

"Mereka berdua itu kenapa sih? Benar-benar aneh.." ucap Rani sambil menggeleng-gelengkan kepalanya

Sementara ditempat apartemen Ryan dan Lena. Saat itu dikamar,

"Apa Shina sudah berhasil mengambil dompet dan juga handphone-nya? Kenapa dia belum kembali?" tanyaku pada Ryan

"Tenang saja Sayang.. Sepertinya malam ini Shina tidak akan bermalam disini." ucap Ryan senang

"Darimana Mas tahu hal itu. Apa Mas melakukan sesuatu pada mereka?" tanyaku penasaran

"Apapun itu.. Aku senang. Akhirnya aku bisa tidur lagi sama kamu.." ucap Ryan sambil naik ke atas kasur

Aku yang tersenyum mendengar ucapan dari Ryan kemudian berkata

"Emang sebegitu senengnya ya Mas, bisa tidur disini bareng aku?"

"Ya iya dong. Siapa yang gak seneng bisa tidur bareng istri yang cantik kayak kamu.." jawab Ryan

"Sayang.. sini. Peluk aku.. Aku udah lama nih gak merasakan kehangatanmu. Semenjak tinggal kemarin ditempatnya Aris.. Pokoknya malam ini aku mau puas-puasin dulu sama kamu.. Kamu siapkan kalau kita gak tidur sampai pagi.." ucap Ryan nakal menggoda

Sementara dikamar Oka,

"Karena Papa dulu, hubunganku dan Rani jadi merenggang, tapi sekarang.. karena Papa juga akhirnya aku dan Rani bisa ngobrol bareng lagi." ucap Oka sambil memandang layar handphonenya

"Seandainya Rani itu bukan kakakku.." pikir Oka

"Apa sekarang aku sms Rani aja ya, pura-pura nanyain gimana rencana kita tadi, berhasil nggak.. Ehh.. Jangan deh. Udah malam. Besok aja aku smsnya." Oka mengurungkan niatnya

Kemudian,

"Ohh iya ini kartu Papa, hehehee.." sambil memandang kartu yang diberikan oleh Ryan

"Sepatu atau Game ya.. Dua-duanya aja, lagian cuma sehari ini aku dikasih. Jadi biar sekalian saja." pikir Oka sambil membayangkan barang-barang yang akan dibelinya besok.