Saat itu, ketika Ryan berusaha memanas-manasi Shina agar dia mau kembali ke unitnya, tiba-tiba Shina
"Kau pikir rencanamu itu akan berhasil padaku Ryan? Maaf saja.. tapi aku tidak akan pergi dari sini sebelum aku mendapatkan dompet dan handphone-ku itu.. atau sampai Aris datang kemari dan berusaha membujukku dan minta maaf" balas Shina sambil tersenyum sinis
"Tapi tadi Aris.. dia terlihat khawatir sekali.. dia berusaha.. " Ryan yang belum menyelesaikan kata-katanya itu kemudian dipotong oleh Shina
"Omong kosong.. Kau tidak usah membohongiku. Lebih baik kau putar akalmu itu memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan dompet dan handphoneku itu segera dari Aris. Atau kau mau aku menggagalkan kesepakatan kita yang tadi, sehingga aku tidak jadi mengurangi hukumanmu 1 tahun itu, hah?" Shina berupaya menyangkal dan mengancam Ryan
"Aku sih tidak masalah jika kau tidak bisa mendapatkan apa yang aku mau itu.. lagipula aku juga masih bisa tinggal disini dengan Lena istrimu ini" Shina meledek Ryan
Ryan yang tidak senang mendengar perkataan Shina kemudian memilih keluar kamar, sambil memaki didalam hati,
"Siall.. Shina itu.. Sepertinya sulit untuk membujuknya. Bagaiman caranya agar aku bisa mendapatkan dompet dan handphone Shina.. Masa malam ini aku harus bermalam lagi ditempatnya Aris" pikir Ryan
Saat itu, Oka tiba-tiba keluar kamar dan melihat Papanya yang sedang gusar sembari berjalan mondar-mandir dihadapannya. Kemudian,
"Pa.. " sapa Oka
"Papa lagi ngapain mondar-mandir begitu.. Berantem lagi ya sama Mama. Kali ini Papa buat dosa apalagi, ckckk.. " ucap Oka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya
Ryan yang melihat Oka saat itu, kemudian terpikirkan sesuatu..
"Hei Oka, kau mau uang jajan?" tanya Ryan
"Aku akan memberimu kartu selama sehari yang bisa kau gunakan untuk membeli apapun yang kau inginkan, asal kau mau membantuku melakukan satu hal" Ryan mencoba bernegosiasi dengan putra semata wayangnya itu
"Tergantung.. Sebesar apa risiko pekerjaannya Pa. Kalau kira-kira merugikan buat Oka, Oka tidak mau melakukannya.." balas Oka
"Justru pekerjaan ini sangat penting demi kelangsungan keluarga kita, hidup Papa dan Mamamu dimasa depan.. agar tidak ada lagi yang mengusik keluarga kita ini" balas Ryan
"Maksud Papa gangguan dari mantan pacar Papa itu ya, Tante Shina?" tanya Oka
"Iya ini berhubungan dengannya, juga Aris.." jawab Ryan
"Baiklah.. Bantuan apa yang Papa mau dari Oka" tanya Oka penasaran
Kemudian Ryan pun menjelaskan semua detail masalahnya yakni agar waktu kontrak kesepakatan yang harus dijalaninya dapat berkurang 1 tahun, dia harus mendapatkan dompet dan handphone Shina dari tangan Aris, sedangkan disisi lain Aris tidak mau memberikan dompetnya kalau Shina tidak mau tinggal dan kembali ke unitnya. Ryan kemudian menanyakan Oka, bagaimana solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah tetangga mereka itu. Kemudian Oka,
"Sebenarnya Tante Jessy bisa dimanfaatkan untuk kondisi saat ini.. Aku yakin Tante Shina bakalan langsung tuh panas dan nyamperin, kalau kita bilang Tante Jessy ada diunit sebelah, tapi.. "
"Tapi kenapa Oka?" tanya Ryan
"Dampaknya bisa lebih buruk dari ini Pa.. Bisa saja mereka langsung benar-benar berpisah. Dan kedepannya Tante Shina akan lebih menyusahkan keluarga kita lagi." jawab Oka
"Satu-satunya cara yang terpikir sama Oka.." Oka belum sempat menyelesaikan kalimatnya, dipotong oleh Ryan
"Apa apa.." Ryan tidak sabaran
"Rani.." jawab Oka
"Harus ada campur tangan dari Rani untuk membuat Tante Shina dan Om Aris kembali bersatu.. tapi masalahnya.." Oka melanjutkan
"Apalagi.." keluh Ryan yang sudah mulai kesal dan tidak sabaran terhadap anaknya itu
"Oka sudah lama tidak bertegur sapa dengannya Pa, semenjak tahu kalau dia itu ternyata Kakak tiriku. Semua ini kan gara-gara Papa.." ucap Oka tidak senang sambil melirik Ryan
"Sudah.. Gak usah banyak drama kamu. Cepat pikirkan sesuatu untuk menjalankan rencanamu itu" ucap Ryan sambil menjitak kepala anaknya
"Papa ini.. Kebiasaan mukul kepala Oka melulu. Nanti kalau Oka jadi bego beneran gimana. Oka laporin Mama nanti.." sahut Oka dengan ekspresi tidak senang sambil menggosok-gosok kepalanya
Akhirnya mau tak mau, Oka pun mulai menghubungi Rani. Dia mengetikkan beberapa kata sehingga membuat Rani,
"Pesan dari Oka.. Ada apa, bukannya dia bilang dia tidak mau berhubungan lagi denganku" dan Rani kemudian membaca pesannya
Rani yang telah mengerti maksud dari pesan Oka itu, kemudian langsung membalasnya..
"Aku akan meminta Ayah untuk pergi keluar membeli sesuatu, sementara kau bisa memanggil Mami untuk datang kemari dan mencari langsung dompetnya dikamar Ayah"
Dikamar Oka,
"Bagaimana? " tanya Ryan pada Oka
"Beres Pa.. Rani udah minta supaya Om Aris untuk sementara keluar beli sesuatu, sementara itu Tante Shina bisa balik dan ambil dompet dan handphonenya di kamar Om Aris" Oka menjelaskan
"Bagaimana kalau kamar atau lemari tempat nyimpennya dikunci??" tanya Ryan memprediksi
"Udah Pa tenang aja. Ada Rani disana.. Oka rasa Rani gak bakalan ngebiarin itu" jawab Oka santai
Dan rencana pun dijalankan. Shina berhasil kembali ke apartemennya dan masuk ke kamar Aris. Layaknya maling, dia mulai memeriksa semua barang-barang yang ada dikamar tersebut tanpa sepengetahuan pemiliknya yaitu Aris. Hingga akhirnya ketika dia membuka laci didalam lemari, dia berhasil menemukan dompet dan handphonenya itu, dia sangat senang.. Kemudian
Kring.. Kringg.. Kriiiingg.. (Hp nya langsung berbunyi)
Shina pun langsung membuka dompetnya itu untuk melihat siapa yang menelpon di handphone-nya. Betapa terkejutnya dia ketika melihat nama yang muncul dibalik panggilan telpon tersebut..
"SUAMIKU TAMPAN BUKAN TIPEKU"
Hingga seketika hp-nya jatuh dan tombol jawab telponnya pun terangkat. Tiba-tiba sambil menelpon, Aris kemudian masuk ke dalam kamarnya dan berkata,
"Aku tidak mengira kau akan kembali ke apartemen seperti ini dengan bertindak sebagai maling.. dengan memanfaatkan segala situasi yang ada.." ucap Aris sambil tersenyum
Shina yang saat itu malu kemudian menjawab,
"Maling katamu?? Apa sebutan maling itu berlaku juga untuk orang yang mengambil barang miliknya sendiri yang telah disembunyikan oleh orang lain?" jawab Shina
Lalu Shinapun berlalu pergi, hendak keluar kamar Aris.. Akan tetapi, tiba-tiba Aris menghalanginya dengan memblok pintu menggunakan tangannya sambil berkata,
"Kau mau kemana? Apa kau tahu, orang yang telah memasuki kamarku ini tidak bisa dengan mudah keluar begitu saja.."
Tanpa menghiraukan perkataan Aris, Shina berusaha menurunkan tangan Aris tadi yang memblok pintu dihadapannya itu tapi Aris tetap bertahan, hingga Shina
"Hei bodoh, cepat turunkan tanganmu itu. Aku ingin keluar.." ucap Shina yang merasa kesal dengan perbuatan Aris
"Keluar kemana? Tempat tinggalmu ini disini, bukan disebelah.." jawab Aris
"Cepat turunkan atau kau mau ku hajar..!" Shina mengancam
"Aku akan menurunkannya, asal kau memanggilku dangan sebutan yang ada di handphonemu itu" jawab Aris sambil tersenyum
"Gila.. Yang benar saja. Aku tidak mau.." tolak Shina sambil berupaya menurunkan tangan Aris yang masih memblok pintu
"Yasudah kalau begitu, kita akan terus berada disini dalam waktu yang lama.." jawab Aris masih tersenyum
"Hei Aris, cepat turunkan tanganmu itu atau aku akan berbuat kasar padamu" ucap Shina marah dan mulai kesal dengan permainan Aris
"Berbuat kasar? Memangnya apa yang akan kau lakukan padaku Shina??" ucap Aris menantang
Kemudian..
"Aaaww.." Aris menjerit kesakitan karena Shina menggigit tangan Aris
"Hai Shina kau gila ya.. Apa kau ini binatang? Kenapa menggigit tanganku???" ucap Aris yang masih kesakitan
"Aku bisa melakukan yang lebih buruk dari itu, kalau aku mau.. Lain kali, jangan berbuat konyol dengan mengahalangi jalanku lagi.." balas Shina dingin sambil berjalan melalui Aris
"Kau..." ucap Aris sambil hendak membalas Shina dengan mengangkat tangannya ke arah muka Shina
Shina yang saat itu takut akan mendapat pukulan dari Aris kemudian memejamkan matanya. Namun sebenarnya, Aris tidak berniat untuk memukulnya.. Aris kemudian mendekatkan wajahnya berniat untuk menciumnya. Akan tetapi, Shina yang saat itu memejamkan matanya, kembali membuka matanya karena kelihatannya Aris tidak melakukan apa-apa terhadap dirinya. Hingga ketika dia membuka matanya, dia pun terkejut oleh Aris yang tiba-tiba mendekatkan wajahnya dan bersiap untuk menciumnya..