Diapartemen Aris
Aris masih duduk terdiam dengan perasaan bersalahnya pada istrinya Shina. Tak lama kemudian, dia masuk ke dalam kamar Rani, kamar yang juga merupakan tempat isrtinya itu tinggal diapartemen ini. Dan diapun melihat sekeliling.. ternyata benar, Shina telah membawa semua barang - barangnya pergi dari tempat itu. Tidak ada lagi pakaian, tas, sepatu, serta aksesoris.. kemudian mata Aris tertuju pada suatu barang di atas meja rias disana. Ternyata dia menemukan sebuah dompet. Ketika membuka isinya, dia pun kemudian tersenyum.
"Shina.. Shina.. Bagaimana kau bisa begitu ceroboh. Kita lihat, berapa lama kau akan bertahan diluar sana tanpa dompet dan juga handphone-mu ini.. " ucap Aris sambil tersenyum bahagia.
Karena bagaimanapun dia kini telah menemukan alasan agar Shina bisa kembali lagi ke apartemen, tanpa perlu repot-repot untuk membujuknya.
Aris kemudian duduk sambil memeriksa isi dompet tersebut. Didalamnya terdapat beberapa lembar uang, kartu atm, kartu belanja, kartu kredit, kartu nama, serta kartu-kartu lainnya. Dan ketika hendak memeriksa kartu-kartu tersebut, ternyata ada sebuah foto usang terselip disana. Foto tersebut adalah foto Shina dan Ryan, foto kebersamaan mereka dulu. Difoto itu terlihat ekspresi bahagia Shina ketika Ryan mencium pipinya, dimana Shina terlihat cuek sambil menghadapkan kedua matanya ke sudut kanan atas. Kemudian Aris,
"Aku tidak pernah melihat raut wajahnya yang seperti ini ketika dia bersama denganku.. Cemburu apa? Dia hanya tidak suka melihat Jessy dekat denganku karena merasa barang miliknya direbut oleh orang lain.." pikir Aris
Tanpa sadar Aris pun melipat foto tersebut, sehingga hanya memperlihatkan sisi dari foto Shina saja, sedangkan foto Ryan menghadap kebelakang (tidak terlihat). Setelah itu dia kembali memeriksa handphone Shina, namun sayang handphonenya terkunci dengan menggunakan kode 4 digit angka. Kemudian Aris memasukkan tanggal lahir Shina, tidak bisa.. tangga lahir Rani.. masih tetap terkunci.. hingga Aris kemudian terpikir untuk menyerah kemudian tanpa sadar tangannya menyentuh angka 1111 dan handphone pun akhirnya terbuka. Saat itu.. tanpa membuka nortifikasi pesan dan lainnya, dia kemudian mencoba memasukkan nomor handphonenya..
"Aku penasaran dengan nama apa dia menamaiku di kontaknya ini.." sambil Aris memasukkan nomor telponnya, kemudian
"Si bodoh Menyebalkan..??" ucap Aris sambil mengernyitkan keningnya
Kemudian, Aris yang tidak senang dengan nama sebutannya itu segera mengganti nama kontaknya dengan mengetikkan beberapa kata di handphone Shina. Setelah itu, dia kembali mamasukkan handphone Shina tadi ke dalam dompetnya dan pergi ke kamarnya untuk menyimpannya. Dia kemudian bersiap-siap untuk pergi ke kantornya. Entah kenapa setelah itu, suasana hati Aris berubah seketika. Dia merasa senang hingga ketika di meja makan,
"Ayah.. Mami kemana?" tanya Rani
"Aku tidak melihat barang-barangnya ada dikamar.. Jangan bilang kalian berdua bertengkar dan Mami pergi dari rumah." ucap Rani khawatir
"Tidak Sayang. Mamimu hanya pergi sebentar. Dia pasti akan kembali lagi kesini nanti, percayalah.. " ucap Aris dengan tersenyum pada anaknya
Beberapa saat setelahnya Aris pun berangkat ke kantor.
"Rani, Ayah berangkat dulu ya. Ohh iya, nanti kalau Mamimu datang segera kabari Ayah ya.." ucap Aris sambil kemudian mengecup kening anaknya itu.
Sementara di tempat lain, didalam taksi, Shina masih menangis tanpa bersuara mengingat perlakuan Aris yang lebih membela Jessy dibanding dirinya. Hingga kemudian,
"Mba, maaf.." ucap supir taksi tiba-tiba
Kemudian dia melanjutkan,
"Kita mau kemana ya ini? Saya bingung apakah saya harus masuk tol didepan atau tidak"
Shina kemudian menyeka air matanya dan mulai memeriksa tasnya.
"Handphone.. handphone-ku dimana.." ucap Shina dalam hati sambil mencari-cari didalam tasnya
Saat itu dia ingin menghubungi Lucy manajernya. Entah Lucy berada di sekolahnya dicibubur atau di kantor Big Entertainment. Oleh karena itu, untuk memastikan hal tersebut, dia berusaha menghubunginya. Hingga tiba-tiba..
"Gawat!! Dompetku sepertinya masih tertinggal di apartemen.. Handphone-ku ada didalam sana kan. Aduh.." keluh Shina dalam hati.
Kemudian,
"Pak, kita kembali ke apartemen tadi." ucap Shina
Dan akhirnya taksinya pun memutar arah. Setalah 30 menitan lebih bermacet-macetan dijalan, dia pun akhirnya berhasil tiba di apartemen. Sebenarnya saat itu, dia tidak ingin kembali ke unitnya karena tidak mau bertemu dengan Aris, hingga kemudian saat dilobby Shina memutuskan,
"Mba, bisa tolong sambungkan aku ke unit 701 Bu Lena. Aku ingin bicara padanya. Katakan Shina ingin bicara padanya." ucap Shina pada salah satu petugas apartemen yang ada dilobby
Lalu, setelah telpon terhubung
"Lena.. Ini aku Shina. Bisa kau turun ke lobby sebentar. Oh, iya skalian pinjamkan aku uang 100 ribu untuk bayar taksi." ucap Shina ditelpon
Tak lama setelah itu, aku pun pergi menemuinya di lobby
"Lena, aku minta tolong padamu. Bisa kau ke unitku? Bilang pada Rani untuk mengambil dompetku yang ada di atas meja rias dikamarnya.." ucap Shina
Aku yang melihat kondisi Shina saat itu, dengan menggunakan kaca mata hitamnya dan juga koper.
"Kau mau pergi kemana?" tanyaku penasaran
"Aku.." Shina bingung memikirkan kata-katanya, hingga kemudian
"Ohh. Kebetulan ada tawaran sinetron stripping, jadi kemungkinan aku akan menginap di lokasi syuting" jawab Shina berbohong
"Wahh.. Hebat. Sinetron apa?" tanyaku takjub
"Aku tidak bisa memberitahumu karena strudara melarangnya.." balas Shina yang masih berbohong
"Oh iya Lena, kalau masih ada Aris disana.. tolong jangan beritahu dia tentang keberadaanku disini. Aku mohon.." pinta Shina tiba-tiba dengan suara yang sedikit berbeda dari biasanya
Aku yang mulai penasaran dengan kondisi Shina saat itu, kemudian..
"Shina kau.. Jangan bilang kau pergi dari rumah karena bertengkar dengan Aris.." tanyaku yang membuat dia terkejut
"Apa ini semua karena masalah dengan Jessy tadi pagi??" lanjutku penasaran
Tanpa menjawab semua pertanyaanku itu, Shina berusaha mengelak dengan berkata
"Lena, lebih baik cepat kau naik ke atas dan ambil dompetku itu. Ayolah.. Aku sedang terburu-buru sekarang."
"Oh iya.. Maaf Shina. Aku tidak tahu kalau kau sedang terburu-buru. Baiklah aku akan naik sekarang dan meminta Rani untuk mengantarkan dompetmu itu padamu."
"Terima kasih.." ucap Shina kemudian sebelum aku pergi
Dan akupun pergi ke unit 702 untuk memberitahu Rani mengenai pesan Shina. Namun saat itu, Rani yang turun untuk menghampiri Shina ke lobby
"Mamii.. Mami kenapa ada disini dan tidak naik ke atas?" tanya Rani heran
"Mami sedang terburu-buru Rani. Oh iya, mana dompet Mami? Mami harus segera pergi sekarang.." ucap Shina
"Dompetnya tidak ada Mi.. Rani sudah cari-cari disekitar meja rias dan dibawahnya, tidak ada dompet Mami." balas Rani
"Tidak ada?? Aku yakin saat itu aku menaruhnya diatas meja dikamarmu, masa tiba-tiba bisa tidak ada.. Apa kau yakin kau sudah mencarinya dengan benar Rani?" tanya Shina yang masih belum percaya
Rani mengangguk sekali menjawab pertanyaan Shina, kemudian dia berkata
"Kalau Mami memang tidak percaya silahkan Mami cari sendiri diatas.."
Dan mau tak mau, akhirnya Shinapun kembali masuk ke unit apartemennya, setelah memastikan terlebih dahulu pada Rani bahwa Aris telah berangkat ke kantor. Dia mulai mencari disekitar meja, dibawahnya, serta ditempat-tempat lain disekitar tempat tidur, tetapi dia tetap tidak menemukan dompetnya itu. Hingga kemudian..
"Mi.. Apa tidak sebaiknya kita telpon Ayah saja. Mungkin dia melihat atau membereskannya saat bersih-beraih kamar." Rani menyarankan
"Tidak usah.." tolak Shina tiba-tiba
"Aku akan mencarinya sendiri, kau tidak usah menelpon Ayahmu itu. Jangan mengganggunya Rani, karena dia sedang kerja sekarang." ucap Shina.
Dan dia pun pergi ke ruangan lain untuk mencari dompetnya itu.
Namun saat itu Rani, dia tiba-tiba teringat kata-kata Aris untuk segera menghubunginya ketika Shina datang ke apartemen. Kemudian, dia pun menghubungi Aris melalui sms tanpa sepengetahuan Shina.
Di kantor Aris,
Pak Santoso tiba-tiba masuk saat Aris sedang meeting pagi bersama yang lainnya.
"Maaf mengganggu meeting kalian.. Aku akan memperkenalkan seseorang untuk bergabung dalam tim. Ku dengar dia sempat kuliah ditempat yang sama dulu denganmu Aris, bukan begitu Jessyca?" ucap Pak Santoso yang dibarengi oleh Jessyca yang melangkah masuk ke ruangan tersebut.
Seketika satu ruangan takjub menatap Jessyca, terutama para pria disana. Ya Jessyca memang cantik, bentuk tubuh yang proporsional bak model, rambut panjang cokelatnya yang bergelombang, serta wajah blasterannya itu mampu memikat siapa saja yang melihatnya untuk pertama kali. Saat itu, Aris yang terkejut melihatnya di buat malu oleh Jessyca yang tiba-tiba berkata,
"Ya dulu kita ini satu kampus dan lumayan dekat. Kita selalu mengikuti kegiatan dan even kampus secara bersama-sama. Bisa dibilang.. karena aku ini adalah salah satu penggemar Pak Aris, yang waktu itu mendapat julukan sebagai "Pak Ketua" dikampus kami. Benarkan Aris?" ucap Jessy yang membuat lelaki lain patah hati ketika mendengarnya diruangan itu.
Kemudian Pak Santoso kembali bicara,
"Jessyca atau Jessy ini merupakan cucuku.. Hubungan keluarga kami cukup rumit dulu.. tapi, sekarang aku senang aku bisa bersama dengannya.."
"Aris.. sebagai ketua tim disini, aku mau kau membimbing dia. Meskipun dia telah memahami semua masalah desain dan lainnya tapi tetap saja, aku mau kau yang mengawasinya. Sebab aku lebih mempercayaimu disini dibandingkan siapapun karena itu kau yang menjabat sebagai ketua."
"Dan juga semuanya.. tolong perhatikan Jessy-ku ini ya. Mohon bersikap baik dan ramah dalam menjaga hubungan dengannya." ucap Pak Santoso sebelum dia pergi keluar dari ruangan
Dan tak lama setelah itu, bunyi nortifikasi di handphone Aris. Ada sms dari Rani yang memberitahukan bahwa Shina telah kembali ke apartemen. Kemudian, Aris yang tersenyum saat membaca pesennya itu, membuat Jessy bertanya-tanya,
"Ada apa? Kau terlihat senang saat melihat nortifikasi di hp-mu itu. Maukah kau membagi sedikit kesenanganmu itu padaku?" ucap Jessy penasaran
"Ah tidak. Ini sms dari anakku.. Sepertinya aku harus pulang lebih awal dan sesegera mungkin menyelesaikan pekerjaanku disini.. Ayo kita lanjutkan meetingnya." ucap Aris kemudian dengan ekspresi bahagia yang semakin membuat Jessy penasaran