Chereads / Direl / Chapter 1 - Prolog

Direl

🇮🇩fei_za
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 24.7k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

Fakta

Cerita ini hanya fiksi semata yang dibuat oleh penulis.

Pesan

Jangan terlalu berharap dapat berkehidupan/mendapat takdir seperti cerita ini. Ini hanya fiksi hayalan seorang penulis tidak lebih.

Dan cerita ini mungkin akan membuat kalian berpikir pasaran karena memang ini pasaran:)

Maaf

Maaf jika terdapat typo tolong koreksi jika ada penulisan yang tidak tepat. Terimakasih.

[...]

Aquilla Elano Criz, lelaki yang memiliki pesona dingin dan brandalan. Menarik. Memang. Aquilla sangat dingin menuruni sikap ayahnya yaitu Diaz Criz. Ibunya, Bella sangat kesal dengat sikap anaknya ini. Kemarin ia baru saja masuk dari ruang BK//BP. Walaupun anak ini dingin tapi nakalnya luar biasa 180 derajat berbeda jauh dari sikap orang tuanya yang tidak ada turunan nakal.

Walaupun Bella memang di cap anak aktif, tetapi ia jarang masuk keruangan BK//BP. Tapi anak ini malah berbeda jauh dengan ayah dan ibunya. Mungkin memang sikapnya yang dingin itu menurun dari ayahnya, tapi ini dinginnya bercampur dengan 'nakal'. Nakal dalam artian sering tawuran.

Beruntungnya Aquilla ini sayang sekali dengan keluarganya. Bahkan kepada adik perempuannya yang sangat ia sayangi.

"Mah, pah. Abang pergi dulu."

"Eh..eh.. sarapan dulu dong."

Aquilla pun berjalan mendekati mamahnya dan ibunya. Lalu ia menggigit roti yang dia bawa.

"Mah adek belum bangun? Salam. Assalamualaikum."

"Walaikumssallam, tuh pah dijawab sama mama adek belum bangun aja dia langsung ngomong salam."

"Ya udah biarin aja."

"Terus tadi apa-apaan anak kita pake baju berantakan dasinya miring, kemejanya dikeluarin setengahnya, terus liat tasnya aja di gendongnya cuman disebelah kiri. Bahkan tadi rambutnya berantakan sambil menggunakan jaket kulit hitam, ngambil helm sama kunci. Terus pergi aja."

"Ya udah mah jangan ngoceh mulu. Papah mau pergi kerja dah sayang. Baik-baik dirumah. Jangan marah-marah." Ucap Diaz-papahnya Aquilla- sambil mengecup kedua pipi Bella-mamahnya Aquilla- dan mengecup puncuk kepalanya.

"Ya pah."

***

Motor ninja berwarna merah yang baru saja datang untuk memarkirkan motornya ditempat parkiran, membuat semua orang yang berada di lingkungan sekolah tersebut memerhatikan orang yang baru saja datang itu. Orang yang menggunakan motor ninja itu turun dari motornya dan membuka helm hitam fullfacenya itu.

Wahh Kak El ganteng banget.

Kak El cool maksud gue dingin plus kerennn.

Gua ngeri sama Kak El.

Jangan buat masalah sama Kak El.

Ya, orang yang baru saja turun dari motor ninja keren itu adalah Aquilla Elano. Seorang cowok yang sangat dikagumi oleh kaum cewek yang berada di sekolahnya. Bukan hanya cewek disekolahnya yang mengaguminya bahkan kepopulerannya saja sudah merembet ke sekolah-sekolah sebelah. Jujur ia risih, tapi mau gimana lagi sudah ditakdirkan ganteng dan menjadi pupuler jadi gimana lagi. (sumpah ni anak pedenya minta ampun greget ingin ditampol pake kapak💥).

-jangan dong thor nanti ceritanya baru mulai prolog aja udah mati-

Aquilla berada dikelas XII-D sebenarnya kelasnya bisa dibilang kelas keturunan anak pintar dan goblok-eh maksud author nakal bersatu disitu. Bahkan disana ada cewek yang cabe, petakilan, bahkan yang kerjaannya hanya tidur-tidur dan tidur. Hidupnya ngenes amat yak sampe cuman bisa tidur. Harus El-panggilan Aquilla disekolah-akui bahwa dikelasnya ada anak yang sangat rajin dan ada yang rajin setiap hari rutin membawa novel. Entah otaknya dari apa dia bisa menggabungkan pelajaran dengan novel melalui konspirasi-konspirasi yang memuakkan tersebut.

El sangat bosan di kelas tersebut. Tidak ada hal menarik. Hanya belajar, belajar, belajar. Ia sangat tidak menyukai ketua kelasnya. Ketua kelasnya sangat keras saat baru pertama kali mengenal ketua kelasnya itu, El sudah greget ingin menjambak ketua kelas itu. Tau kenapa? Ketua kelasnya terlalu disiplin. Bagus? Memang dan itu yang dipikirkan wali kelas kami untuk tidak mengganti ketua kelas.

Ia bosan, ia melihat keluar jendela. Di luar banyak murid-murid yang bermain, mengobrol, dan melakukan aktivitasnya sendiri ada tang dilapangan dan lain-lain. Ia terpaku dengan satu hal. Seorang cewek yang tersenyum sangat manis kepada kedua temannya yang sama-sama cewek.

"Oi! Bengong aja lu!"

"Pergi!"

"Weis macannya kayaknya mulai keluar neh. Selow dong masnyak, ngeliatin sapa tuuuhhhhh..."

"Ngeliatin pantat lu!"

"Buset dah pantat gue ga ada disitu mau dicari berapa kali juga nggak bakalan ketemu. Nih! Pantat gue ada disebelah lu."

"Bodo nyet gua mau tidur."

"Lah elu kerjaannya tidur melulu sama kayak cewek sebelah tuh. Hidup dipake molorrr aja untung cantik coba."

"Sapa? Gue? Maaf gue nolak."

"Sietdah gua juga masih waras kali!! Maksud gua yang cantik tuh yang sebelah bukannya elu!"

"Namanya sapa sih?"

"Cie ada yang penasarannnn..."

"Bodo ga guna gua mo tidur aje."

"Namanya Cewek Cantik Jelita Seperti Bidadarih."

"Bidadareh kaleh."

"Eh siabang ikutan lagi."

"Sereh."

Sekarang kelas sedang dalam mode jamkos-jam kosong-dan itu cukup membuat satu kelas senang. Beda dengan kelas sebelah yang masuk kelas Billingual. Kelas sebelah jika mendapati jamkos mereka meminta guru lain untuk menggantikannya atau mereka mengerjakan tugas yang sudah disediakan oleh guru. Walaupun dikelasnya juga sama tapi jika benar-benar jamkos seperti sekarang biasanya mereka bebas mau ngapain.

"Ketua!"

"Ya apa?" Ucap Luis datar. Sikap Luis hampir mirip dengan sikapnya Aquilla, bedanya jika Luis sikapnya kepemimpinan, tegas, dan tidak pernah membuat keributan. Jika Aquilla pasti sering ikut tawuran dengan sekolah lain atau dengan kelas yang berada di sekolah ini.

"Ketua kita boleh main nggak?"

"Apa?"

"Main truth or dare."

"Boleh."

"Yesss semua orang yang mau ikutan aja sih tapi gapapa lah mendekat kesini tulis no absen kalian masing-masing dan tulis truth dan dare kalian di kertas yang berbeda. Karena disini ada 28 orang jadi satu orang punya dua kertas yang satu truth dan yang satu dare."

Semua murid ikutan mereka semua saling menutupi apa yang mereka tulis disana. Beberapa murid ada yang tertawa saat menuliskan truth or dare tersebut. El ikutan karena menurutnya ini menghilangkan jenuh sejenak. Ia menulis dengan muka tang melukiskan lengkungan senyum mengerikan.

"El lo nulis apa sambil senyum-senyum gitu. Senyumnya mengerikan. Seperti ada yang menyayat hatiku ini."

"Hati tuh bukan di dada yang di dada itu adanya paru-paru sama jantung jadi..." Ucap El berhenti lalu melanjutkannya dengan muka datar nan menyeramkan.

"...mending lo diem aja dari pada komentarin orang." Lanjut El sambil menggulungkan kertas yang sudah ia tuliskan kata-kata tersebut.

[...]

Prolognya pendek cuman 1007 hanya pembukaan jangan menunggu karena ini pasti bakal update lama.