Chereads / Direl / Chapter 3 - |2|

Chapter 3 - |2|

[...]

Mungkin takdir memang menemukan merka berdua dan mungkin takdir membuat nasib buruk di hari ini. Dira ia sedang berjalan dikoridor sekolah sambil meminum susu kotak coklat dan membaca novel yang belum selesai ia baca dari seminggu yang lalu. Memang novel itu hanya dibaca saat ada mood dan karena itulah novelnya belum selesai selama itu.

Dira fokus membaca novel tersebut. Disaat ia akan meminum sesuatu ia menambra seseorang. Susu coklat Dira tumpah ke seragam orang yang ditabrak dan tumpah ke seragamDira sendiri.

"Yahhhh susu coklat gueee belum juga abis udah keburu tumpah aja."

"Lo lebih mentingin minuman lo?"

"EL! Gue minta maaf."

"Kalo jalan yang bener idiot."

"Maafff bangett tadi gue ga konsen jalannyaa..."

"Besok lo jadi babu gue!"

"Enak aja digaji berapa gue?!"

"Lo ga digaji! Lo inget yang lalu gue ngomong apa?"

"...."

"Bego gitu aja nggak inget! Pokoknya lo nggak bakalan lolos untuk keduakalinya!"

"OHHHHHHHH GUE INGETTTTTT!!!"

"Bagus. Jadi mulai besok lo bakal jadi babu gue! Ngerti?! Hm?"

"I..iya nger-"

"Bagus." Ucap El meninggalkan Dira. Dibelakangnya Alvino berjalan menghampiri Dira lalu menepuk bahu sebelah kanan Dira dan mengatakan 'Semangat!' Sambil tersenyum dan mengepalkan tangan keatas.(lucu banget sih Alvino nggak kayak babang El.)

***

El langsung pergi ke kelas. Ia langsung menduduki kursi yang memang setiap hari ia tempati. Ia duduk sendiri. Jadi ia bisa menggunakan meja yang satunya lagi.

"El kok lo seragamnya cepet putih?" Tanya Dira heran karena saat ia selesai menghapus bekas dari susu tersebut ia langsung ke kelas. Herannya seragam El putih bersih dan tidak basah sama sekali.

"Gue bawa seragam cadangan."

"Wah?! Kok lo ga adil sih El! Gue pake seragam basah gini dan lo?! Lo dengan enaknya bawa seragam cadangan dan lo ganti!"

"Yaiyalah emang masalah?"

"Enggak sih. Tapi kan jadinya nggak adil masa gue doang yang pake seragam kotor sama basah gini?!"

"Nasib."

"Ishhhhh." Jawab Dira sambil mengacak-acakan rambutnya frustasi.

Cukup diketahui mungkin menurut Dira, ia harus menambahkan El kedalam daftar orang yang paling ia benci dan El dalam urutan pertama. Dira sangat benci dengan El. Biasanya jika ia benci terhadap seseorang ia tidak akan memegang dendam tapi sekarang ia sangat-sangat benci kepada El sampai ia memegang dendam menjunjung tinggi.(Dira kejam amat ya:( khan itu juga salahnya dia buat masalah kenapa dia yg dendam, inget loh Dir ada hukum alam sapa tau nanti kena karma malah demen sama si El😏)

***

^keesokan harinya

El baru saja akan berangkat ke sekolah menggunakan motor ninjanya tersebut. Suasana hari El sekarang lagi bagus sebab ada seseorang yang akan menjadi babu. Tetap saja walaupun ia sangat senang tetapi ia tidak menunjukkannya lewat ekspresi.

^sesampainya di sekolah

Setelah turun dari motornya tersebut, El langsung mencari-cari keberadaan Dira. Ia mencari ke kantin, kelas, dan semua penjuru sekolah tersebut. Ia mencarinya tidak terburu-buru, ia sangat santai hanya jalan kaki dengan penuh harapan menemukan Dira dengan cepat. Akhirnya El menemukan Dira sedang terduduk di kursi taman, entah apa yang ia lakukan El hanya melihat ada tali putih yang menjuntai dari telinga cewek tersebut.

"Ekhm ekhm ekhm!"

Dira masih tida bergeming sama sekali. El tahu bahwa Dira menggunakan earphone-nya tapi hanya sebelah, biasanya jika menggunakannya sebelah ia akan sadar bahwa ada yang sedang ngomong.

"Dira. Hey! Hey! Hey Diraaaa!!" Plok plok plok. Ucap El sambil memukulkan kedua tangannya kearah telinga Dira sebelah kiri.

"Eh iya El ada apa?"

"Ekhm lo lupa sekarang lo bakal jadi babu gue?"

"Oh masalah itu gue inget kok tenang."

"Ya udah ikut gue! Cepet ga pake la-ma!"

"Ok." Jawab Dira sambil berjalan mengikuti El.

"Kenapa lo kalo ngomong cuman dikit sekalinya lo ngomong panjang tuh kalo lo ada maunya doang? Terus lo kenapa sikapnya kayak berandalan juga kan lo dingin kenapa sikapnya nakal kayak gitu? Terus lo kenapa nyuruh gua jadi babu lo? Terus lo kenapa nyuruh gue ikut sama lo emang setiap babu selalu ikut disebelah majikannya?"

"Buka." Ucap El sambil memajukan dagunya ke arah pintu.

"Apa? Lo minta gue untuk bukain pintu lo? Lo kan punya tangan."

"Buka."

"Ishhh lo kan punya tangan Ellll!!"

"Buka!"

"Ga!"

"Buka Erendira Jade!"

"I..iyaaa ok.." Ucap Dira sambil ketakutan karena raut muka El yang sangat serius dan menyeramkan tersebut. El-pun telah memanggil nama lengkap Dira jadi ia mengikuti apa yang dikatakan oleh El kepadanya.

Akhirnya Dira-pun membukakan pintu kelas untuk El. Saat pintu dibuka seperti ada cahaya ilahi yang menyinari El.(apasih thor aneh banget imajinasinya-//emang author terlalu dramatis wehehehe) Saat El dan Dira memasuki kelas banyak siswa-siswi yang melihat kearah mereka. Muka mereka seperti heran dengan mereka berdua, kenapa mereka dateng berdua. Dira langsung duduk ke tempat duduknya sendiri yang sudah ditunggui oleh Neva.

Saat Dira baru saja akan memulai obrolannya dengan Neva ada yang menghentikan aktivitas yang akan mereka lakukan.

"Dira! Lo duduk sebelah gue!" Ucap El sambil menunjuk ke kursi disebelahnya. Karena tidak mau ribet Dira langsung berjalan sambil membawa tasnya untuk duduk disebelah El.

"Kenapa harus duduk sama lo?"

"..."

"Haiiiiiii jawab kek jangan diem aja. Sakit tau nggak dikacangin...."

"..."

"Hai!Hey!Hoy!Halooo!Helloooooo!!!Oi!Oi!Oi!"

"..."

"Sumpah ni orang goblognya minta ampun."

Saat Dira mengatakan hal tersebut hebatnya El langsung melihat ke arahnya dengan muka datar nan mengerikan tersebut. Dira refleks menutup mulutnya dengan ekspresi ketakutan. Baru disadari oleh Dira bahwa El sedang menggunakan earphone, betapa bodohnya Dira karena ia rela berteriak-teriak demi di notice sama seorang El.

Dira merasa bosan karena biasanya saat pelajaran seperti ini ia akan mengobrol dengan temannya Neva. Sekarang ia harus kuat duduk diam tidak melakukan apa-apa selain tidur, baca novel, dan mendengarkan musik. Terus aja aktivitasnya seprti itu sampai dunia kiamat akan datang

Sesekali El memerhatikan Dira yang sedang mengoceh, membaca, tidur, dan mendengarkan lagu. 'Mungkin bosan' ucap Feo dari sebelah kirinya. El hanya mengangkat bahunya acuh. 'Ajak ngobrol dong.' Ucap Luz memberi saran. El hanya menanggapinya dengan tatapan menyuruh mereka berdua pergi. El kembali fokus dengan tidurnya. Sebenarnya ia hanya menutup matanya tidak sampai tidur.

Pelajar guru paling killer pun datang. Entah El hanya fokus dengan mengistirahatkan matanya. Tidak tahu apa yang ia pikirkan sampai bisa-bisanya ia tidur dalam pelajaran guru killer seperti ini. Saat El sedang tenang-tenangnya ia merasa terganggu karena ada seseorang yang menggoyang-goyangkan tubuhnya. El hiraukan apa yang telah mengganggunya tersebut. Tapi lama kelamaan malah makin menjadi, ia-pun memutuskan untuk membuka matanya apa yang sebenarnya terjadi.

"E..l...Ell...bangun..." Terdengar samar-samar suara cewek disebelahnya sedang berusaha membangunkannya.

"Kenapa?" Jawab El datar sambil membuka earphone-nya.

"Bangun nanti di marahin sama guru gimana? Apa lagi ini gurunya killer..."

"Ga ada guru killer ada guru yang disiplin jadi keliatannya galak."

"Ya udah mau apa-pun yang lo bilang lo harus merhatiin seenggaknya ngeliatin kedepan aja."

"Hm." Karena El tidak suka berdebat mending diemin aja apa kata Dira tadi. Tapi El mengikuti saran dari Dira untuk memerhatikan. Toh kalo ia tidak memerhatikan dan disuruh ke depan untuk mengerjakan soal ia pasti bisa.(sumpah ni anak minta ditampol pake kapak)

***

^istirahat

"Ok Luis gue butuh lo di tugas ini lebih tepatnya gue butuh otak lo."

"To the point."

"Ok to the point kita mau tawuran dan gue butuh otak lo untuk ngelacak keberadaan anak geng sekolah xxx."

"Panggil semua anggota kesini."

"Siap!" Jawab El semangat sambil mengambil hpnya dan membuka aplikasi berwarna hijau.

^setelah semua kumpul

"Jadi pertama...

"El lo bakal nyamar habis istirahat ini ke sekolah xxx sebagai Hernan karena postur tubuh kalian yang hampir mirip dan kelakuan yang hampir mirip lo jadi Hernan.

"Lalu Alv lo bakal jadi Ivan karena sikap kalian mirip dan muka lo juga mirip kalo lo pake kacamata ini.

"Yang lain tugasnya cari Hernan dan Ivan lalu bawa mereka ke gudang yang gue tunjukin. Gue juga bakal ada disana."

El langsung mengganti bajunya menjadi seragam sekolah xxx. Ia sudah siap perfect mungkin menurut orang-orang dia sangat cocok menjadi Hernan karena mukanya yang menampilkan sikap dinginnya.

"Izin sekolah gimana?"

"Tenang gue udah buat surat-suratnya kalian gue pilih 8 orang yang ikut ekskul futsal. Karena suratnya kita latihan futsal."

"Hwoooo bisa bisa. Lo bisa aja buat alesannya Luis."

"Hm dah sana pergi syuh..."

"Eh gue boleh bawa satu orang ngga?" Ucap El sambil menyisir rambutnya dengan tangan.

"Sapa? Cewek? Cowok?"

"Cewek."

"Ga, lo mau gue mikir dia izin apa?"

"Hehehe bantu lah dia asisten gue selama sma sekarang."

"Oh lo punya asisten sekarang?"

"Heu-euh."

"Tetep ga. Kalo dia ikut yang ada ngeriweuh-in."

"Oiyaya kok gue bego."

***

Mission 1.

Tujuh anak berpencar untuk mencari Hernan dan Ivan. Mereka bersikeras untuk tidak diketahui oleh anak-anak di sekolah xxx. El dan Alvino langsung pergi ke kelas yang dituju mereka menggunakan earphone bluetooth yang sudah tersambung dengan panggilan grup yang terdiri dari anggota yang mengikuti misi ini.

"El lo harus hati-hati kalo ada orang."

"Ok."

"Lo tadi udah dikasih tempelan pelacak dua kan? Lo nanti ketemu sama sahabat Hernan dan tugas lo deket dengan mereka dan tempelkan alat pelacak tersebut di belakang leher. Usahain jangan keliatan orang jika ada pelacak dan lo nempelin."

"Sip."

El langsung memasuki kelas tersebut ia melihat sekeliling tidak ada Hernan dan ternyata yang dibicarakan sahabat Hernan itu berada di kelas. El langsung mendekati mereka berdua dan langsung merangkul mereka. Ditangan El sudah ada alat pelacak tersebut tugasnya hanyalah menempelkan alat pelacak tersebut kepada dua orang tersebut.

El keluar dari kelas tersebut dengan alasan mau ke toilet. Saat El keluar ternyata disaat bersamaan juga Alvino sudah selesai. Mereka langsung tos dan pergi ke gudang.

Mission 1: berhasil!!

Hernan dan Ivan sudah dilepaskan. Mereka lupa apa kejadian yang menimpa mereka bisa berada di toilet. Mereka memikirkan mungkin mereka tertidur.

"Hernan sama Ivan udah gue urus mereka nggak bakal inget apa yang terjadi, di tubuh mereka juga sudah ditempel pelacak. Kita bisa mendengar apa yang mereka bicarakan dan recanakan sekaligus bisa mengetahui keberadaan mereka dimana."

"Gue bisa liat keberadaan mereka dan mendengar apa yang mereka bicarakan melalui laptop ini." Lanjut Luis sambil menjelaskan ke teman-temannya.

"Kita bakal ngelawan sman 123 (😂)dengan cara menelfon mereka ke daerah xx dan kita bakal keroyok mereka menggunakan kayu balok, batu bata, dan tinjuan."

"Ok kita bakal lawan mereka dengan pistol." Jawab El tenang.

"Ya ga gitu juga Elll..."

"Kita bakal ngelawan mereka yang bisa bela diri di depan untuk melawan orang yang ngelawan duluan. Ke-dua yang nggak bisa bela diri kalian pake alat-alat yang ada disana." Ucap Luis sambil menunjuk lemari besar yang berisi balok kayu dan barang-barang keras lainnya.

"Gue bakal disini ngawasin mereka."

"Kita sebelum nelfon kita bakal ke jalan xx dulu untuk berjaga-jaga disana tidak ada orang sama sekali. Gue bakal berangkat sekarang."

"Cepet tiga orang yang tadi gue pilih cepet ke jalan sana nyamar lagi makan di cafe cake untuk mengawasi apa yang mereka rencanakan."

"Ok."

[...]

Haiiiii....

Kaliannnnn jangan lupa kasih vote comment sama ulasan.

Ngegantung ga sih?

Segini dulu ya besok di lanjut kok janji.

Babay