Chereads / The Rosemary / Chapter 3 - Chapter 2: The Fifth Squad Part 2

Chapter 3 - Chapter 2: The Fifth Squad Part 2

Sifari di sini. Tugas pertamaku sebagai kapten adalah untuk menjelaskan kepada mereka tentang semua ini. Untung sekali, kami mendapatkan meja yang luas untuk duduk bareng di kantin. Aku duduk di ujung meja, yang laki-laki duduk di kananku, sementara yang perempuan duduk di kiriku. Jadi, inilah kelompok 5 yang kubentuk. Gawat, aku merasa gugup. Sebenarnya aku agak khawatir dengan pilihanku. Tapi, ya sudahlah, dicoba saja. Do or die, right? Setelah mereka terlihat nyaman dengan tempat duduk mereka, baru aku angkat bicara.

"Oke, jadi, saya, eh, maksudnya aku akan menjelaskan kegiatan, aturan, dan segala macam yang lainnya, tetapi sebelum itu mari kita saling memperkenalkan diri.

"Dimulai dari aku. Namaku Sifari Danar, umur 16 tahun, sekarang kelas dua SMA. Kekuatanku bernama 'SKY'. Kekuatan ini membuatku bisa mengeluarkan api dari seluruh tubuhku dan mengendalikannya, tapi tidak merubahku menjadi api. Itu saja kurasa," kataku, "Selanjutnya, silakan Barqi."

Barqi mengangguk, "Namaku Barqi Kirikaze, umurku sekarang 14 tahun. Sekarang aku kelas satu SMA. Aku bisa dibilang adalah seorang ahli pedang. Keluargaku mengajarkan teknik pedang 'Kamaitachi'dari generasi ke generasi dan aku adalah salah satu pewaris dari teknik pedang ini. Aku harap kita semua dapat bekerja sama dengan baik."

Barqi. Salah seorang murid lama di sini sejak SMP. Dia adalah orang pertama yang kukenal di sekolah ini. Dia orang yang dapat dipercaya untuk berbagai hal. Kapten-kapten lain juga menginginkan dia di tim mereka. Dia juga orang yang baik, kelewatan baiknya malah. Dia keturunan Jepang, tapi lahir dan besar di Indonesia.

"Oke, selanjutnya, emm… Alan?"

"YA!" kata Alan bersemangat, "NAMA SAYA ALAN AKSARA! SAYA KELAS DUA SMP DAN UMUR 13 TAHUN! KEKUATAN SAYA ADALAH SAYA DAPAT BERUBAH MENJADI 'OGRE'!"

"Jadi monster, ya? Kekuatan yang cocok buat orang aneh sepertimu," celetuk Sonia.

"Hah! Maksudmu apa, anak baru? Kayak kekuatanmu lebih bagus aja!" balas Alan.

Alan. Dia juga murid lama. Dia bukan orang yang disukai banyak orang. Karena dia berisik. Dan logatnya medok banget.

"Kalau begitu bagaimana kalau kau memperkenalkan diri?" kataku kepada Sonia.

"E-eh?! Ya… kalau begitu. Namaku Sonia Kania. 12 tahun. Kelas satu SMP. Kekuatanku adalah es. Gimana? Lebih bagus, kan?" kata Sonia.

"Cih, sial," gumam Alan.

Cewek ini…yang kuselamatkan dari Kraken minggu kemarin. Annie bilang dia titip terima kasih. Tapi, kayaknya dia sudah lupa. Seperti biasa…

"Kau adiknya Adel, kan?" tanyaku.

"Iya, kok tahu?"

"Yah, Annie yang ngasih tahu. Lagian kakakmu, kan, teman sekelasku dulu dan kamu pernah ke sini tahun lalu, kan?"

"Oke," lanjutku, "yang di sebelahnya Sonia, silakan."

"Namaku Eriza Raniri. Panggil saja Eriza. Aku 14 tahun dan sekarang kelas satu SMA. Kekuatanku, ya… Emm… mungkin agak aneh."

Aku mengangkat alisku, "Aneh?"

"Ya. Jadi aku menggabungkan energi, mantra, dan Arithmancy untuk membuat sebuah kekuatan baru. Namanya Eriza Formula."

Ya, memang aneh. Namanya cukup narsis, menurutku. Tapi, membentuk kekuatan sendiri? Keren juga. Hanya ada satu orang lagi yang kutahu seperti itu. Dan Arithmancy? Jarang-jarang ada yang mendalaminya. Apalagi di sekolah ini. Ayahku ahli, sih dalam Arithmancy tetapi akunya enggak. Mungkin karena aku kurang mencoba saja.

"Arithmancy itu apa?" tanya Alan.

"Arithmancy itu…"

"Arithmancyitukekuatanmenggunakanangkasebagaimetodeuntukmenebakgerakanmusuhdanmemperkuatmantramu, keren kan!" potong Eriza dengan semangat sebelum aku dapat menjawab apa-apa.

"O-oke," Eriza. Katanya rumahnya jauh, di seberang pulau. Ternyata dia juga punya sisi fangirl yang cukup akut. Semoga masih dalam stadium yang aman. Agak bahaya juga kalau sampai berlebihan.

"Selanjutnya… yang disebelah Alan? Erik, kan?"

"Ya. Namaku Erik. Erik Stanyal. Aku 12 tahun, kelas 1 SMP. Kekuatanku 'Slime'," kata Erik.

"Slime?" tanya Sonia.

"Iya, Slime. Yang lagi rame di FouTube itu. Lendir."

"O-oke…" kata Sonia agak bingung.

Erik baru kukenal beberapa hari yang lalu. Kekuatannya agak aneh, memang. Tetapi, sepertiya bakal banyak berguna. Sebenarnya aku agak tertarik dengan kekuatannya. Karena banyak musuh yang tidak akan menyangka, kan?

"Next, yang di sebelahnya Eriza…Yura, ya?"

"Iya," jawabnya, "Namaku Yura Kannonji. Sekarang aku 13 tahun dan kelas 2 SMP. Sama seperti Kak Barqi, aku juga dari keluarga yang memiliki tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi. Kami Keluarga Kannonji adalah keluarga onmyouji di daerah Kansai. Tugas kami adalah mengusir iblis dan melindungi orang-orang di daerah kami."

Aku mengangguk. Onmyoji. Baru pertama kali aku lihat. Sebelumnya aku cuman lihat di anime. Dan aku baru tahu juga kalau Yura itu onmyoji. Padahal dia murid lama. Dia bukan tipe murid yang menonjol, sih.

"Oke, yang terakhir… Solari, ya kan?"

"I-iya… Namaku Solari Chaliang," jawabnya datar, "usiaku 15 tahun. Kekuatanku… nggak penting, sih. Cuman bisa mengeluarkan sinar matahari, namanya 'SUN'."

Dia… orang yang cukup gloomy, ya. Tapi, penampilannya seperti bule dengan rambut pirang itu. SUN? Berarti sudah ada lima, ya?

"Namamu, Chaliang? Kamu orang Cina? Tapi, gak keliatan kayak begitu, kayak bule malah." tanya Barqi.

"Chaliang itu nama suku di Manang. Aku juga dari suku itu, kok, dari ibuku," kataku menjelaskan.

"Tapi, namamu nggak pake 'Chaliang'?"

"Semua keluarga ibuku nggak ada yang pake juga. Dan nggak harus juga."

"Oke, Kak Sifari," kata Sonia, "apa yang akan kita lakukan di 'Squad Project' ini?"

"Oh, iya. Tentang itu…" kataku kemudian mengeluarkan kertas, "jadi aku akan memaparkan hal-hal intinya saja. Jadi, kelompok ini adalah untuk latihan dan menjalankan misi. Latihan tim akan dijalankan sesuai dengan jadwal penggunaan yang ada di Training ground. Kalo gak salah, kita dapat hari Selasa minggu pertama, Kamis minggu kedua dan Sabtu minggu ketiga. Lalu, menjalankan misi… Sekarang pengambilan misi tidak boleh dilakukan sebebas-bebasnya. Harus dengan kelompok. Dan setiap kelompok mendapat jadwal untuk menjalankan misi masing-masing setiap harinya. Tapi, tetap diperbolehkan untuk mengambil misi di luar itu, asalkan kelompok yang sedang keluar sekolah tidak lebih dari tiga kelompok."

"Dan kapan kita dapat jadwal misi?" tanya Eriza.

"Untuk misi pertama kita, Sabtu minggu ini," jawabku.

"HAH?!" mata mereka semua terbelalak. Kecuali Solari. Dia hanya memincingkan matanya.

"Ke-kenapa?" tanyaku.

"Lama banget," jawab Sonia.

"Nggak bisa lebih cepet apa?" tanya Erik balik.

"Kak, kamu kalah suit, ya?" celetuk Barqi.

"Hei, hei, hei, sabar dong. Seenggaknya kita bukan yang terakhir, kan?" kataku menanggapi. "Dan lagi, berarti kita masih punya waktu untuk latihan, kan?"

"Bener juga," kata Alan. Semua ikut mengangguk setuju.

"Tunggu disini sebentar, ya," kataku memohon.

Wajah mereka terlihat agak bingung ketika aku beranjak dari tempat dudukku. Aku berjalan ke kantin. Mengambil beberapa es krim batang rasa cokelat dari freezer. Memberikan uang ke penjaga kantin. Kemudian, kembali ke meja kami. Es krim itu pun aku bagikan kepada mereka. Mimic wajah mereka tampak lebih cerah ketika kubagikan es krim tersebut.

"Anggap saja ini adalah hadiah selamat datang dariku. Aku nggak tahu rasa kesukaan kalian. Jadi, aku ambilkan saja rasa kesukaanku."

"Wah! Terima kasih, Kak!" kata Eriza kegirangan.

"Sering-sering, dong, traktirnya," kata Sonia.

Mereka memakan es krim mereka dengan cukup senang, kurasa. Yah, untungnya uangku lagi banyak. Tapi, sering-sering, ya? Kayaknya gak bisa deh.

"Oke," kataku, "untuk peraturan-peraturan lainnya bisa kalian baca di kertas ini, kalau mau atau di Kantor Misi. Oke, aku rasa cukup sekian untuk malam ini. Silakan beristirahat. Selamat malam."

"Malam," jawab mereka.

Mereka semua beranjak dari tempat duduk mereka, kecuali Barqi. Aku dan Barqi tetap tinggal di kantin untuk merapikan tempat kami dan membeli masing-masing satu minuman lagi. Kemudian, barulah kami berjalan menuju asrama.

"Bar," sahutku setelah sampai asrama.

"Hm?"

"Bagaimana menurutmu? Kelompok kita, maksudku."

"Yah, sejauh yang kulihat, mereka semua unik-unik, sih"

"Memang. Tak kusangka ternyata menarik juga," kataku, "Tapi si Sonia itu, lho…"

"Sonia? Kalau gak salah yang kau selamatkan dari Kraken kemarin, kan? Kenapa?" tanya Barqi.

"Tatapannya galak juga. Seakan bisa membunuh," jawabku, "sepertinya kekuatan dia lebih dari yang terlihat. Sebenarnya aku ingin membahas ini denganmu. Tapi, nanti sajalah.

"Oke, terserah kau. Kau bosnya."

Aku dan Barqi bukan teman sekamar, jadi kami masuk ke pintu yang berbeda. Sebelum masuk ke kamar, aku bertanya kepadanya.

"Menurutmu apa aku bisa memimpin?"

"Memangnya pernah bisa?"

"Barqi… kata-katamu itu… menusukku, lho."

"Ah, maksudku, belum pernah, kan, sebelumnya kau memimpin yang seperti ini? Hal ini baru untukmu dan yang lain juga. Santai saja, oke?" katanya sambil mengulurkan tinju.

Aku pun membalas tinju itu, "Oke."

Kami pun masuk ke kamar masing-masing dan menutup hari itu dengan tidur yang lelap. Tapi, aku terbangun sebentar karena teringat satu hal.

"Oh, iya aku lupa bilang soal sistem poin."

To be continued...