Sebelum matahari tergelincir, langit jingga berubah menjadi hitam, dan lolongan serigala bergema. Zet kembali ke rumahnya di desa Domure.
Ia segera membantu Ibunya menyiapkan makan malam. Sambil menunggu sang Ayah keluar dari bangunan bercerobong tua itu.
Setelah makan malam yang hangat dan damai,
"Zet, besok ya" Ujar Ayahnya, Hermes memastikan.
"Iya, aku tidak sabar"
Beberapa hari lalu Zet yang sudah menginjak usia 15 tahun, akhirnya mendapat rekomendasi dari sekolah umum Kota Murecraf untuk ikut ujian masuk Akademi Forestia.
Meski bocah ini sering berbuat senaknya, ia merupakan salah satu lulusan terbaik, sekolah tersebut.
"Apa barang barangmu sudah siap, nak?"
"Tenang Bu, aku sudah amat siap." Zet mencoba meyakinkan Ibunya, Juvia yang nampak khawatir.
Sang ayah nampak ingin mengatakan sesuatu, sambil memandangi anak semata wayangnya itu, begini Zet,
Pasangan Ayah dan Ibu itu mulai bercerita, tentang awal mula anaknya itu. Tentang bagaimana mereka menemukan Zet di depan rumah mereka 15 tahun lalu, dan tentang sebuah kunci yang harus mereka berikan.
Sementara Zet tidaklah terkejut, ia hanya menikmati cerita kedua orang tua yang telah membesarkannya itu. Sesekali ia menarik nafas panjang, dan memberikan kain untuk mengusap air mata ibunya.
"Begini, aku sudah tau bahwa kalian bukan orang tua kandungku," Harmes dan Juvia sedikit terkejut, "jelas saja, rambut putihku tidak mungkin dari kalian," lanjutnya.
Perbincangan keluarga kecil ini sesekali dingin dan kembali hangat, ditemani lentera yang terkena semilir angin malam yang menerobos dinding kayu rumah mereka.
"Namun jangan khawatir, bagiku kalian adalah orang tuaku. Siapa pun orang tua kandungku, aku tidak begitu tertarik," Zet menatap mereka, "yang aku pahami adalah kalian yang telah membesarkan anak nakal ini menjadi berguna"
Ucapan Zet membuat pasangan suami istri itu lega, ternyata mereka benar benar memiliki seorang anak.
Kemudian sedikit membuat khawatir di dada mereka luntur, lantaran besok anak mereka ini akan berangkat ke Ibukota Camelot.
***