Chereads / THE BELOVED ONE / Chapter 6 - MAKAN MALAM

Chapter 6 - MAKAN MALAM

"Nyonya." mbok minah tergopoh-gopoh datang menghampiri Nyonya nya Elina.

"Maaf Nyonya, Den Bagas bilang untuk menunggu sebentar." kata mbok minah, sembari menyiapkan beberapa menu makanan di meja makan.

Bu Elina nampak sedih sangat terlihat di wajahnya, dia berharap Bagas bisa hadir untuk makan malam dengan Nicky.

Melihat itu Nicky mencoba menghibur Bu Elina.

Di belainya punggung tangan Bu Elina penuh kelembutan.

"Sabar ya bu."

Bu Elina mengangguk lemah membalas belain Nicky dan mencoba tersenyum walau berat.

"Nyonya Den Bagas sudah datang." Mbok minah mengejutkan keheningan.

Serentak Nicky dan Bu Elina menoleh ke belakang.

Nicky sangat terkejut, tiba-tiba jantung Nicky berdegup kencang tanpa dia minta.

Selain Nicky yang terkejut, Bagas tak kala terkejutnya saat melihat Nicky.

Bagas teringat di mana seorang wanita yang sudah membantunya mengambil buku dan seorang wanita pertama kali yang berani menasihatinya soal kesopanan.

Bu elina berdiri menghampiri Bagas, dan mendorong kursi rodanya membawanya ke tempat meja makan.

Di meja makan Nicky masih shock melihat Bagas, pandangannya tidak berkedip.

Baru sadar saat Bu Elina memanggil namanya.

"Nak nicky, kenalkan ini anak Ibu...Bagas namanya." ucap Bu Elina dengan tersenyum.

Nicky segera mengulurkan tangannya ke arah tangan Bagas, Bagas menerimanya dengan berat hati.

"Nicky." Nicky berusaha menyunggingkan bibirnya.

"Bagas." balas bagas singkat dan sesegera manarik tangannya.

"Ayo mari kita makan." Bu Elina memecah kesunyian antara Nicky dan Bagas.

"Ya bu." tanpa di minta Nicky mengambil piring dan meletakkan di depan bu Elina dan satu piring di letakkannya di depan Bagas.

"Biar ibu ambil sendiri Nak." Bu elina mencegah Nicky saat mau ambil nasi.

"Tolong bisa di ambilkan punya Bagas saja Nak." lanjut Bu Elina penuh harap.

Nicky tidak kuasa menolak, di ambilnya nasi sedikit dan di letakkannya di piring Bagas.

"Hemmm Ikannya mau yang mana?" Nicky menatap Bagas.

"Ayam goreng saja dan tumis sayur Nak." yang menjawab Bu Elina.

Mendengar Bu Elina yang menjawab Nicky sekilas menoleh ke bagas lagi dengan sorotan geram.

"Tidak punya mulut kali." batin Nicky.

Di ambilnya ayam goreng dan tumis sayur bergantian dan di letakkannya di piring Bagas. Dia sendiri mengambil Kare ayam menu kesukaannya.

Selang beberapa menit makan malam itu terasa hening tanpa ada pembicaraan yang banyak, hanya sesekali Bu Elina tanya ke Nicky atau ke Bagas dan Bagas membalasnya dengan tanpa senyum.

Bagas mendorong piringnya pelan ke depan kemudian menoleh ke Mamanya mencoba memutar kursi rodanya untuk kembali ke kamar.

"Ma...Bagas balik ke kamar ya, masih ada kerjaan yang harus aku selesaikan." ucap Bagas dengan suara datar.

Bu elina segera berdiri dan memutar kembali kursi roda Bagas menghadap ke arahnya

"Jangan pergi dulu Nak, berbincanglah dulu dengan Nak Nicky, dia sudah meluangkan waktunya untuk kita." Bu elina meminta penuh harap agar Bagas menuruti permintaannya.

"Baiklah." jawab Bagas singkat namun tetap dia tidak beranjak dari tempatnya.

"Nak nicky, bisa minta tolong untuk membawa Bagas ke ruang tamu? Ibu akan ke dapur sebentar." ucap Bu Elina pergi ke dapur.

"Baik bu." sekali lagi Nicky tidak bisa menolak perintah Bu Elina.

Nicky menghampiri Bagas di kursi rodanya. Keduanya tangan Bagas bertautan, dengan ke dua sikunya di pinggir kursi roda, matanya melirik sebentar saat Nicky mengambil alih pegangan kursi rodanya dari tangan Bu Elina. Dengan pelan Nicky memutar kursi roda Bagai dan mendorongnya menuju ke ruang tamu.

Nicky menghentikan langkahnya melepaskan pegangannya, kemudian menghadap tepat di wajah Bagas.

Dia tidak akan perduli Bagas suka atau tidak dengan sikapnya ini, yang jelas dia melakukannya demi Bu Elina.

"Kamu tahu, Bu elina ada orang kedua yang sangat baik padaku setelah sahabatku Hana, dan Ibu Elina orang pertama yang telah menganggap aku putrinya, selain kedua orang tuaku, Aku tidak ingin mengecawakan Ibu Elina, untuk itu bekerja samalah denganku, mari kita berteman agar Bu Elina senang, Kamu tidak ingin Bu Elina bersedihkan?" Nicky menjelaskan panjang lebar, matanya masih tak lepas menatap Bagas dengan berani. Bagas terdiam, seakan matanya terkunci diapun tak sadar membalas tatapan Nicky dengan mata berkabut.

Kenapa kata-kata seakan menghipnotis dirinya. Biasanya dia tidak akan pernah perduli kata orang sejak hatinya tersakit satu tahun yang lalu.

Dengan perasaan berat akhirnya Bagas menganggukan kepalanya pertanda dia setuju dengan tawaran Nicky.

"Bagus...trimakasih." Nicky berdiri menepuk-nepuk bahu ringkih Bagas.

"Hemmm...apakah kamu mau duduk di kursi atau tetap di kursimu ini," Nicky menawarkan Bagas untuk duduk di mana.

"Aku duduk di sini saja." balas Bagas singkat saat dia sudah mulai tersadar dari hipnotis kata-kata Nicky.

Bu Elina yang dari tadi sebenarnya sudah kembali menyembunyikan diri di balik pintu, sangat bahagia melihat Nicky yang berupaya mengajak Bagas untuk berteman.

Dalam hati Bu elina berharap Nicky bisa mengembalikan Bagas seperti dulu sosok laki2 yang selalu penuh perhatian.

"Nak Nicky." Bu Elina keluar dari balik pintu dengan membawa sekotak kue buatannya dan menyerahkan pada Nicky.

"Trimalah ini nak...untuk camilan di rumah, ini buatan ibu sendiri." ucap Bu Elina dengan tersenyum.

Nicky menerimanya dengan sangat terharu.

"Trimakasih Bu...saya juga mohon diri karena sudah malam." ujar Nicky sekalian pamit.

"Nak." panggil Bu Elina sebelum Nicky beranjak pergi.

Bu Elina memeluknya terisak lirih suaranya tersendat.

"Ibu mohon Nak, kalo tidak keberatan mulai sekarang panggilah ibu Mama."

Kata-kata ibu Elina menembus relung hati Nicky. Mata Nicky berkaca-kaca di peluknya erat Bu elina seakan ingin merengkuhnya tanpa batas, ikatan batin yang erat ini yang sudah di rasakan Nicky saat bertemu dengan Ibu Elina pertama kali, dan ternyata itu benar adanya.

"Nak...panggil ibu Mama ya." Mata Ibu elina menatap penuh harap ke dalam wajah Nicky. Bu Elina masih menunggu jawaban dari bibir Nicky.

"Baiklah bu...Mama." suara nicky parau menahan gejolak bahagia yang dirasakannya. Bagas yang melihat pemandangan itu, hatinya yang paling dalam mulai tersentuh, dia tidak percaya dengan apa yang di lakukan Mamanya terhadap seorang Nicky, kenapa begitu terlihat kasih sayang Mamanya pada Nicky, padahal selama ini banyak wanita-wanita yang dekat dengan Mamanya bahkan bermanis-manis kata, bahkan rela menjilat dan memberikan hadiah-hadiah mewah untuk menarik perhatian Mamanya. Namun tidak ada satupun yang menarik kasih sayang dari Mamanya Elina.

"Ma...Nicky mohon pamit ya." Nicky mencium punggung tangan Mama Elina.

"Ya sayang hati-hati ya...apa perlu di antar Pak parman?" Mama elina menawarkan pak Parman penjaga depan rumah.

"Tidak usah Ma...kan dekat tidak ada satu menit." Nicky berusaha bercanda.

Tatapan Nicky beralih ke Bagas.

"Aku pulang dulu ya...ingat dengan kata-kataku tadi mulai sekarang kita berteman." tangan Nicky meraih tangan Bagas dan mengenggamnya erat.

Spontan hati Bagas terkejut dengan genggaman Nicky yang tiba-tiba.

Dan anehnya dia tidak berusaha menarik tangannya dan malah membiarkannya.

"Gas." panggil Nicky.

"Dengar tidak apa yang aku bilang." Nicky mempererat genggamanya menunggu jawaban Bagas.

"Yah...aku ingat, lepaskan tanganmu...sakit sekali tahu." suara Bagas yang parau dan terkesan ketus membuat Nicky tersenyum lebar.

"Hehehe...aku tidak akan melepaskannya, toh tanganmu juga tidak mau terlepas." kerling mata Nicky menggoda dan melirik Mama Elina sambil mengedipkan mata sebelah. Terlihat Bagas jadi salah tingkah dengam sikap Nicky yang tidak takut padanya.

Elina sangat bahagia melihat ketulusan Nicky yang berusaha untuk mengambil perhatian Bagas.

"Moga berhasil Nak." bisik Elina di telinga Nicky.

"Aamiin...semoga Ma." Nicky membalasnya berbisik pula.