...Gelap, gelap sekali. Apa aku masih tidak sadarkan diri? Aku pun mulai mencoba membuka mataku dengan benar. Yang tertampak di mataku hanyalah plafon berwarna abu-abu, namun tampak kotor. Aku terbaring lemah dan aku sudah mengetahui bahwa aku tidak berada di kawasan manusia, melainkan kawasan vampir.
Ketika badanku sudah terasa ringan, aku bangkit dari baringku. Sesuai dugaanku, aku berada di sebuah penjara.
TAP TAP TAP
Penjara yang biasanya memiliki suasana sepi, terdengar suara langkah kaki. Suara langkah kaki itu makin terdengar keras yang berarti makin mendekat.
Aku langsung berbaring lagi agar terlihat masih tidak sadarkan diri.
Namun suara langkah kaki itu terhenti. Kemungkinan pemilik suara langkah kaki tersebut sudah berada di depan sel yang kutempati. Aku mengira hanya satu orang yang datang, ternyata ada dua orang. Mereka memakai seragam militer putih milik vampir ketika kulirik.
Mereka berbincang-bincang, namun aku hanya bisa menangkap sedikit percakapan mereka. Sepertinya mereka membicarakan tentang 'Darah Suci'.
"Apa benar, ini 'Darah Suci' yang dicari?"
"Tentu saja. Tadi aku sudah mencicipinya sedikit."
'Mencicipinya sedikit'? Maksudnya darahku? Selagi mereka tidak mengawasiku, aku meraba sekitar leherku dengan pelan. Ternyata benar, di sebelah kanan tengkukku, terdapat luka yang dihasilkan dari gigitan vampir. Setelah menyadarinya, beks gigitan itu makin terasa nyeri.
Vampir yang bertanya itu tampak terkejut sekali, sekilas yang aku lihat.
"Apa yang kau lakukan? 'Darah Suci' hanya boleh dihisap oleh vampir yang mengontraknya sesuai ketentuan Para Petinggi."
"Oh ya? Aku baru tahu." Vampir itu masih saja cengar-cengir seolah tidak punya dosa besar yang telah dilakukannya.
Aku masih memegang tengkukku. Rasanya lebih nyeri dibanding tadi. Aku tidak yakin jika vampir itu mencicip sedikit. Buktinya gigitan itu dalam sekali.
Seketika kilat lewat, sedang menyambar sesuatu. Sekujur tubuhku langsung merinding. Bersamaan itu, aku mendengar suara petir menyambar dari tanah, lalu diikuti suara orang menjerit kesakitan.
"Akh!"
Aku bisa mengetahui siapa yang tersambar. Vampir yang menghisap darahku tanpa izin pastinya. Mungkin itulah karma untuknya. Namun aku tidak tahu siapa yang melakukannya, yang pasti bukan manusia.
"Sudah berani ya, tidak menaati perintahku." Suaranya terdengar berat dan semakin mendekat, begitu pun dengan suara langkahnya.
TLANG!
Jeruji besi yang membatasi selku patah dalam sekali gerakan tangan, sehingga sel yang kutempati terbuka lebar. Firasatku mengatakan bahwa vampir itu sudah berada di dalam sel. Jantungku berdetak dengan cepat, serasa ingin lepas dan itu terjadi ketika vampir tersebut menarik rambutku secara paksa.
Vampir tersebut berjongkok. Tangannya masih menarik rambutku. Aku membuka mataku perlahan-lahan untuk melihat sosok vampir yang menarik rambutku. Belum sempat mataku terbuka lebar, mataku sudah terbelalak. Wajahnya hanya berjarak beberapa senti dengan wajahku!
"Kau masih terlihat cantik ya, meski sedang ketakutan, 'Darah Suci'ku." Ucapannya sedikit menjijikkan bagiku, namun matanya terlihat ingin memangsaku.
Aku semakin meringis kesakitan, karena rambutku ditarik makin kencang. Tak lama, ia melepaskan rambutku dengan keras.
"Namaku Trax Vans. Meskipun aku bukan Leluhur, aku adalah Pemimpin Umat Vampir. Jadi berterimakasihlah kepadaku yang mendapatkanku." Vampir yang mengaku namanya Trax Vans membentangkan tangannya.
Aku hanya menatapnya dengan heran. Biasanya jika vampir bertemu dengan manusia, pasti langsung menghisap darahku tanpa ragu. Namun kali ini beda.
Dari awal sampai sekarang, aku merasa keanehan di diriku. Aku pun memberanikan diri bertanya kepada Trax.
"A...Anu, aku ingin bertanya. Siapa aku ini? Kenapa para vampir mengincarku?"
Dua pertanyaanku membuat Trax tertawa kecil. "Kau tidak tahu siapa dirimu? Baiklah. Sebagai Pemimpin Umat Vampir, aku akan menjelaskan semuanya dengan kebenaran." Trax berdeham pelan. "Putri Keluarga Bangsawan kami yang dicuriga 'Darah Suci' menghilang 5 hari yang lalu. Apa kau tahu 'Darah Suci'?", tanya Trax kepadaku.
Aku menggelengkan kepala yang dari awal memang tidak paham tentang 'Darahh Suci'.
"Manusia yang memiliki darah suci akan selalu diincar oleh vampir, karena darah sucinya bisa menyembuhkan vampir yang dikutuk. Dan 'Darah Suci' tersebut adalah..." Trax berhenti sejenak dan sebenarnya aku bakal menduga jawabannya. "Kau, Hyuga Arisu... Bukan, Alice."
Aku berpikir bahwa itu adalah lelucon, namun sekujur tubuhku masih terasa merinding yang bisa diartikan jawabannya memang benar. Tubuhku yang ingin kabur tidak bisa bergerak saking lemasnya.
Trax menyadari perubahan ekspresiku. Ia pun mengulurkan tangan tepat di depan wajahku dengan badan sedikit membungkuk.
"Nah, ikutlah denganku. Aku akan mengikat kontrak denganmu untuk menjadi lebih baik."
Senyumannya membuatku bergidik. Tawarannya mungkin saja punya niat buruk, menurutku. Namun, apa yang harus kupilih, menerima atau menolak ajakannya?
Aku sangat lama memikirkan jawabannya dan Trax tidak bisa menunggu selama itu. Kesabarannya yang habis tertumpahkan menjadi memaksaku langsung.
"Jangan buang-buang waktu hanya untuk memikirkan jawaban! Cukup jawab iya!", marah Trax dengan suara keras. Belum satu detik, Trax baru sadar bahwa ia kelepasan marah kepada orang yang diharapkannya.
Tentu saja aku sangat terkejut. Sudah kelihatan jelas, sepertinya di balik tawarannya ada niat buruk yang bisa melibatkan aku jauh lebih dalam. Aku harus lekas kabur darinya, namun tidak bisa. Di dalam hatiku, aku berharap ada seseorang datang menolongku. Tidak apa-apa bukan Rei.
Ketika Trax berusaha meraih tanganku yang bergemetaran menekan lantai, pemandangan sekitarku berubah menjadi pohon-pohon yang berjejer tidak rapi entah sampai mana, menjulang tinggi. Perkiraanku saat ini sudah malam dan berada di hutan yang tak jauh dari tempat tadi. Aku sempat lega karena lolos, namun satu pertanyaan muncul di dalam benakku. Kalau ini memang sihir, siapa yang melakukannya?
Ketakutanku bukannya semakin memudar, malah bertambah. Tak ada penerangan sama sekali, bahkan aku tak bisa melihat ujung hutan ini. Dari sisi lain, aku mendengar raungan hewan buas. Bulu kudukku pun merinding. Tanpa kusadari, aku mundur satu langkah. Namun satu batu kecil menyentuh tumit kakiku, yang membuat tubuhku tidak seimbang.
...Lho, tidak sakit? Tubuhku tidak terasa bertubrukan dengan tanah. Yang kurasakan hanyalah tubuhku menimpa tubuh seseorang yang tingginya tak jauh dariku dan lengan atasku digenggam erat olehnya agar aku tak terlalu menimpa berat. Dalam hatiku, aku sangat bersyukur karena tidak terjatuh ke tanah yang membuat kepalaku terbentur keras hingga sakit.
Ada satu hal yang tidak kumengerti sekarang. Ini adalah kawasan vampir, terus siapa yang kutimpa ini? Setelah hal ini kusadari, aku segera melepaskan diri darinya dengan buru-buru.
"Yah... Kenapa kau sudah sadar sekarang? Padahal aku tidak akan mengambil darahmu."
Vampir laki-laki yang baru saja bangkit mengacak rambutnya yang berwarna pirang. Sosok yang kuhadapi sekarang sangat tidak asing bagiku. Aku seperti merasa pernah bertemu dengannya di suatu tempat beberapa hari lalu. Depan toko roti? Depan gerbang sekolah? Ah, aku ingat! Keduanya benar. Jadi selama ini dia mengawasiku? Mungkin itulah alasan waktu itu dia tidak menyerangku.
Tak ada rasa ketakutan yang menghantui diriku. Aku malah ingin berterimakasih kepadanya karena telah menyelamatkanku dari Pemimpin Umat Vampir.
Selagi vampir itu menepuk pundaknya yang penuh dengan debu, aku memberanikan diri untuk mengeluarkan suara meski terdengar terbata-bata.
"Wa... waktu itu, kau sudah tahu bahwa aku dalam bahaya kan?"
"Ya, begitulah", jawab vampir tersebut singkat yang mengacuhkan tatapanku.
Meskipun begitu, aku tidak peduli dia cuek atau tidak. Aku masih melanjutkan percakapan kami.
"Sebenarnya aku masih bingung dengan diriku. Kenapa aku disebut 'Darah Suci'? Padahal selama ini aku tidak merasakan ada sesuatu yang istimewa di dalam diriku." Aku sedikit menunduk karena keadaan yang mencekam.
Alhasil, vampir itu akhirnya menatapku. Dari wajahnya, terlihat dia mulai tertarik dengan pembicaraan ini.
"Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, aku akan memperkenalkan diriku dulu. Namaku Rogue Luc, vampir dari keluarga bangsawan yang merupakan Leluhur Kelima". Wajahnya masih tampak datar.
Aku terkejut adalah hal yang wajar, karena vampir yang sedang kuhadapi adalah vampir yang memiliki kedudukan sebagai Leluhur Kelima.
Mata kami saling beradu pandang. Sekilas yang aku lihat, Rogue sangat dingin dan sama sekali tidak ingin berinteraksi denganku kecuali aku yang memulainya duluan.
"Dan kau, Alice..."
"Eh? Aku?" Aku menunjuk diri sendiri dengan wajah penuh kebingungan. 'Alice' adalah hal yang paling janggal ketika aku berada di kawasan vampir.
Rogue membungkukkan badan dengan telapak tangan di atas dada. "Akulah yang bertugas melindungimu selama disini. Maka itu, ikatlah kontrak denganku."
'Melindungiku'? 'Mengontrakku'? Aku saja belum mengerti tentang 'Darah Suci', tiba-tiba hal yang tak terduga datang lagi! Apakah ini artinya aku harus menjalani kehidupan di kawasan dimana penghuninya haus darah?