Chereads / Kouri no Kioku (Ice Memories) / Chapter 8 - Military Council of Sterlen - Part 2

Chapter 8 - Military Council of Sterlen - Part 2

Jam sudah menunjukkan setengah satu lewat. Sang Kepala Dewan Kemiliteran Sterlen masih tak kunjung muncul bersama bawahannya. Keterlambatanku dan Emile hanyalah semata keberuntungan sesaat. Belum tahu pengumuman nanti akan seperti apa.

Datang awal aataupun telat percuma. Ternyata auditorium yang luas ini belum terisi penuh. Ketika kami menginjak auditorium ini, baru para militer lain datang berbondong-bondong. Auditorium pun dipenuhi lautan para militer vampir, tak ada celah sedikitpun antar satu sama lain.

Tempat kami berdua berdiri tidak begitu mencolok, di ujung belakang kiri. Ini kemauanku dan harus memaksa Emile, karena aku tidak mau sosokku terlihat oleh si pembicara di depan nanti.

"Hei, Alice. Kenapa kau memilih tempat di belakang? Di depan kan jauh lebih baik, bisa mendengar jelas pengumuman Kepala Pemimpin", tanya Emile yang berdiri di sebelahku. Dari nada bicaranya, dia agak kesal dengan sikap memaksaku sampai tidak ingin melihatku.

Tak bisa kubalas dengan ekspresi ataupun kata-kata. Kika memberitahu alasanku memaksanya ke belakang, sama saja aku mengatakan diriku adalah 'Darah Suci'. Seandainya saja Emile tidak mengincar 'Darah Suci', apakah aku bisa mengatakan identitasku yang sebenarnya kepadanya langsung? Menurutku itu akan terjadi jika aku tidak pernah bertemu dengan Rogue.

Suara hentakan kaki keras di atas podium membuat suasana hening dalam sekejap dan seluruh mata tertuju ke depan, dimana suara itu berasal. Di depan sana, tepatnya di atas podium, sudah ada vampir berjubah putih dan berambut biru berdiri. Kearoganannya sebagai Kepala Dewan Kemiliteran Sterlen tertampak jelas di wajahnya dan mungkin hanya akulah yang memperhatikan sedetail itu.

Aku penasaran dengan reaksi militer lain terhadap Zeke yang sombong itu. Vampir pertama yang kuperhatikan tentunya vampir di sebelahku, Emile. Bola matanya memancarkan cahaya hijau yang hanya tertuju ke panggung itu, seolah tidak ada sesuatu yang bisa membuatnya teralihkan selain dari vampir yan berdiri di atas podium. Begitu juga dengan yang lain, seperti Emile. Diantara para militer, hanya akulah yang tampak waspada.

Jika reaksi para militer terhadap Zeke seperti itu, bagaimana reaksi mereka terhadap vampir-vampir di atasnya, Leluhur Terbesar? Atau mungkin hanya pengecualian, Rogue tidak pernah dihormati seperti itu.

Sebelum memulai acara pembukaan yang menegangkan ini, Zeke berdeham keras, sehingga seisi ruangan menggema.

"Terimakasih atas kedatangan kalian semua. Saya Zeke Milles sebagai Kepala Dewan Kemiliteran Sterlen akan langsung memberikan seluruh informasi yang kami punya tanpa terkecuali, karena informasi-informasi ini sangatlah penting." Zeke memicingkan mata. Dia tampak serius di mataku, firasat burukku pun sampai melewati batas.

Kata 'informasi' membuat para militer bertanya-tanya satu sama lain. Emile mengatakan, jika Dewan Kemiliteran Sterlen memberikan informasi, informasi itulah yang sama sekali belum diketahui oleh vampir-vampir yang akan mendengarnya. Aku malah semakin merasa gelisah, karena Zeke sengaja tidak mempercepat mengatakan informasi yang sebenarnya.

Zeke mengacungkan jari telunjuk yang berarti 'yang pertama'. "Informasi pertama, kami akan kembali menguasai sekolah ini. Dua minggu yang lalu, ketika kalian ditugaskan ke kawasan manusia, kota Drimsville, pertahanan kalian menurun drastis. Maka itu, kami kembali kesini untuk meningkatkan kualitas militer kalian."

Aku lega mendengar informasi pertama, namun itu hanya sementara. Selanjutnya adalah informasi kedua...

Zeke mengacungkan jari satu lagi, jari tengah. Sesaat aku merinding ketika Zeke menunjukkan senyuman miring.

"Informasi kedua..." Zeke sengaja berhenti berbicara seakan informasi yang belum keluar itu paling penting. Sebelum melanjutkan bicara, ia membuang napas. "Mungkin yang kedua akan membuat kalian sangat terkejut, karena ini benar-benar tujuan utama umat vampir. Salah satu dari kalian... ada 'Darah Suci'!" Zeke tampak kejam di bagian menekankan suara di kalimat terakhir.

Bagaikan 100 pisau menusuk jantungku secara beruntun. Kegelisahanku yang daritadi kupendam telah diungkapkan dengan terang-terangan. Tanpa kusadari, aku mengeluarkan keringat dingin dimulai dari pelipis.

"'Darah Suci'...."

Suara lirih dengan dua kata tabu bagiku berasal dari sebelahku. Partnerku, barusan saja aku mengalihkan pandangan darinya. Tadi dan sekarang membuat ekspresinya berubah drastis, dari penasaran menjadi terkejut.

"Emile, sepertinya itu tidak benar..." Demi identitasku, aku berusaha menyangkalnya meski itu mustahil.

Malahan aku mendapatkan balasan yang tak terduga. "Itu benar! Apakah kau tidak percaya Dewan Kemiliteran Sterlen sebagai militer?" Emile membantahku sangat keras. Mungkin dari awal dia juga sudah curiga, bahwa 'Darah Suci' ada disini.

Itulah akhir dari acara pembukaan hari ini, ditandai dengan jentikan jari Zeke dan seruan jawaban dari para penonton. Hanya pidato sesingkat itu, Zeke bisa mempengaruhi sebanyak vampir di auditorium ini? Tak dapat dipercaya, semudah itu mereka langsung percaya dan mengikuti pihak Zeke.

Setelah itu, diakhiri dengan permintaan maaf dan dia pun turun dari panggung dengan wajah memuaskan. Diantara mereka, ada yang masih mengobrol disini dan ada juga yang sudah membubarkan diri.

Auditorium menjadi sepi. Hanya beberapa militer di depan sana dan kami berdua, aku dan Emile saja yang berada di belakang. Tak ada satupun dari kami yang ingin mengeluarkan suara. Pemikiran kami memang berbeda, namun intinya sama, 'Darah Suci'. Pada akhirnya, akulah yang harus berbicara dahulu.

"Emile, apa kau benar-benar ingin mencari 'Darah Suci'?" Aku tidak berani menatap langsung kedua matanya.

"Iya." Emile menjawab tanpa jeda. "Mencari 'Darah Suci' memang tidak mudah. Meski begitu, aku takkan menyerah secepat itu. Aku tidak peduli jika 'Darah Suci' itu dekat denganku atau tidak."Emile menatapku dengan penuh percaya diri.

Jawaban Emile cukup menenangkan hatiku. Selama setengah jam di situasi yang mencekam tanpa tersenyum, aku baru bisa tersenyum sekian lamanya meski hanya kecil. Untuk saat ini mungkin itulah yang terbaik. Suatu saat, identitasku pasti terbongkar, entah cepat atau lambat.

*****

'Darah Suci', manusia yang memiliki darah yang sangat langka bagi manusia dan vampir. Kehadirannya bisa membuat dua kubu berperang. Begitulah yang tertulis di kitab.

Baru saja, Kepala Dewan Kemiliteran Sterlen mengatakan keberadaan 'Darah Suci' secara terang-terangan. Ternyata ada informasi yang berbeda dengan itu. Dua minggu yang lalu, tepat ketika Alice tertangkap dan dikurung di sel, Alice bertemu dengan sang Pemimpin Kaum Vampir, Trax Vans.

Trax mengatakan seolah Alice ada dua. 5 hari sebelum hari natal, Putri Vampir Bangsawan dari keluarga Lunariant, keluarga bangsawan kelas atas yang paling dihormati, menghilang dengan alasan identitasnya ketahuan sebagai 'Darah Suci'. Bukankah aneh, jika pada saat itu Alice masih ada di kawasan manusia, kota Drimsville?

Oleh karena itu, Rogue akan mencari semua kebenaran dari itu. Pertama-tama, dia akan berdiskusi dengan Dewan Kemiliteran Sterlen. Asal dengan Leluhur Terbesar, mereka pasti akan membuka mulut tentang apapun.

Rogue berdiri lama di depan pintu ruang Dewan Kemiliteran Sterlen. Dia membuang napas bekali-kali, belum siap dengan kenyataan yang akan terjadi nanti. Setelah hatinya merasa siap, dia mengetuk pintu terlebih dahulu, lalu memutar kenop pintu serta mendorong pintu.

Pintu baru setengah terbuka memperlihatkan setengah tubuh Rogue, langsung disambut suara khas Kepala Dewan Kemiliteran Sterlen.

"Selamat datang. Kami telah menunggu anda, Leluhur Kelima."

Ketika pintu lebar-lebar langsung dapat melihat meja kerja dan kursi putar, dimana Zeke mendudukinya. Dua bawahannya berdiri di sisi kanan dan kiri meja, layaknya sebagai bawahan.

Bawahan Zeke juga merupakan anggota Dewan Kemiliteran Sterlen. Dengan arti lain, mereka juga berkuasa di Sterlen Boarding School setelah Zeke. Rou Clive dan Lana Ilser, nama mereka disebut Zeke satu-persatu.

Butuh lima langkah untuk sampai tepat di depan meja kerja Zeke. Zeke bertopang dagu dengan wajah layaknya bos, sedangkan Rou dan Lana menatap tajam Rogue sejak awal dia masuk. Seperti suasana di ruang rapat Leluhur Terbesar, menurut Rogue.

"Zeke, dengarkan aku. Jika kau tahu sesuatu, jangan kau sembunyikan. Kau tahu kan, apa yang terjadi jika kalian menyembunyikan sesuatu dari Leluhur Terbesar?"

Zeke hanya tertawa mendengus serta membalas, "Kami memang harus memberitahu anda yang kami ketahui. Namun ada satu hal yang tidak boleh diketahui anda, karena ini adalah kesepakatan Leluhur Terbesar kecuali anda." Ia tersenyum miring makin lebar. "Tentang Alice sang 'Darah Suci' dan juga--"

"Jangan katakan di depanku!" Tiba-tiba saja emosi di wajah Rogue tidak terkendalikan. Dia sampai terengah-engah dan mengeluarkan keringat banyak.

Melihat sikap Rogue seperti itu, Zeke tertawa mendengus lagi. "Kau itu sensitif sekali dengan kata 'Alice' ya. Jadi, maaf ya, kita tidak mungkin bisa berdiskusi." Ia menolak dengan mengibaskan tangan yang tadinya dipakai untuk menopang dagu.

Kemarahan Rogue pun reda. Zeke menolak tawaran Rogue. Maka Rogue membalikkan badan mengarah pintu masuk.

"Ya, itu lebih baik... Mungkin...", gumamnya pelan.

Satu langkah terhenti, teringat pidato tadi siang. Bagi Rogue, Zeke sengaja melakukannya atas perintah vampir di atasnya...

"Zeke, apa Trax yang memberimu perintah menangkap Alice waktu itu?"

Rogue tidak penasaran dengan reaksi Zeke, dia hanya menginginkan jawaban darinya.

Zeke memberi jeda sejak Rogue bertanya. Dia menjawab di luar dugaan Rogue.

"Waktu itu? Dua minggu lalu ya. Bukan, lebih tepatnya... Leluhur Kedua."

Mendengar kata 'Leluhur Kedua', Rogue sangat terkejut. Vampir yang mengabulkan permintaannya... Ternyata sekarang ingin menghancurkan permintaan itu! Rogue hanya bisa menggeram dan menggenggam tangan seerat-eratnya, tidak perlu menunjukkan keterkejutannya secara berlebihan.

"Begitu ya..."

Tanpa ada rasa hormat terhadap Dewan Kemiliteran Sterlen, Rogue keluar dari ruangan itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia berjalan semakin cepat di sepanjang lorong lantai tiga gedung markas pelatihan. Langkahnya terhenti ketika telah menginjak satu anak tangga untuk turun.

--Tak ada satupun yang bisa kupercayai sekarang. Apa yang harus kulakukan setelah ini? Jika begini terus, Alice...

Langkah selanjutnya untuk mencari kebenaran dari perkataan Trax tidak bisa dilanjutkan. Kemana saja pun percuma, Leluhur Terbessar dan keluarga bangsawan akan selalu menyembunyikan rahasia darinya. Pada akhirnya, hanya ada penyesalan.

--Waktu itu, kenapa aku tidak bisa menyelamatkannya? Seandainya itu terjadi, aku takkan pernah memohon kepada Leluhur Kedua.

Sayangnya, penyesalan tidak bisa membuat semuanya kembali kepadanya.

*****

Tidak kusadari, hari sudah malam. Aku menunggu Rogue di tepi kolam pancuran air dekat gedung asrama laki-laki sejak sore ketika matahari berada di ufuk barat, namun Rogue masih tak kunjung pulang ke asrama.

Sebenarnya tidak ada yang ingin kubicarakan, hanya saja aku khawatir dengannya. Aku tahu, tidak boleh meremehkan Leluhur Terbesar, namun dia bilang harus berurusan dengan Dewan Kemiliteran Sterlen agar bisa saling bekerjasama. Terus bagaimana hasilnya?

Waktuku terbuang hanya untuk menunggu kepulangan Rogue. Aku masih memakai seragam militer, berarti aku belum pulang ke asrama. Namun aku baru menyadarinya. Untuk apa aku menunggunya? Apa hanya sekedar untuk mencari tahu rasa khawatirku? Kurasa bukan hanya untuk itu. Pasti ada sesuatu yang belum kuketahui itu harus kuketahui sekarang juga.

Di tengah kesunyian malam hanya terdengar langkah kaki mendekat gedung asrama laki-laki. Mataku langsung tertuju ke asal suara langkah kaki tersebut. Disana hanya ada kegelapan yang menutupi seluruh jalan yang menuju kesini. Satu lampu penerang jalan ke lampu yang lain berjarak cukup jauh. Perlahan, kegelapan itu mengeluarkan sosok vampir yang dimulai dari kaki.

Laki-laki berpakaian militer khusus vampir bangsawan menunduk terus selama berjalan ke arah gedung asrama laki-laki. Sepertinya ia tidak menyadari kehadiranku.

"Alice?"

Ia berhenti melangkah tepat di depan kolam pancuran air, tak jauh dariku. Lelaki berambut pirang yang kukenal memanggilku dengan suara serak. Dia masih menunduk seakan tidak berani menatap wajahku.

Dengan segera, aku berdiri dan menghampirinya. Kekhawatiranku tidak boleh terlihat, itu sangat memalukan di depan Rogue.

"Rogue, maaf, aku keluar dari asrama tanpa seizinmu. Tapi aku benar-benar--"

Rogue menyelaku dengan cepat dan suaranya kali ini makin terdengar serak.

"Aku... gagal."

--Yah, aku tidak begitu terkejut sih. Selama ini aku tahu, Rogue dipandang rendah oleh leluhur lain. Karena itu, pasti tidak ada yang mau bekerjasama dengannya, apalagi Dewan Kemiliteran Sterlen yang punya koneksi dengan Leluhur Terbesar.

Keadaan Rogue menjadi tenang setelah duduk di tepi kolam pancuran air bersamaku. Tanpa berbasa-basi, dia langsung mengatakan semua yang terjadi ketika di ruang Dewan Kemiliteran Sterlen.

Ternyata Rogue tidak terpuruk, dia hanya merasa letih akibat mengelilingi seluruh lantai gedung markas pelatihan untuk mencari sesuatu. Sesuatu itu mungkin penting bagi Rogue.

"Aku takkan pernah langsung menyerah. Sebenarnya niatku bukan untuk bekerjasama dengan mereka, aku hanya ingin tahu informasi yang mereka dapat dari Leluhur Terbesar. Itu semata untuk mengelabui mereka dan pada akhirnya, Leluhur Terbesar membuat keputusan seenaknya tanpaku." Seperti biasanya, Rogue berwajah datar sambil mendongak, menatap langit gelap ditaburi bintang dengan jumlah tak terhitung.

Saking tegangnya, aku baru menghela napas panjang setelah sikap Rogue kembali semula. Aku pun juga ikut mendongak ke atas, memandang langit yang sama.

Kami saling terdiam dalam waktu yang cukup lama. Di waktu yang lama itu, aku tidak sadar bahwa Rogue melirik ke arahku, seperti ingin mencari sesuatu dariku. Tak lama, ia mengganti pandangannya hanya sekedar pengalihan.

"Hei, Alice. Apa kau mengambil rosario di pedangmu yang tertinggal waktu itu?" Ia bertanya dengan pandangan masih fokus ke langit yang luas tanpa batas.

Rosario adalah benda kelemahan vampir. Aku mengambilnya waktu itu karena kukira rosario tersebut untukku. Kesan pertamaku ketika melihat rosario tersebut, tidak asing bagiku seakan aku pernah memilikinya.

"Iya, aku mengambilnya. Apa aku salah?" Aku bertanya balik sambil menoleh ragu ke sebelahku.

Rogue menurunkan kepala. "Kau tidak salah. Tenang saja." Lalu ia memutar kepala ke arahku. "Apa kau membawa rosario itu?"

Aku mengangguk pelan.

"Kalau begitu, tolong tunjukkan rosario itu kepadaku."

Sesuai pinta Rogue, aku mengambilnya. Biasanya rosario itu kukalungkan di leher ditutupi kemeja dalam seragamku agar tidak terlihat oleh vampir yang lain. Aku melepas pengikat kalung rosario tersebut.

"Rogue, ini yang kau maksud kan?" Aku memperlihatkan rosario itu dengan mengangkat tanganku.

"Iya," jawabnya singkat.

Setelah kutunjukkan ke Rogue, rosario itu tergeletak di telapak tanganku yang telanjang dan kutatap dalam-dalam benda tersebut. Benda ini memang aneh. Aku bisa merasakan segel sihirku terkumpul di dalamnya. Ini bukan rosario biasa. Rosario ini seperti dibuat oleh vampir yang sudah terlahir sejak lama sebelum terciptanya kawasan vampir.

"Rosario itu kuberikan kepadamu. Aku mendapatkannya dari Leluhur Pertama. Di dalamnya ada segel sihir Leluhur Pertama untuk melindungi 'Darah Suci'. Yah... Menurutku Leluhur Pertama yang paling berbeda dengan yang lain sih."

Mendengar penjelasan Rogue, mataku makin tidak henti melihat rosario berwarna perak itu. Leluhur Pertama adalah vampir pertama yang terlahir di dunia ini. Ialah yang mengatur kehidupan vampir. Aku tidak menyangka, Leluhur Pertama membuat rosario perak ini untuk 'Darah Suci'. Kukira semua Leluhur Terbesar itu kejam karena melihat perbuatan mereka terhadap Rogue.

"Segel sihir Leluhur Pertama... Rasanya aku ingin bertemu Leluhur Pertama sekarang juga. Aku sangat berterimakasih kepadanya."

Aku menatap dalam-dalam benda yang berada di telapak tanganku sambil senyum-senyum sendiri. Aku sampai tidak sadar bahwa Rogue menatap iri kepadaku. Ia pun mendecak kesal berkali-kali.

"Hei, ngomong-ngomong, di dalam rosario itu juga segel sihir dariku. Segel sihirku bisa mendeteksi keberadaanmu dan tahu apa yang kau bicarakan, tahu." Rogue mengatakannya dengan ketus. Itu pertamakalinya ia berwajah kesal dan mengalihkan pandangan dariku ketika berbicara.

'Tahu apa yang kubicarakan'? Berarti selama ini... Rogue mendengar percakapanku dengan Emile? Benar juga, waktu itu dia tidak tanya apa-apa setelah aku dan Emile pulang dari kafe. Percakapanku saat itu benar-benar memalukan. Bukan hanya saat itu, kapanpun yang aku bicarakan dengan Emile itu selau menyangkut tentang Rogue!

Alu langsung beranjak dalam sekejap. Saking malunya, aku tidak bisa menunjukkan wajahku yang kini memerah padam. Mulutku bergetar, begitu pun dengan suaraku yang akan keluar.

"Ke..."

Suaraku tidak terdengar seperti biasanya. Suara tidak jelas itu menarik perhatian Rogue. Ia mengangkat alis, penasaran apa yang ingin kukatakan.

Hampir saja Rogue terjatuh ke kolam akibat suaraku yang menggelegar mengagetkannya bersamaan berteriak kepadanya.

"Kenapa kau tidak bilang?!"

Aku memberontak ke Rogue. Tidak sengaja tubuhku terdorong ke Rogue sehingga aku kehilangan keseimbangan.

BYUR! Kami terjatuh ke kolam pancuran air bersamaan. Aku terbatuk-batuk akibat banyaknya air memasuki saluran pernapasanku. Rambutku basah dan berantakan, seragamku pun juga. Untungnya aku belum masuk ke asrama untuk mandi.

Aku baru ingat bahwa aku mendorong Rogue juga. Aku pun takut melihat keadaan vampir yang ingin kumarahi malah kudorong sampai ikut tercebur ke kolam pancuran air. Jarak kami sangat dekat dan tanpa bisa mengalihkan pandangan, aku bisa langsung melihat raut wajahnya.

Raut wajah yang ingin memarahiku...

"Kau tahu, Alice? Aku memberitahumu sekarang agar kau tidak membicarakan tentangku lagi di belakangku. Mengerti kan?" Pertamakalinya Rogue tersenyum kecut menyindirku.

Sikapnya yang tidak pernah ditunjukkan kepadaku membuat aku tertawa kecil. Tawaku makin keras, tidak tahan melihat wajahnya lama-lama. Rogue pun merasa sedikit jengkel.

"Ingatlah, Alice. Aku tidak akan pernah memaafkanmu jika kau membicarakanku lagi."

Rogue menyentil dahiku, saking jengkelnya.

Aku sedikit meringis. Mataku tidak sengaja bertemu dengan kedua mata Rogue yang juga kebetulan bertemu. Raut wajahnya berbeda lagi. Ia tersenyum kecil. Meski kecil, entah kenapa jantungku tiba-tiba berdetak lebih cepat. Wajahku juga terasa panas. Perasaan apa ini? Apa itu karena Rogue tidak pernah bersikap seperti ini kepadaku?

Suasana malam ini tidak seperti biasanya. Padahal baru saja Dewan Kemiliteran Sterlen membuat masalah untuk mereka dan suasana hati mereka bisa berubah secepat itu.

Di sisi lain, ada juga yang membenci melihat suasana tersebut. Lelaki berambut coklat muda, Emile melihatnya dari atap gedung asrama laki-laki.

"Leluhur Kelima... harus kukalahkan. Bukan... kumusnahkan." Emile berwajah dingin.

Di saat itulah kepribadian lain Emile muncul.