"Sieg!"
Gadis berambut coklat sebahu berteriak memanggil temannya. Temannya yang dipanggil 'Sieg' masih berjalan, tidak memedulikan panggilan dari teman dekatnya.
Micha Liliane, teman Sieg Chrossac yang sudah sejak lama bersama, sejak 100 tahun yang lalu. Di waktu mereka sedang berjuang dan bersenang-senang bersama di sekolah militer vampir, Sterlen Boarding School, tiba-tiba saja Sieg ingin pergi hidup-hidup dari Sterlen Boarding School tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Dan saat ini Micha sedang berusaha menghentikan Sieg yang sedang berjalan mulai mendekat ke gerbang utama. Namun sayangnya, berdiam diri di kejauhan sambil memanggil namanya berkali-kali itu tidak dapat menghentikan Sieg.
--Apa yang harus kulakukan? Sebentar lagi Sieg akan menginjak luar gerbang utama dan Kepala Pemimpin Zeke melarangku keluar dari kawasan sekolah ini. Bagaimana ini?
Micha harus menetapkan tekad yang kuat. Demi menghentikan temannya yang selalu seenaknya, ia memutuskan untuk mengejar Sieg sebelum dia mencapai tanah luar gerbang utama. Untungnya, Sieg berjalan lambat dan Micha masih bisa mengejarnya tepat di belakangnya.
"Hei, Sieg! Tunggu!"
Napas Micha tersengal-sengal, suaranya pun ikut tersengal-sengal.
Sieg berhenti melangkah setelah mengetahui Micha sudah mengejarnya secepat itu. Tanpa menoleh ke belakang, Micha tidak tahu ekspresi Sieg seperti apa sekarang. Beberapa saat, Sieg terdiam tanpa melakukan gerak-gerik sedikitpun.
"Kenapa kau mengejarku, Micha? Turutilah perintah Dewan Kemiliteran Sterlen."
"Aku takkan mengejarmu jika kau menjelaskan semua alasanmu dari awal kepadaku. Bukankah dulu kau bilang ingin berjuang bersamaku di sekolah militer vampir?"
Sieg pun terdiam lagi. Sikapnya hari ini benar-benar aneh, bagi Micha. Biasanya dia selalu bersemangat dan paling aktif, kali ini tidak. Dia seperti terpengaruh orang lain saja.
"Jawab, Sieg!" Micha meninggikan suara dengan membentak. Kesabarannya sudah melewati batas.
Micha sempat bergidik. Tiba-tiba saja Sieg menunjukkan setengah wajahnya, yang baru pertamakali ini Micha melihatnya. Wajah yang penuh dendam bercampur aduk dengan kebencian dan kemarahan. Saking terkejutnya dengan reaksi Sieg, Micha mundur satu langkah.
"Kau tidak tahu apa yang kurasakan selama ini karena aku tidak akan pernah mau memberitahumu. Tapi, kali ini kau harus tahu." Sieg menarik napas dalam-dalam, kemudian dihembuskan agar perasaannya tenang sedikit. "Maaf kalau aku terlambat memberitahu kepadamu. Sebenarnya aku adalah Leluhur Kesembilan."
Pastinya Micha terkejut sekali, namun Sieg tidak peduli. "Itu... bohong kan?" Micha memaksakan dirinya untuk tersenyum, padahal kenyataannya sudah ada di depannya.
"Itu tidak bohong, itu adalah kenyataan. Sebelum aku bertemu denganmu disini, aku adalah Leluhur Kesembilan. Aku lebih lama disini darimu dan akulah yang selalu menguasai sekolah ini. Tetapi kekuasaanku bukanlah disini, melainkan Leluhur Ketiga, sang Penguasa Kota Sterlen. Aku sering dimarahi olehnya, sampai sepuluh kali. Karena aku benar-benar tidak mendengarkan perintahnya, dia memberiku kutukan berupa menghilangkan kekuatanku sebagai Leluhur Kesembilan. Itulah alasan aku masih bertahan disini sampai Leluhur Ketiga mencabut kutukanku." Di akhir kalimat, Sieg menajamkan mata.
Micha masih belum percaya dari pengakuan Sieg sebagai Leluhur Kesembilan hingga ia menceritakan masa lalunya sebelum Micha masuk ke Sterlen Boarding School. Ia ternganga, tidak bisa mengeluarkan kata-kata yang tepat untuk bertanya lagi.
"Kalau begitu, sekarang aku tahu apa yang kau rasakan. Padahal kau bisa menunggu sampai Leluhur Ketiga mengampunimu, tapi kenapa kau malah ingin pergi dari sini?"
Kini mata Sieg menatap ke arah lain.
"Micha, aku juga memiliki batas kesabaran. Aku telah menunggu hal itu selama 150 tahun, tetap saja Leluhur Ketiga belum kunjung mencabut kutukanku. Satu-satunya cara cepat mencabut kutukanku adalah keluar dari sini dan mencari 'Darah Suci' di seluruh penjuru."
'Darah Suci'. Micha teringat penjelasan rekan satu timnya. Seorang manusia yang memiliki darah langka yang memihak kaum vampir karena suatu alasan. Darah seorang 'Darah Suci' bisa menghilangkan kutukan vampir dengan cepat.
Micha langsung terdiam setelah dengar kata 'Darah Suci'. Ia hanya bisa pasrah. Semuanya sudah tertulis di kitab, hanya 'Darah Suci' lah yang bisa menghilangkan kutukan dengan cepat. Itu adalah jalan Sieg yang tepat. Namun...
"Micha."
Suara pelan memanggil nama Micha. Micha yang sedaritadi hanya berpikir hanya pasrah saja, agak terkejut dan dan langsung mengangkat kepala.
"I... iya?"
"Aku ingin kau juga mencari 'Darah Suci'. Jika kau telah menemukan 'Darah Suci', kau bisa hubungi aku. Di saat itu, aku pasti akan kembali kepadamu. Aku bersumpah." Sieg membalikkan badan ke arah Micha. "Mau kan, Micha?" tawarnya sambil mengulurkan tangan.
Micha agak ragu dengan tawaran Sieg.
--Sieg memang sudah bersumpah. Tetapi, jika aku sudah menemukan 'Darah Suci', Sieg kembali menjadi Leluhur Kesembilan. Berarti, apakah Sieg yang kukenal tidak pernah muncul lagi di depanku lagi setelah ini?
Tidak ada kemungkinan Sieg masih bersikap seperti biasanya. Menjadi Leluhur Kesembilan berarti meninggalkan semua yang lalu, termasuk kenangannya bersama Micha.
Dengan rasa tidak suka, Micha menolak secara tegas. "Aku menolak tawaranmu, Sieg. Bagiku, lebih baik kau tetap seperti ini dan bersikap seadanya kepadaku daripada aku melihat Sieg yang tidak kukenal." Bola mata Micha penuh dengan arti terhadap pernyataannya barusan.
Penolakan tegas Micha adalah penolakan pertama bagi Sieg selama ini. Hal itu membuat Sieg makin tertarik dengan Micha. Ia pun melangkah mendekat tepat di depan Micha. Dekat sekali, hanya berjarak 5 cm.
Awalnya Micha ingin mundur satu langkah, namun Sieg mencegahnya dengan mendorong tubuh Micha agar makin dekat sehingga diantara tubuh mereka tidak ada celah lagi. Tangan Sieg yang melingkar di pinggang Micha sangat kuat mendorong lebih ke depan. Mau memberontak pun tidak bisa.
"Lepaskan aku, Sieg."
Micha mengangkat wajah dan seketika sekujur tubuh terasa dingin dan merinding. Wajah Sieg sangat menakutkan. Ia menyeringai dan kedua matanya berwarna merah terang.
"Tenang saja, Micha. Demi dirimu, aku tidak akan berubah menjadi sesuatu yang kau tidak kenal. Hanya saja, kekuatanku yang berubah."
*****
Setelah bermimpi tentang masa lalu yang panjang, mata terbuka perlahan. Di luar masih gelap, matahari belum terbit. Perkiraan masih jam 5 pagi. Sosok gadis berambut coklat dengan berpakaian piyama putih bangkit dari baringnya. Pertamakali yang ia lihat adalah telapak tangan yang tidak ternodai.
Micha menghela napas tanpa sebab, seperti suatu kelegaan.
"... Bukan mimpi ya."
Hari baru adalah sesuatu yang baru juga. Demi melupakan masa lalunya yang pahit, Micha memulai harinya dengan percaya diri dengan arti kuat sebenarnya. Kuat adalah menganggap semuanya sebagai saingan atau mungkin bisa dianggap musuh.
Percaya diri Micha tertampak di wajah. Alis saling menyatu dan telapak tangannya yang barusan ditatap langsung digenggam erat.
"Kekuatanku belum cukup untuk mengalahkan leluhur sialan itu. Aku butuh kekuatan yang banyak." Micha berbicara sendiri, seolah yang dibutuhkannya akan dipertaruh di esok hari.
Bertarung dengan vampir dari kelas E yang sebenarnya kekuatannya berlevel kelas S, Emile Clerid.