Jarang sekali aku bangun kesiangan untuk hari ini. Kemarin malam, aku pulang larut setelah bercakap-cakap banyak hal dengan Rogue. Tetapi bukan hanya pulang larut malam, karena aku tidak mengerti, kenapa kemarin Rogue bersikap seperti itu. Apa dia sedang sakit? Aku memikirkan banyak hal hingga aku tidak bisa tidur.
Padahal hari ini aku sudah merencanakan berbagai kegiatan sebelum latihan bersama Emile. Ada tempat yang ingin kukunjungi, yaitu perpustakaan sekolah. Letak perpustakaan hanya diketahui oleh para elite. Kebetulan kemarin aku tidak sengaja mendengar percakapan mereka dan salah satu dari mereka juga ingin ke perpustakaan.
Di tengah-tengah ketika aku menaiki anak tangga menuju lantai tiga gedung markas pelatihan, aku teringat sesuatu. Hari ini ada penilaian per kelas untuk besok. Apa ini waktu yang tepat untuk pergi ke kelas sekarang?
Seperti hari pertama di sekolah, aku lari terbirit-birit hingga aku sampai di depan kelas. Tanpa sadar, aku membuka pintu dengan kasar lagi. Bisa dibilang, hari ini aku cukup beruntung. Pembimbing kelasku tidak ada. Di setiap meja terdapat secarik kertas meski tidak ada satupun vampir yang menduduki setiap bangku. Kecuali satu, bangku paling belakang, dua dari jendela, lebih tepatnya di sebelah bangkuku. Ia sedang menulis sesuatu di atas kertas yang telah disediakan.
Sementara aku masih berdiri mematung di depan kelas. Tubuhku tidak bisa bergerak sama sekali, ketika aku melihat Emile yang senyum-senyum sendiri sambil menulis dengan sungguh-sungguh.
Sebelum aku memanggil namanya, Emile sudah lebih dulu menyadari kehadiaranku.
"Alice, hari ini kau benar-benar telat ya." Kalimatnya terdengar ejekan, namun wajah dan suaranya terdengar ramah.
Aku hanya tersenyum kecut tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Lalu aku berjalan menuju bangkuku, bukan bangku Emile. Setelah sampai di mejaku, aku baru tahu isi kertas yang kumaksud tadi.
Kertas tersebut berisi pilihan divisi militer. Diantaranya ada 5, yaitu garis depan, penyerangan, pengalihan, mantra kuno dan terakhir, pertahanan. Sebenarnya aku tidak begitu paham dengan isinya. Perintah untuk mengisinya hanyalah nama, kelas dan pilihannya, namun ada sesuatu yang janggal dari itu. Maka hal itu kutanyakan kepada Emile.
"Emile. Kertas ini, apa maksudnya?" tanyaku seraya mengambil kertas dari atas mejaku. Perhatianku tertuju ke isi tersebut.
Lagi-lagi Emile mengejekku. Ia tertawa kecil. "Benar juga. Kau belum tahu karena baru saja menjadi militer."
Tawa kecil Emile berhenti ketika aku memelotinya.
"Yah... Karena kau belum tahu, aku akan menjelaskan semuanya. Di kawasan vampir ini, kemiliteran memiliki lima divisi seperti yang tertulis di kertas. Meski kita masih kelas E, kita wajib memilih salah satu dari lima divisi tersebut. Kadang ada yang bisa langsung diterima dan ada juga yang harus mengikuti ujian masuk dulu. Biasanya pengujinya adalah koordinator dari divisi."
Aku mengangguk bertanda mengerti. Aku pun kembali menatap kertas yang sedaritadi kupegang. Diantara lima divisi tersebut, mana yang akan menjadi kelebihanku? Menurutku tidak ada yang cocok untukku. Mungkin saja, apa aku harus mengikuti pilihan Emile?
"Terus, apa yang kau pilih, Emile?" tanyaku lagi.
"Entahlah." Emile meletakkan alat tulis yang tadi dipakai olehnya. "Mungkin... aku akan mengikuti pilihanmu?"
... Ini terbalik. Padahal awalnya aku ingin mengikuti pilihan Emile, namun dia malah ingin mengikutiku.
"Hah? Aku bertanya kepadamu karena aku ingin mengikutimu. Kenapa kamu malah bertanya balik kepadaku?" Aku langsung menyingkirkan kertasku dari hadapanku.
Emile memutar bola mata ke atas, seperti ada sesuatu yang baru terpikirkan.
"Menurutku, sesuatu yang kau pilih pasti akan menjadi kelebihanmu. Aku merasa yakin karena sekali latihan, kau langsung bisa tanpa mengulanginya lagi." Emile menjawabnya dengan senyuman biasanya.
Sesaat aku terdiam. Bisa saja yang dikatakannya itu setengah benar. Namun, aku sedikit bimbang. Apa yang harus kupilih? Meski Emile merasa yakin sekali, aku takut pilihanku salah. Apa aku harus memilih yang paling mudah?
"Kalau begitu..."
Setelah aku mengatakan pilihanku, Emile langsung setuju tanpa pikir panjang, dengan menuliskannya di kertas yang telah disediakan. Aku hanya bisa pasrah karena ini semua juga pilihan terbaikku.
Jam 10 pagi, waktu menunjukkan jam wajib latihan. Formulir kami sudah terisi penuh, tinggal menyerahkannya ke ruang divisi yang kami pilih. Kami keluar dari kelas bersama-sama.
Sambil berjalan, aku berpikir alangkah baiknya lebih cepat mengumpulkan formulir. Takutnya tiba-tiba formulir itu hilang. Aku pun menghentikan langkahku, diikuti Emile yang heran denganku.
"Emile, mana formulirmu?" Aku mengulurkan tangan untuk meminta yang kuinginkan.
Emile makin heran. Ia langsung mengambil kertas formulir dari saku celana.
"Kau mau apa, Alice?" tanyanya setelah menyerahkan yang kuminta.
Aku mengambil kertas darinya dan kugabungkan dengan formulirku.
"Aku saja yang menyerahkan formulir kita berdua. Kan lebih baik cepat mengumpulkan daripada ditunda terus."
Emile menjadi tampak cemas ketika aku bilang ingin menyerahkan formulir sendirian. Masalahnya aku memang tahu letak ruang divisi yang akan kutujui dan itulah yang membuatnya cemas.
"Baiklah... Kalau begitu, kutunggu di depan gedung markas pelatihan ya. Lalu, apa kau tahu letaknya dimana?"
"Ng... Lantai dua?", tebakku asal-asalan dan tidak terduga, tebakanku benar.
Di lantai tiga, disitulah kami berpisah sementara. Aku mengambil jalan di sayap kiri, sedangkan Emile mengambil jalan di sayap kanan. Tempat yang akan kutujui adalah ruang divisi dimana kawasan vampir yang akan dipertaruhkan jika tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh.
Divisi pertahanan.
*****
Micha Liliane merupakan kartu as dari kelas A sekaligus koordinator divisi pertahanan. Dengan julukan kartu as, ia membenci kekalahan. Sampai saat ini, Micha selalu menang ketika duel dengan seseorang ataupun dalam perang. Itu semua demi mempertahankan julukan yang disandangnya.
Gadis berambut coklat itu sedang berjalan menuju ruang divisi pertahanan. Vampir satu ini tidak pernah bersikap ramah, apalagi tersenyum kecuali dengan rekan terdekatnya atau memang diperlukan. Masa lalu sudah berlalu, namun ia merasa dirinya masih terikat di masa itu. Mempertanggung jawabkan atas kepergian Sieg Chrossac, yang baru diketahui bahwa dia adalah Leluhur Kesembilan.
Tibanya di depan ruang divisi pertahanan, Micha langsung masuk tanpa mengetuk pintu dahulu. Pintu dibuka secara kasar, memunculkan sosok sang koordinator dingin mereka yang ada di dalam ruangan tersebut. Pada saat itu, hanya ada dua vampir yang hadir dan mereka lah yang selalu menemani sang koordinator.
Meski tahu rekannya berada disana, Micha tetap mengacuhkan mereka dan lanjut berjalan ke arah meja untuk koordiantor.
Dua rekannya bukannya menyingkir dari daerah Micha, malah mendekat ke depan mejanya. Tetap saja Micha menyibukkan diri dengan mejanya yang berantakan. Carl dan Silver, nama rekan terdekat Micha yang saat ini berada di ruangan yang sama.
"Perlu apa kalian kesini? Hari ini tidak ada simulasi untuk kalian."
Sikap dinginnya ditunjukkan saat tidak memperhatikan rekannya melainkan sibuk memilah file bekas dan baru.
Carl cengar-cengir bertanda baik. "Hei, Micha. Kau dengar pidato Kepala Pemimpin kemarin kan?"
Silver menyambungnya. "Percuma kau tanya kepadanya, Carl. Tidak mungkin Micha tidak mendengar pidato sepenting itu."
Seketika Micha berhenti beraktivitas. Ia tampak memikirkan sesuatu.
"'Darah Suci' itu, apa benar-benar ada disini?"
Carl dan Silver langsung tertawa keraas begitu mendengar pertanyaan konyol Micha.
"Micha, jika Dewan Kemiliteran Sterlen menipu kita, mereka sudah dihukum Leluhur Terbesar tahu", kata Silver dengan tawa yang makin keras. Carl pun sama.
"'Darah Suci' itu mungkin sudah tertangkap, kalau masih ada Sieg", sambung Carl.
Kali ini Micha tertarik dengan jawaban dari kedua rekannya. Ia menatap serius dua vampir di depannya.
"Carl, ucapanmu benar."
"Hah?" Kini tawa Carl berhenti bersamaan dengan Silver. Carl terperangah, apa yang benar dari kata-kata yang diucapkannya.
Semua file langsung diletakkan di atas meja dengan keadaan berhambur. Pertama-tama, Micha menatap Carl.
"Sejak kapan 'Darah Suci' menyusup sekolah ini? Seandainya 'Darah Suci' sudah lama menyusup sebelum aku masuk sini, bisa saja kutukan Sieg hilang pada saat itu."
Situasi menjadi menegangkan dipenuhi kebingungan. Semua berawal dari kata 'Darah Suci'. Pidato Zeke kemarin memang tidak bisa dibohongi, karena dia satu-satunya memegang kekuasaan paling tertinggi di Sterlen Boarding School. Namun baru saja Zeke berpidato tentang 'Darah Suci' kemarin. Berarti 'Darah Suci' baru-baru saja menyusup.
"Micha, aku menyimpulkan semua yang kau katakan bahwa salah satu dari militer baru tahun ini adalah 'Darah Suci'?", tanya Silver yang memecah ketenangan.
Micha membalasnya dengan anggukan. "Ya, benar. Jadi, cara mudah mencari 'Darah Suci' adalah mengumpulkan semua nama militer baru." Micha menjelaskan sambil mengacungkan jari telunjuk.
"Kalau begitu, kita persempit lagi. 'Darah Suci' pastinya perempuan dan militer baru yang tidak pernah berpengalaman. Dan yang paling pasti adalah tidak memiliki status keluarga bangsawan." Carl makin berapi-api membahas rencana baru.
"Dengan begitu, Sieg pasti akan kembali. Benar kan, Micha?"
Micha malah menggelengkan kepala mendengar pernyataan Silver.
"Silver, sudah kubilang aku tidak mengharapkan dia kembali. Aku hanya ingin kekuatan yang lebih darinya. Maka itu, aku harus menangkap 'Darah Suci' secepat mungkin."
SRET! Di tengah pembicaraan yang serius, terdengar suara gesekan sepatu. Sudah pasti ada seseorang yang mendengar percakapan mereka tanpa izin di balik pintu yang merupakan sumber suara.
Mata tiga vampir di dalam ruangan tersebut langsung tertuju ke satu-satunya pintu. Tidak terdengar lagi suara apapun. Meski suasana sudah kembali semula, perhatian mereka belum teralihkan dari pintu itu. Wajar saja karena vampir memiliki pendengaran tajam. Namun sosok di balik pintu itu tak kunjung menunjukkan diri. Mereka pun berpikir hal yang sama, orang di balik pintu itu telah mendengar pembicaraan mereka, entah sengaja atau tidak sengaja.
Carl dan Silver langsung memberi isyarat kepada Micha, boleh diizinkan membuka pintu itu, kemudian menangkap orang yang telah mendengar pembicaraan mereka dan orang tersebut akan diinterogasi atau tidak.
"Laksanakan, Carl, Silver."
Perintah mutlak dari mulut Micha sang koordinator divisi pertahanan dilaksanakan tanpa mengeluh ataupun protes. Salah satu dari dua rekan Micha, Silver lah yang akan mendekat ke pintu. Ia mengendap-endap seperti polisi dan setelah mencapai tempat yang bisa menyentuh daun pintu, ia mulai bersiap menangkap langsung dengan tangan kosong.
Perlahan, Silver menjulurkan kepala dan tangan bersamaan. Ia bisa melihat sosok gadis, sayangnya dia membelakangi pintu. Yang terlihat hanya tubuhnya yang pendek dan berambut pirang panjang, sedang memegang dua lembar yang saling bertumpuk. Satu kesempatan untuk menangkapnya tanpa ada pemberontakan pun tidak dilewatkan oleh Silver.
Diseretlah gadis itu melalui dicengkeram lengan atasnya dengan sekuat-kuatnya. Terdengar suara benturan antar tubuh dengan lantai. Gadis yang tampak lemah lembut itu meringis pelan.
Silver terkenal dengan tidak belas kasihannya. Ia tidak peduli sekejam apa yang dia lakukan. Ia baru berhenti menyeretnya setelah gadis itu digeletakkan tepat di depan Micha. Kini Micha meninggalkan kursi untuk menginterogasi sosok yang mencurigakan.
"Siapa kau? Militer baru?" Dengan jiwa pemimpinnya, Micha berwajah tegas serta menyilangkan tangan.
Gadis itu tampak ketakutan sekali. Dia menunduk dalam-dalam dan sekujur tubuhnya bergemetaran dengan berlutut menyentuh lantai. Namun sangkaan itu suatu kesalahan. Tak lama, gadis itu mengangkat wajah dan yang paling membuat mereka terkejut adalah wajah yang tidak asing bagi keluarga bangsawan. Diantara mereka bertiga tidak ada satupun yang bisa mengingatnya. Rambut pirang lurus dan bola mata berwarna biru sejernih laut...
Pandangan mereka tidak bisa teralihkan dari gadis itu. Tidak mungkin mereka bisa melupakan wajah itu. Seperti seseorang dari Petinggi Vampir.
Di sisi lain, Silver agak kesal karena ia merasa yakin bahwa vampir yang ditangkapnya hanyalah sebuah pengalihan. Pasti ada sesuatu di balik keberadaannya sekarang hingga Micha terperdaya seperti itu. Dicari-cari sesuatu yang mencurigakan apapun di sekitar gadis berambut pirang itu. Pencarian dengan teliti mendapatkan akhirnya, sasarannya seperti sedang menggenggam dua lembar yang tergulung.
"Hei, militer baru. Serahkan benda yang ada di dalam genggamanmu."
Silver yang bukan koordinator memerintah terlebih dahulu dari Micha. Sikapnya seperti preman yang sedang memeras uang. Seperti yang dikenal, tak ada belas kasihan. Ia sudah mengambil benda itu dengan paksa, dua detik setelah perintah itu berbunyi.
Selagi Silver berjalan mendekat Micha untuk menyerahkan benda hasil paksaan, gadis itu bangkit sambil mengibas-ibas rok putih yang kini terkena debu hingga tidak berwarna putih bersih lagi. Ia terdiam seribu bahasa hingga mereka memperbolehkannya membuka mulut.
Setelah membaca lembar pertama, Micha menghela napas panjang. Dengan tatapan berganti ke depan, mengarah fokus gadis asing yang akan menjadi lawan bicara.
"Jadi, namamu Alice, militer baru dari kelas E?"
Namanya sudah diketahui. Alice mengangguk, lalu membalasnya. "Saya kesini untuk mengumpulkan formulir. Dua lembar itu milik saya dan teman saya. Kami bermaksud mendaftar diri ke divisi pertahanan."
Meski di hadapannya adalah vampir yang lebih hebat darinya, tak ada rasa takut melalui suara.
"Eh... Ada dua ya."
Percakapan ringan itu membuat kecurigaan Micha terhadap Alice memudar. Namun Silver berbeda, ia masih ingin menyelidiki Alice dengan cara apapun. Untungnya pemikiran Micha dan Silver sama, lembar kedua ini lah yang membuat kecurigaan mereka bertambah.
Pendaftar satu lagi yang diakui sebagai temannya memiliki nama yang tidak asing bagi mereka. Lawan untuk pertarungan besok, vampir yang tidak pernah menunjukkan kekuatannya, Emile Clerid.
--Apa ini hanya sebuah kebetulan? Emile Clerid ingin masuk ke divisi yang kukontrol, pasti hanya sebuah kebetulan atau... dia mempermainkanku?
Mereka terbelalak tidak begitu lama. Mereka harus bersikap setenang mungkin di depan vampir yang mereka kenal, demi menjaga nama divisi pertahanan, terutama Micha.
"Kalau begitu, kertas kalian kuterima dulu. Ujian masuk bisa kuberitahu nanti, dengan perantara bawahanku."
"Makasih." Alice membungkukkan badan dahulu, kemudian izin dengan, "Saya permisi dulu."
Satu langkah sebelum menginjak lantai lorong, Micha memberitahu sesuatu yang membuat Alice berhenti melangkah sejenak.
"Militer baru, namaku Micha Liliane, koordinator divisi pertahanan. Beritahu salamku untuk Emile Clerid."
Tak perlu menunjukkan wajah, Micha sudah tahu reaksi yang tidak ingin Alice tunjukkan. Sosok Alice menghilang setelah terdengar 'cklek' dari pintu yang tertutup.
Satu hal yang paling membuat rasa penasaran mereka bertiga tidak bisa menghilang sebelum mendapat alasan dibaliknya adalah kenapa Alice tidak segera masuk ruangan ketika mereka membicarakan 'Darah Suci', malah berdiam diri di balik pintu menunggu percakapan mereka selesai?
Kalau begitu, mungkin saja ucapan Carl ada benarnya. Ciri-ciri 'Darah Suci' adalah perempuan, militer baru yang tidak berpengalaman dan juga tidak memiliki status bangsawan. Ciri-ciri yang makin mendekat untuk Alice...