Chereads / WULI, THE MISSING FLOWER / Chapter 4 - Yang Harus Datang, Datang!(1)

Chapter 4 - Yang Harus Datang, Datang!(1)

Wuli bergerak mendekati pintu misterius itu, namun akan sulit untuk membuka pintu itu karena sepertinya tidak ada organ atau panel tertentu. Akhirnya tatapan matamu tertuju pada simbol dipusat pintu tersebut. Itu simbol bunga dengan ulir dan binatang, melihat simbol itu punggung Wuli terasa dingin, entah kenapa melihatnya seperti melihat sesuatu yang mengerikan. Namun bisikan itu tidak hilang dari telinganya, justru semakin keras.

Wuli merasa aneh, tapi kakinya sudah bergerak mendahului pikirannya yang sangat membuatnya resah. Wuli mencoba untuk mendorong, mencongkel atau memukul pintu itu namun tak bergerak sedikitpun, jangankan bergerak guncangan kecil debu pun tak ada. Akhirnya kepalanya frustasi dan entah karena marah atau frustasi dan bingung dengan sembarangan Wuli mengayunkan tangannya ke belakang kemudian karena tidak hati - hati itu tergores oleh duri semak. Segera darah segar seperti bunga mekar di telapak tangannya, meskipun itu tidak sakit namun cukup membuatnya meringis. Setelah memeriksa luka di tangannya dan memastikan hanya trauma kulit dia berpikir itu tidak menghalangi dan tidak akan menjadi masalah. Dia pun melanjutkan untuk mengeksplorasi pintu itu sekali lagi, namun Wuli sangat tertarik dengan simbol itu dan memperhatikannya dengan sungguh - sungguh untuk mengingat dalam benaknya. Tangannya menelusuri garis simbol itu seakan keingintahuannya terpuaskan dan rasa takut itu akan hilang. Jari - jari lentik yang putih dan ramping itu menyentuh tiap lekukan batu dan sesaat jarinya menyentuh hingga pusat simbol sebuah cahaya bersinar muncul di sela - sela simbol. Cahaya itu begitu menyilaukan sehingga membuat pandangan matanya tidak jelas.

" Ahh!!" kemudian teriakan dari Wuli datang secara mengejutkan. Seakan sesuatu mendorong tubuh kecil Wuli dengan paksa, tubuhnya kehilangan keseimbangan dan terhisap masuk ke dalam celah. Tubuhnya seakan menyusut dan berguling ke depan, ruang disekitarnya seakan berputar seperti gasing dan entah untuk berapa lama waktu itu Wuli kehilangan kesadarannya.

Wuli membuka matanya perlahan - lahan dan apa yang dilihatnya adalah pemandangan yang menakjubkan. Benarkah ini di dalam gua baru saja dia masuk, kenapa seperti hutan antah berantah?. Wuli menepuk kepala kecilnya seakan memastikan dia tidak berada di tempat yang salah hingga kesadarannya benar - benar pulih barulah dia menyadari, dia masuk melalui formasi matriks. Gua itu hanyalah kamuflase. Betapa sialnya, seharusnya dia sedang giat berlatih bela diri di taman belakang, kakek pasti akan memarahinya karena malas, pikir Wuli.

Mengesampingkan ketidakpastian apa yang akan dihadapi, Wuli memutuskan untuk menjelajah. Ini seperti hutan Tersembunyi, hanya ini jauh lebih lebat akan vegetasi, dan banyak tanaman serta bunga yang Wuli belum pernah lihat bahkan beberapa hanya tercatat di buku medis saja.

"Wow.. ini benar - benar harta karun" seru Wuli tak percaya.

"Bila kakek melihat ini, matanya pasti sudah cerah, secerah matahari, hehe..." bayangkan kakek akan menampilkan wajah seperti dikalahkan membuat Wuli geli.

Wuli menjelajahi kurang dari satu jam namun itu sudah membuat dagunya jatuh, ini benar - benar ajaib. Tempat itu benar - benar harta karun, banyak ramuan langka dan berharga bahkan ada ramuan yang menyelamatkan jiwa. Wuli masih takjub dengan pemandangan itu namun tidak ada keserakahan dimatanya hanya binar kagum dan terpesona tidak lebih, sangat murni dan polos. Itu karena Wuli hanya dibesarkan seorang diri di Bukit Tersembunyi oleh kakeknya dan hidup dengan sederhana. Wuli tidak membutuhkan ramuan - ramuan itu namun akan sesekali dia memperhatikan dan apa yang menjadi daya tariknya dia akan mengumpulkannya. Wuli begitu terpesona dengan lingkungan sekitar dan tidak menyadari ada mata tajam dan buas yang mengamati setiap geraknya.

Setelah puas mengambil beberapa ramuan yang diperlukan, Wuli melanjutkan untuk menjelajah lagi dan tidak lama kakinya melankah melewati pohon besar yang sepertinya sangat tua, dia melihat ada gerakan kemudian langsung mengikutinya, itu adalah seekor tupai putih bersih dengan mata merah darah dan anehnya memiliki telingan yang lebih panjang dari seharusnya seekor tupai, justru lebih mirip dengan kelinci. Binatang kecil itu menyadari ada manusia yang mengikutinya kemudian berlari sebelumnya di tempat ini jarang ada manusia bahkan mungkin tidak pernah kecuali saat itu, sudah berapa tahun itu. Bisa dilihat bahwa binatang kecil itu agak aneh dan entah kenapa membuat Wuli sangat ingin menangkapnya. Gerakan binatang kecil itu gesit tapi Wuli tidak kalah gesit namun begitu dia masih belum bisa menangkapnya yang membuatnya frustasi dan bersemangat, belum pernah dia gagal sebelumnya menaklukkan binatang - binatang di hutan Bukit Tersembunyi. Tidak terkecuali binatang kecil ini, dia harus mendapatkannya!

"Tunggu makhluk kecil, aku tidak jahat" Wuli menggemakan suaranya sambil terengah - engah, sungguh makhluk kecil ini menghabiskan usahanya, sangat gesit dan licin.

"Hei...berhenti! Berhenti kataku! Atau aku akan memanggilmu belut!" kata - kata apa itu, menjijikkan, batin binatang kecil itu, sebenarnya dia mengerti bahasa manusia? Ehm itu memang aneh. Begitu makhluk kecil dan manis itu mendengar kata 'belut' langsung cemberut, marah, 'Apakah dia makhluk berkulit licin berlendir dan menjijikkan itu, sial, itu bukan' Wuli tidak akan pernah tahu apa yang ada dalam pikiran kepala kecil itu bahwa dia sungguh jijik dengan sebutannya itu dan itulah yang membuatnya berhenti berputar - putar.

Gerakan itu begitu tiba - tiba yang membuat Wuli tidak sisap dengan momentum gerakannya sendiri dan itu membuatnya jatuh tertelungkup tepat tersungkur di depan binatang kecil itu.